Ibu pulih kembali (5)

Kami pulang ke Jakarta dengan pesawat Air Asia. Sebelumnya kami sudah mendapat kabar bahwa pesawat kami didelay selama 2 jam, jadi yang semula akan diberangkatkan pukul 18.00 menjadi pukul 20.00. Lega buat kami, karena kami masih membereskan barang dan ibupun masih beristirahat. Akupun masih sempat membeli makanan dalam boks untuk makan malam kami. Untuk menghindari kemacetan lalu lintas yang mungkin terjadi karena waktunya bertepatan dengan jam pulang kantor, kami dijemput Patrick Keong, adik dari pemilik apartemen pukul 18.00. Kami masih sempat menikmati kota Penang di sore hari dalam perjalanan kami menuju ke Bandara. Hampir sama seperti kebanyakan kota di luar Indonesia, Penang termasuk kota yang bersih, dengan bangunan-bangunan yang relatif kuno dan cukup tua. Yang masih menjadi pertanyaan buat aku, mengapa banyak burung gagak hitam yang terbang didalam kota dan hinggap di pohon-pohon yang ada di sepanjang jalan.

Masalah terjadi di bandara, tepatnya di counter Air Asia. Petugas menyampaikan bahwa tidak ada persewaan wheel chair jika tanpa pemberitahuan 2 hari sebelumnya, apa pula ini? Masak memakai kursi roda saja harus pesan dulu, bukankan Air Asia juga tahu bahwa ada banyak orang berobat ke Penang ini? Sementara ibu masih didalam mobil bersama Patrick Keong, kami, aku dan adikku beraduargumentasi dengan petugas di counter tersebut. Kami masih belum mendapatkan kursi roda padahal ibuku harus segera turun dari mobil. Akhirnya ibu kami papah turun dengan tongkat dan kamipun check in. Rupanya petugas tidak mempercayai bahwa ibu dalam keadaan sakit, karena akhirnya kami memperoleh kursi roda.

resize-of-picture-644 Ibu sudah tampak kelelahan, tidak ada kursi yang enak diduduki di ruang tunggu. Badanpun sakit duduk terus menerus di kursi roda. Kami mendengar pengumuman lagi bahwa pesawat kami akan didelay untuk yang kedua kalinya. Gate yang semula ditunjukkan untuk kami lalui, ternyata berupa tangga dengan undak-undakan. Kepalaku berdenyut-denyut, bagaimana caranya menurunkan ibu dengan tangga seperti ini, mengapa tidak ada tangga belalai yang langsung menghubungkan boarding room ke badan pesawat. Huh kesal aku, padahal diantara kami, ada sekitar 5 penumpang dalam kondisi sakit. Aku menghubungi petugas counter Air Asia di boarding room dan menyampaikan keluhan kami. Penumpang lain sudah tampak kelelahan, mereka duduk di karpet ataupun tiduran, sementara toko-toko dan resto di bandara mulai tutup. Akhirnya kembali diumumkan, gate kami dipindahkan dengan tangga berbelalai. Syukurlah. Kami mulai antri berdiri. Penumpang yang sakit dan pendamping antri di bagian depan. Aku terpisah dengan adik dan ibuku. Aku berbarengan dengan TKW-TKW, yang uh maaf, bau badannya alamak dan bicara tanpa arah tentang pekerjaan mereka dan majikannya tentunya.

Akhirnya kami sampai di Bandara Soekarno Hatta dengan selamat. Kami mengurus barang dan ibu menunggu kami. Tidak ada penjemputan karena sudah dapat dipastikan keterlambatan Air Asia akan sangat merepotkan para penjemput. Kami pulang dengan taksi yang dapat dipercaya menuju rumahku, sesuai kesepakatan ibu akan berada di rumahku sampai masa studi S2 ku selesai per 1 September 08, jadi ada kesempatan buatku memulihkan kesehatan ibu selama kuranglebih 1 bulan.

Ibu dalam masa-masa pemulihan, dengan diet yang ketat, obat-obatan dan istirahat yang cukup, akhirnya ibu kembali pulih. Hasil pemeriksaan pada 1 bulan pertama menunjukkan perbaikan yang signifikan. Anak-anak dan suamiku ikut mendukung dan mengerti bahwa aku sedang sangat memperhatikan kesehatan ibu. Terimakasih Tuhan atas kekuatan yang Kau berikan kepada kami, kepada ibu dan kami yang menjaganya.


0 thoughts on “Ibu pulih kembali (5)

  1. Puji Tuhan ibu bisa sembuh ya. Berat sekali pasti untuk kamu dan ibu pribadi menjalani pengobatan ini. Dan usaha kalian akhirnya bisa membuahkan hasil.

    BTW
    aku sudah tambahkan di link aku loh heheheh
    keep blogging

    (aku lagi keteteran ngerjain terjemahan nih)

    EM