Sore ini, Selasa, 31 Maret 2009, Daniel harus tiba di sekolah pukul 16.00. hatiku harap-harap cemas, mengingat kondisi Daniel yang baru saja membaik. Aku sudah merencanakan akan berangkat naik ojek ke sekolah Daniel karena jaraknya yang cukup dekat dari rumah. Segala sesuatu, mulai dari pakaian, sepatu dan juga makan minum Daniel sudah kupersiapkan dengan baik. Namun apa yang terjadi semenjak siang, hujan turun dengan derasnya. Awan menutupi seluruh langit di atas BSD jika kulihat dari tempat jemur pakaian di lantai dua. Aku berdoa, ya Tuhan, semoga hujan berhenti menjelang keberangkatan kami ke sekolah.
Pukul 15.15, Daniel kubangunkan untuk mandi dan bersiap-siap, badannya kugosok dengan minyak kayu putih seluruh badan dan kaki tangannya. Aku kenakan baju kaus berlengan panjang dan sepatu dengan kaus kaki. Daniel cukup hangat. Hujan masih belum berhenti. Aku siapkan jas hujan dan jaket. Supir ojek telpon menanyakan apakah aku akan tetap berangkat karena hujan masih turun. Aku berpikir, ya, apa boleh buat, kami tidak boleh terlambat, maklum sekolah Daniel sangat ketat dalam hal waktu dan kedisiplinan. Kami berangkat naik ojek, dengan berbekal jas hujan dan payung. Aku hanya berdoa dan pasrah, semoga hujan tidak mempengaruhi penampilan Daniel dan juga kesehatannya. Kami tiba tepat pukul 15.55, aku antar Daniel ke lantai bawah Auditorium, tempat para guru mempersiapkan para murid yang akan pentas. Setelah itu, aku menunggu dengan para orangtua murid lain yang juga sudah menyerahkan anak-anaknya untuk dirias atau berganti kostum.
Pentas masih akan dimulai 2 jam lagi, namun karena cuaca yang kurang bersahabat dan mungkin juga jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh, membuat orangtua murid tetap menunggu di teras sekolah sampai pertunjukan dimulai. Aku juga menunggu kedatangan kedua kakak Daniel, Dita dan Arum, yang sedang mengikuti les Kumon. Oh ya, kali ini, suamiku tidak bisa ikut menyaksikan penampilan Daniel karena tanggal pertunjukan bertepatan dengan kegiatan akhir bulan yang diadakan di kantornya.
Pukul 17.45, pintu ruang Auditorium telah dibuka, kami masuk ke ruangan untuk mencari tempat duduk yang paling strategis. Hujan gerimis masih turun di sekitar gedung pertemuan, ini juga yang mungkin menyebabkan gedung belum terisi penuh pada menit-menit terakhir menjelang pertunjukan. Namun, akhirnya penuh juga, malah ada beberapa orangtua yang terpaksa berdiri karena tidak kebagian tempat atau tempat yang kosong hanya di sisi atas ruangan.
Pementasan ”Stripe and Yellow” ini diambil dari karya asli yang berjudul ”Hope for The Flowers”, melalui tangan kreatif dari Trina Paulus dan arahan gaya dari sutradara Ria Himawan, pentas ini berhasil berkat dukungan dari kurang lebih 270 anak yang berasal dari siswa siswi Taman Bermain dan Taman Kanak-Kanak Santa Ursula BSD. Adapun ringkasan ceritanya sebagai berikut, seekor ulat belang menetas dari telurnya. Ia merasa lapar setelah tidur panjang maka ia mencari daun-daunan untuk dimakan. Sambil berjalan, ia terus makan dan makan sampai badannya bertumbuh besar. Ulat belang itu bernama Stripe. Stripe bosan hanya makan dan minum, ia berjalan-jalan dan dalam perjalanannya, ia melihat ulat-ulat yang sedang berusaha menaiki sebuah tiang gumpalan. Ulat-ulat itu berdesakan untuk mencapai puncak teratas. Di tiang gumpalan inilah, Stripe bertemu dengan ulat kuning (Yellow), yang kemudian mengajaknya untuk melakukan perubahan menjadi seekor kupu-kupu.
Pertunjukan ini diawali dengan suasana hutan yang dipenuhi dengan pepohonan, ditarikan oleh kakak-kakak dari SMA Santa Ursula BSD, dan hewan-hewan besar dan kecil seperti harimau, zebra (diperankan oleh Daniel), jerapah, kumbang, ulat dan semut. Pentas yang dikemas sedemikian unik, ditampilkan secara maksimal oleh anak-anak yang masih kecil, namun mampu bekerja sama dengan baik. Daniel sangat menikmati perannya. Puji Tuhan, ia sangat lincah berperan sebagai zebra, ia lari kesana kemari dengan gembira. Terimakasih atas kekuatan dan kesehatan yang Kau berikan.
Pementasan ini diakhiri dengan penampilan seluruh pendukung acara dan para guru dengan menyanyikan sebuah lagu ”Saatnya Berbagi”
”Saatnya Berbagi”
Tak dapat kita hidup sendiri, menyimpan semua untuk sendiri
Semua takkan ada arti bila kau tak berbagi
Sungguh indahnya dunia ini, pabila semua saling berbagi
Tanpa melihat sgala perbedaan yang ada
Reff:
Saatnya telah tiba bagi kita semua, tebar cinta dan harapan bagi dunia ini
Bersama tebarkan cinta dan harapanmu, agar seisi dunia menjadi lebih indah
Perbedaan kan selalu ada, tetaplah saling berbagi
Tetaplah teguh pada cinta dan harapanmu
Lagu inilah yang menjadi pesan moral dari pementasan ini bahwa kita harus berbagi, menebarkan cinta diantara sesama manusia tanpa memperbesar perbedaan yang selalu ada diantara kita. Semoga pertunjukan ini akan selalu tersimpan dalam hati kita terutama dalam hati anak-anak kita, Daniel dan teman-temannya untuk selalu dapat membagikan cinta kepada siapapun.