Wishing You A Happy and Prosperous Chinese New Year! Gong Xi Fa Cai 2562! semoga di Tahun Shio Kelinci Emas ini, tahun baru Imlek membawa rejeki yang berlimpah dan kesehatan buat kita semua, khususnya bagi saudara dan teman yang merayakannya.
Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai “malam pergantian tahun”. Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Cina sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api. Meskipun penanggalan Cina secara tradisional tidak menggunakan nomor tahun malar, penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok seringkali dinomori dari pemerintahan Huangdi. Setidaknya sekarang ada tiga tahun berangka 1 yang digunakan oleh berbagai ahli, sehingga pada tahun 2009 masehi “Tahun Tionghoa” dapat jadi tahun 4707, 4706, atau 4646.
Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873). Di Daratan Tiongkok, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara lain atau daerah dengan populasi Han Cina yang signifikan, Tahun Baru Cina juga dirayakan, dan pada berbagai derajat, telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara tersebut.
Tahun Baru Imlek di Indonesia
Di Indonesia, selama 1965–1998, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur yang fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002 (12 Februari 2002), Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Sukarno Putri.
Hidangan yang disajikan biasanya berjumlah minimal 12 macam masakan dan 12 macam kue. Ini mewakili lambang-lambang dari shio yang berjumlah 12. Di antaranya yang memiliki perlambang ialah mi, melambangkan panjang umur dan kemakmuran. Kue lapis atau lapis legit juga disediakan. Konon kehadiran kue itu sebagai perlambang datangnya rezeki yang berlapis-lapis. Kue mangkok, kue moho dan kue keranjang, biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue moho atau kue mangkok yang diberi merah pada bagian atasnya. Harapan yang terkandung di situ adalah kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok. Agar pikiran menjadi jernih sepanjang tahun ini disertakan pula manisan kolang-kaling. Ada pula agar-agar yang dicetak bentuk bintang, merupakan simbol kehidupan yang terang. Hidangan camilan yang tidak pernah ketinggalan adalah kuaci, kacang dan permen.
Semua hidangan untuk persembahan diatur di atas meja sembahyang. Lalu, seluruh angota keluarga berkumpul dan berdoa memanggil arwah para leluhurnya untuk menyantap sajian yang disuguhkan. Setelah upacara sembahyang usai, makanan yang tersaji di meja upacara kemudian dibagikan kepada kerabat dan handai taulan. Meski hidangan favorit leluhur selalu disediakan di meja sembahyang, tetapi ada juga hidangan yang dihindari sekalipun disukai. Bubur, misalnya. Hidangan ini melambangkan kemiskinan, hingga tidak boleh hadir dalam hidangan sembahyang maupun suguhan Tahun Baru. Kue Keranjang dan Ikan Bandeng Wajib Hadir
Kue keranjang yang rasanya manis terbuat dari tepung ketan dan gula. Kue keranjang berasal dari nama nian gao. Nama ini punya arti tersendiri. Kata “kue” atau gao memberikan makna yang sama dengan kata dan arti “tinggi”, sedangkan kata nian berarti “tahun” jadi secara simbolis diharapkan jabatan maupun kemakmuran semakin tahun dapat naik semakin tinggi.Kue keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, enam hari menjelang Tahun Baru Imlek (Jie Sie Siang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang Tahun Baru Imlek. Kue keranjang yang dijadikan sesaji sembahyang ini, biasanya dipertahankan tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15).
Di samping itu berdasarkan mitos atau dongeng Dewa yang paling bisa mengetahui, keadaan di rumah adalah Dewa Dapur “Zao Wang Ye” (“Ciao Ong Ya” dalam bahasa Hokkian) sebab segala macam gosip banyak disebar luaskan pada saat sedang ngobrol di dapur ataupun dari makanan yang disajikan bisa mengetahui keadaan keluarga tersebut, apakah mereka keluarga mampu atau miskin.
Setahun sekali sang Dewa Dapur ini pulang mudik cuti untuk sekalian laporan ke Surga. Sang Dewa Dapur ini terkesan rewel dan cerewet. Untuk menghindar agar Dewa Dapur tidak memberikan laporan yang salah, maka sebaiknya mulutnya disumpal terlebih dahulu dengan Kue Keranjang agar mulutnya menjadi lengket dan akhirnya tidak bisa banyak bicara dan kalau bisa bicara sekalipun pasti hanya hal yang manis-manis saja. Begitulah cerita kenapa kue keranjang sangat lekat dengan perayaan tahun baru imlek.
Kue keranjang dari tahun ke tahun semakin bervariasi. Kalau dulu hanya dikenal kue keranjang dibungkus daun pisang, maka kemudian karena alasan praktis dan sulit mendapatkan daun pisang dalam jumlah banyak maka digunakan plastik untuk membungkus dodol khas Imlek ini. Kemudian muncul kue keranjang dengan variasi rasa mulai cokelat, pandan dan strawbery. Meski banyak variasi kue keranjang namun umumnya kue keranjang bungkus daun pisang tetap menjadi pilihan utama untuk kepentingan ritual sembahyang.
Untuk orang tua pasti akan memilih kue keranjang daun pisang meski harganya lebih mahal. Kalau yang dibungkus plastik harganya Rp17 ribu hingga Rp18 ribu per kilogram. Satu kilo isinya dua. Sedangkan bungkus daun pisang harga per kilonya Rp20 ribu hingga Rp25 ribu.
Di malam Imlek, orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di restoran. Setelah selesai makan malam mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa.
Makanan yang sering disajikan menjelang Imlek adalah ikan bandeng, sebab ikan ini melambangkan rezeki. Dalam logat Mandarin, kata “ikan” sama bunyinya dengan kata yu yang berarti “sisa”. Seperti juga kata yu yang sering tercantum di lukisan gambar sembilan ikan, disitu tercantum nian nian you yu yang berarti “setiap tahun selalu ada (rezeki) sisa”.
Ikan bandeng mentah kalau pada hari biasa ditawarkan dengan harga Rp 25 ribu per kilo, dua hingga tiga hari menjelang Imlek akan merangkak naik menjadi Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram. Ikan bandeng menjelang Imlek biasanya dijual dalam ukuran besar. Berat satu ekor ikan bisa mencapai tiga hingga lima kilo. Tetapi kalau ukurannya lebih besar lagi dan dijual satu hari menjelang Imlek harga per kilogramnya bisa mencapai Rp 50 ribu.
Selain ikan bandeng yang juga sering disuguhkan teripang berwarna cokelat dan rasanya kenyal-kenyal ini memang merupakan makanan khas Imlek. Di samping kepiting berukuran besar biasa dicari orang untuk membuat sup hisit.
Masakan berbahan dasar hewan laut agaknya memang telah menjadi tradisi menjelang Imlek dan biasanya acara makan malam diakhiri dengan menikmati bauh-buahan seperti apel dan jerik. Namun yang lebih diutamakan adalah menyiapkan buah jeruk kuning, yang lazim disebut sebagai “jeruk emas” (jin ju).
Bahkan menjelang Imlek biasanya banyak dijajakan di pusat perbelanjaan dan pasar-pasar di darah pecinan pohon jeruk dengan buah lebat atau buah jeruk masih disertai beberapa helai daun yang melambangkan kekayaannya akan bertumbuh terus.
Sekali lagi, Selamat Tahun Baru Imlek, Gong Xi Fa Cai !!
Sumber : Wikipedia, Google dan berbagai sumber