(Foto-foto ada disini)
Anak-anak masih liburan sekolah, tapi karena belum ada jadwal pergi kemana-mana setelah hampir 2 minggu di rumah, aku ingin mengajak Dita dan Arum ke Glodok hari ini, Jumat, 3 juli 2009, ada beberapa tempat yang menjadi tujuan kami, cari makanan di Gloria, beli piring makan di Pasar Pagi Lama dan beli alat tulis menulis di Pasar Asemka. Kami berangkat pukul 06.00 pagi, ikut suamiku ke kantor diantar supir. Kami berangkat berempat, aku, Dita, Arum dan adikku, Ananda. Kami janjian bertemu dengan adikku, Adinda di Glodok jam 10.00. Ternyata perjalanan sangat lancar sekali. Dari kantor suami, di Muara Angke menuju ke Glodok hanya kurang dari 1 jam. Tempat parkir masih kosong, mobil diparkir di depan Ayam Pancoran Glodok (kesukaanku…hehe). Yuuk waktunya jalan-jalan…
Dari tempat parkir, kami menyeberangi jalan yang masih lenggang menuju Petak Sembilan. Kesibukan sudah sangat terasa di sepanjang jalan petak sembilan, kepala kami berganti-ganti menengok ke kiri ke kanan, aku suka banget melihar pasar tradisional disini, mulai dari pedagang sayuran yang banyak macamnya dan segar, ada brocoli, slada, lidah buaya dan daun pandan dan aneka sayuran yang membuat mata kita manjadi segar dan hijau, belum lagi ikan, cumi-cumi, kodok, kepiting, kerang, ayam, bebek, walah semua lengkap dan teratur serta bersih sekali area pasar yang kita lalui, suasananya penuh keakraban, ada orang tawar menawar, ada yang bercanda, suasana yang membuat aku kangen, ketika dulu aku kecil tinggal di Kebayoran Lama, aku diajak Ibu berbelanja di Pasar Mayestik atau Pasar Kebayoran Lama. Dan kembali kemarin aku bisa mengenang pasar tradisional yang dijaga kebersihannya, aku ngga liat ada lalat ya…
Sepanjang gang masih banyak toko permanen yang menjual aneka bahan makanan chinese, Bahan pelengkap jahitan (renda, kancing, benang), peralatan rumah tangga, kain sprei dan gorden dan lain-lain. Di ujung gang, ada sebuah toko, yang menjual aneka ragam barang, sandal, sepatu sampai peralatan sembahyang multi agama. Di sebelah toko itu, ada penjual handuk kiloan, aku membeli 3 lembar handuk besar dan beberapa saputangan handuk buat anak-anak.
Di sekitar gang petak sembilan juga banyak penjaja cincau hijau yang enak. Ada juga penjual tape singkong yang kualitasnya bagus sekali. Nah, tape singkong ini kalo dibikin cake, jadinya cakep dan rasanya enak bener.
Kalo menelusuri jalan petak sembilan agak ke belakang, di sisi kanan jalan ada jalan tembus menuju Gang X. Gangnya sempit dan banyak orang berdagang. Kebanyakan yang dijual adalah katak (swikee). Kami memang sedang mencari sarapan pagi, jadi mata mencari kesana kemari, bukan mencari tapi melihat-lihat, tapi diantara sekian banyak ketertarikan aku melihat sayur, berbagai sea food, jajanan ringan pagi, bebek dan ayam yang digantung, babi panggang renyah dan ada tripang besar.
Di pasar itu di berbagai sudut kita bisa menemukan para penjual bubur. Anggaplah, itu sebagai dessert atau makanan penutup. Dari bubur kacang ijo, ketan item, sampai bubur candil bisa ditemukan di situ.
Buah? Mungkin bisa beli sekalian untuk oleh-oleh pulang ke rumah. Dari buah sampai ke bahan makanan lainnya umumnya berkualitas bagus di Petak Sembilan. Tempe saja misalnya, yang dijual di sini kalau digoreng berbeda rasanya dengan tempe taruhlah yang dijual oleh para penjual sayuran keliling yang biasa berkeliling di perumahan- perumahan. Alpukat mentega, di situ tak pernah kehabisan stok.
Pada kesempatan-kesempatan tertentu, di Petak Sembilan banyak dijumpai penjual bunga sedap malam. Bunga sedap malam yang dijual di sini umumnya batangnya besar-besar, begitu pula bunganya. Pendeknya, kelihatan sehat dan segar. Kalau Anda cukup romantis (terkecuali Anda termasuk yang mabuk kalau membaui bunga sedap malam) bisa pula membeli sedap malam itu untuk dipasang di pot-pot besar sebagai penghias ruangan. Dengan demikian, lengkaplah petualangan Petak Sembilan.
Dari Petak Sembilan, kami lanjut ke Gang Kali Mati, yang mulai dari ujung gang sudah dipenuhi oleh buah-buah segar yang jarang kita dapatkan, misalnya buah srikaya, yang banyak terdapat di Yogya dan Solo. Buah ini buah kesukaan Ibu, memang terasa manis dan kurang baik dikonsumsi ibuku yang penderita diabetes, namun karena sudah lama Ibu tidak makan buah ini, aku membelikannya 2 kg saja, untuk tombo kangen, obat rindu. Tentu tidak untuk ibu sendiri, tapi dimakan beramai-ramai.
Gang Kalimati adalah salah satu gang yang paling padat dipenuhi penjual aneka makanan yang mengundang selera. Dari makanan ringan yang sedap untuk mengganjal perut di pagi hari macam combro hangat, getuk, atau aneka bubur manis, sampai makanan berat seperti mi serta nasi, lengkap dengan bermacam lauk pauknya.
Suasana gang-gang ini sangat kental nuansa pecinannya. Terdengar beberapa penduduk sepuh berkomunikasi dalam bahasa leluhur. Selain itu, arsitektur bangunannya pun sangat mencerminkan nuansa melayu cina. Di beberapa kedai kopi khas Cina, berkumpul kaum bapak yang asyik ngobrol dan bercanda sambil yam cha. Yam cha adalah tradisi minum teh yang berasal dari Guangdong, Cina, dan masih bertahan sampai sekarang.
Hampir seluruh bangunan di sepanjang gang yang lebarnya tak lebih dari dua meter ini merupakan bangunan tua yang masih dipertahankan bentuknya sampai sekarang. Berjalan menyusuri gang ini, dapat ditemukan pula pedagang yang menjual buah-buahan yang sudah jarang ditemukan di kota besar. Yaitu buah delima dan buah duwet yang bila dimakan, membuat lidah berwarna ungu kehitaman itu.
Khusus buah delima, rupanya ada konsumen khusus. Ibu hamil yang akan menyelenggarakan upacara tujuh bulanan, akan mencari buah delima sebagai salah satu kelengkapan syarat upacara.
Anakku mulai kelaparan, akhirnya kami menyeberangi jalan, menuju ke Gloria. Ada Toko Gloria yang sudah berdiri sejak lebih dari 30 tahun lalu. Di toko ini bisa ditemukan makanan-makanan unik lain, semisal aneka jajanan Cina seperti kue bulan dan moci. Kami membeli sebungkus moci rasa pisang susu, sebungkus hanya Rp 5000,- saja.
Di lantai dasar ada Toko Evergreen yang menjual sirip ikan hiu, sarang burung walet, serta perut ikan. Ketiga makanan ini tergolong makanan mahal dan sering dicari untuk dibuat sup. Menurut A Kiat, pemilik Toko Evergreen, bahan makanan di tokonya tetap ramai oleh pembeli, meskipun harganya sama sekali tak bisa dibilang murah. Coba tengok sarang burung walet super yang dihargai Rp 5,250 juta untuk 1 onsnya, dan Rp 2,4 juta untuk yang biasa. Sirip ikan hiu yang masih berbentuk sirip utuh dibanderol Rp 6 juta/kilogram, sedangkan yang sudah dalam bentuk suwiran besar Rp 650-750 ribu/ons.
Jika ingin mencari makanan murah meriah, ada seorang penjual opak ketan khas Tangerang yang sangat gurih. Pedagang ini biasa menggelar dagangannya di samping Toko P&D Jap Heng Lay, yang menjual bebek asin yang diimpor langsung dari Hongkong.
Toko di paling depan dari pertokoan Gloria, di sebelah timur yaitu Jap Heng Lay, yang tersohor dengan barang2 import dan ham dan sosis dari Bali. Di sebelah baratnya, toko peralatan rumah tangga yang tampak kusam, menjual aneka mangkuk sapo dan berbagai macam cucing porselein. Di tengah antara Jap Heng Lay dan toko peralatan ini, ada yang jual Moaci bikin langsung di depan pembeli. Moaci ini berbeda dari moaci sukabumi, karena ini lebih mantap ukuran dan isi kacangnya banyak.
Setelah membeli beberapa kantong kue kering, kami menyusuri gang di samping Gloria, hm banyak makanan disini yaa. Dari ujung gang, pedagang sudah memanggil-manggil kami menawarkan dagangan mereka. Aku seperti biasa, mampir ke rumah makan didepan gerobak bebek panggang Sedap Wangi yang terkenal itu karena aku ingin makan nasi campur. Kami masuk dan memilih tempat duduk di depan pintu masuk. Aku memesan nasi campur, Dita memesan lontong cap gomeh disamping bebek panggang Sedap Wangi, sementara Arum dan adikku memesan mie ayam bakso. Hm benar-benar sarapan yang mantap.
Mie ayam baksonya standarlah rasanya seperti mie ayam bakso yang lain, tapi jelas enak. Yang mantap justru lontong cap gomehnya, lontongnya lembut, kuah sayur labu siam bersantan kental dengan bumbu yang agak pedas. Nasi campur juga standar seperti di RM Kenanga atau rumah makan di Pasar Modern BSD.
Laporan pandangan mata kami, disini banyak penjual makanan, dari yang non halal seperti Bek Tim (aneka jerohan dan daging babi dimasak kuah), nasi campur, mie, chinese food. Ada juga cakwe, nasi kare medan, soto betawi, rujak Juhi yang marem. Pi Oh, yaitu bulus yang di masak kuah taoco, konon katanya ini berkhasiat menyembuhkan suatu penyakit. Di gang ini ada Toko Kawi yang ngetop dengan Ham Bali dan Sosis Balinya.
Selesai makan, kami berjalan keluar gang untuk melanjutkan ke tujuan berikutnya, membeli piring makan. Maklum sudah bertahun-tahun, kami tidak mengganti piring makan kami. Kami bertemu dengan adikku yang lain juga di tempat penjualan barang pecah belah. Ada beberapa toko di sepanjang jalan ini, namun kami memilih satu, yang tampak besar dan walaupun harganya agak lebih mahal dari toko yang lain, namun mempunyai barang dengan kualitas ekspor dan motif-motif menarik kelas hotel berbintang. Disini, aku membeli selusin piring makan, 6 buah mug, beberapa piring sayur dan selusin sendok dan garpu.
Dari jalan raya di depan toko Tian Liong, telusuri jalan ke belakang (bukan kembali ke jalan raya glodok), nanti akan ketemu pertigaan yang ramai. Di sisi kanan ada gedung bertingkat bekas terbakar dan tidak terawat. Inilah yang disebut pasar pagi Asemka. Pasar grosiran ini menjual segala macam kebutuhan dalam jumlah besar. Aneka hiasan dan pernak pernik wanita, seperti jepitan, bros, peniti, gelang, kalung, bermacam model, ada yang dari batu imitasi maupun batu alam, dan dari besi bakar yang dijual dengan harga sangat murah. Tempat makan dan minum anak, tas sekolah, frame foto, alat tulis dengan bentuk yang cantik dan lucu dijual dng harga yang tak terduga. Demikian juga dengan mainan anak, boneka dan pernak-pernik utk ulang tahun anak, semuanya lengkap tersedia disini dng aneka pilihan bentuk dan warna. Namun tujuan kami kali ini ya membeli alat tulis sekolah, aku membeli buku tulis, pensil, bolpen, buku gambar dan sampul plastik. Di Asemka, aku juga membeli tas sekolah dengan gambar Ben Ten, kaos kaki dan celana dalam untuk Daniel serta beberapa parfum abal-abal untuk Dita.
Kalau butuh kemasan cantik, souvenir dan keperluan lainnya bisa dicari disini. Tapi jgn coba2 beli dalam jumlah sedikit karena semua barang dijual dalam satuan lusinan. Jadi kalo beli cuma 1 atau 2 buah, pasti deh dicuekin. Di sisi kiri jalan juga ramai toko2/ruko2 yang menjual barang2 impor dan lokal. Biasanya, para pedagang mengambil barang dagangan mereka dari pasar pagi asemka ini.
Selesai sudah berbelanja, kami kelaparan lagi, Adinda mengajak kami makan di Ayam Goreng Pancoran. Sementara kami berdua memesan ayam kremes dan nasi. Dita dan Arum memesan pempek kapal selam. Rumah makan Ayam Goreng Pancoran ini berada sejajar dengan pertokoan Gloria, seberang Tian Liong, lokasinya sudah pindah dari tempat lamanya dan sekarang ditambah dengan beberapa gerobak makanan lain, seperti pempek, sehingga ada banyak pilihan makan yang lain, jika tidak mau makan berat.
Laporan pandangan mata yang lain, di depan pertokoan Gloria, juga ada beberapa toko yang menjual aneka permen impor dan snack curah, penjual snack curah tersebar di sekitar Glodok, dari basement city hotel, sepanjang pancoran, sampai di gedung gloria. Semua pedagang ini pasang harga seragam, dan nggak bisa ditawar. Tapi memang harganya sesuai. Bayangin aja, aneka kacang mede siap makan, hanya 50 ribu sekilo. Ada mede oven, mede tepung, mede madu, aneka kacang (kacang bali, kacang telur, dll) rata-rata 20 ribuan, aneka emping rata2 20 ribuan. Kita boleh mencicip dulu sebelum membeli. Aneka permen, dari permen kelinci yang sudah ada sejak jadoel, permen obat batuk yang pedes segar dan permen obat turun panas. Sayang permen kelinci sudah ditarik dari peredaran, padahal itu permen kesukaan kami waktu kecil. Aku ingat betul karena harganya mahal (waktu itu) kami makan sedikit-sedikit.
Kawasan pecinan juga akrab dengan toko-toko obatnya. Deretan toko-toko obat yang menjual aneka herbal kering khas Cina menjadi pemandangan menarik tersendiri di sepanjang Jalan Pancoran ke arah Jalan Pintu Kecil.
Tak jauh dari deretan toko obat itu bisa ditemui sebuah toko buku khusus berbahasa Cina. Toko buku bernama Mandarin Bookstore ini menjual buku-buku sejarah, sastra, manajemen, serta buku cerita anak-anak berbahasa Mandarin. Banyak mahasiswa Sastra Cina datang ke sini untuk mencari buku-buku yang susah dicari di tempat lain.
Selesai sudah perjalanan sejak pagi dari Petak Sembilan, Gloria dan Pasar Asemka, sekarang waktunya pulang, aku dan anak-anak turun di depan halte ITC Mangga Dua untuk kembali pulang dengan shuttle bus BSD City, sementara belanjaan sudah aman di mobil bersama supir yang akan kembali ke kantor suami….
(Sumber: dari berbagai sumber n pribadi)