Adenium, tanaman dari gurun

Adenium adalah tanaman berbunga yang pertama kali aku miliki setelah mempunyai rumah sendiri, sebelumya aku tidak berani memelihara tanaman ini karena menurut ibuku, tanaman ini mengandung getah yang berbahaya jika terkena tangan, bisa keracunan, kata beliau. Jadi pada saat memiliki tanaman inipun, aku menanamnya jauh dari jangkauan anak-anak. Malah setelah tempat menjemur pindah keatas (lantai atas maksudnya), aku angkut semua pot adenium ke atas, karena selain cukup sinar matahari. Bunga-bunga ini cukup indah di pandang mata dari kamar anak-anak yang ada di atas juga.

Namun akan sedih juga hati kita bila mendapatkan tanaman kesayangan kita mogok berbunga. Bunga yang masih menempel pun tampak kusam, kemudian layu. Bila demikian, boleh dibilang adenium sedang sakit. Biasanya disebabkan pertumbuhan tanaman dengan kondisi ruang lingkungan pot tidak seimbang. Akar dan batang kian membesar, sementara ruang gerak dan nutrisi untuk hidup dalam pot terbatas. Atau bisa juga terjadi, batang tumbuh menjulang tinggi tapi diameter batang tidak bertambah.

18092009

Akibatnya, pertumbuhan lambat, jumlah daun makin sedikit, layu, dan akhirnya menguning. Pertumbuhan tunas dan cabang juga sangat lambat. Yang lebih parah, bunga ngambek, tak mau lagi muncul.

Menurut Chandra Gunawan, pemilik Godong Ijo Nursery di bilangan Sawangan, Depok, Jabar, adenium perlu dirawat serius, bila kita berharap adenium rajin berbunga. “Biasanya banyak orang bilang hobi, tapi tidak mau menseriusi hobi tersebut,” katanya.

Jika cinta dengan tanaman, menurut Chandra, kita juga harus tahu sifat tanaman tersebut. Adenium yang tanaman gurun ini, misalnya, membutuhkan sinar matahari penuh. Oleh karena itu, adenium jangan ditempatkan di lingkungan teduh.

Perawatan Intensif

Media tanah yang digunakan harus porous (dapat mengalirkan air secara baik). Soalnya, adenium termasuk tanaman daerah kering. Tak perlu takut kalau ada hujan, sebab selama medianya porous, pot tidak akan tergenang air.

Chandra menyarankan, pemilik adenium mesti memperhatikan kebutuhan pupuk,. Interval pemberian pupuk pun harus diperhatikan. Gunakan pupuk yang slow release karena pupuk ini lebih mudah, hanya 3 bulan sekali.

Tanaman juga perlu disemprot insetisida atau fungisida secara berkala. Penyemprotan cukup 10 hari sekali. Akan lebih baik bila penyemprotan dilakukan hanya kalau ada serangan hama atau penyakit. Untuk menghindari kekebalan hama atau penyakit, sebaiknya tidak menggunakan satu jenis insektisida maupun fungisida secara terus-terusan.

Dalam penyiraman, perlu dikontrol. Sebab, jika berlebihan, meski media porous, tetap masih riskan. Chandra menganjurkan penyiraman 2—3 hari sekali. Media yang sudah lama juga harus diganti supaya daya serapnya semakin tinggi. Bila air tidak segera mengalir ke bawah pot, dikhawatirkan akar akan menjadi busuk karena kelebihan air.

Untuk membuat percabangan lebih banyak, supaya rajin berbunga, lakukan pula pemangkasan. Pemangkasan juga berfungsi menghentikan siklus serangan hama atau penyakit. Selain itu, setiap 8 bulan—1 tahun, pot diganti yang baru (repotting), tujuannya, untuk memberikan kesempatan pada akar agar terus berkembang.

Sekarang,  selain adenium, aku juga punya beberapa tanaman yang bisa kunikmati keindahannya disini.

Sumber : Agrina dan Pribadi


2 thoughts on “Adenium, tanaman dari gurun

  1. iya ini kamboja..aku jg baru tau kalo namanya adenium..hehehe…ada juga lho kamboja jepang..ayo cari dong, bikin tulisan ttg adenium jepang…

Comments are closed.