KRL Ciujung dari Stasiun Tanah Abang

Salah satu alternatif transportasi yang perlu dicoba untuk perjalanan dari kantor pusat di Jakarta ke rumah di BSD adalah kereta api, KRL Ciujung melalui Stasiun Tanah Abang. Dulu, sebelum merasakan nyamannya naik kereta ini, aku hanya mengandalkan kendaraan dengan bis Trans BSD yang memang super nyaman, tapi aku mesti naik busway dulu dari Halte Sarinah menuju Halte Bundaran Senayan, Ratu Plaza. Sayangnya, sekarang bis Trans BSD ini sering tidak pas waktu, diakibatkan kemacetan di beberapa titik seperti di perempatan Lebak Bulus dan dari Lebak Bulus sampai dengan depan Gandaria City.

Jika sedang bertugas ke Jakarta, berangkat memang masih kulakukan dengan naik bis Trans BSD, tapi pulangnya, jika tugas selesai sebelum pukul 13.00, aku memilih naik ojek ke Stasiun Tanah Abang, yang dilanjutkan dengan naik KRL Ciujung yang hampir selalu tepat memiliki jadwal pukul 13.12. Bicara tentang kenyamanan didalam kereta KRL Ciujung, tidak terlepas juga dengan bicara tentang Stasiun Tanah Abang.

Stasiun Tanahabang (THB) yang biasa disingkat menjadi Stasiun TA merupakan stasiun kereta api yang terletak di Jl. Jatibaru, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +9 m dpl ini berada di Daerah Operasi 1 Jakarta. Stasiun ini berada di timur Banjir Kanal, dan di selatan Jembatan Layang Kalibaru. Bersama dengan Stasiun Gambir, Pasar Senen, dan Jakarta Kota, Stasiun Tanahabang adalah salah satu tempat pemberangkatan awal bagi kereta api jarak jauh.


Jangan bandingkan tampilan Stasiun TA dengan tampilan Stasiun Shinjuku, Tokyo. Penampilan sebuah stasiun mencerminkan orang-orang yang menjadi penggunanya dan pengguna atau masyarakat tidak terlepas dari Pemerintahan sebuah negara yang mengelolanya. Bagaimana mau bicara tentang tampilan yang keren dari Stasiun TA, wong sebagian besar penggunanya adalah pedagang dan pengguna yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Baru dalam 2-3 tahun terakhir ini, Kereta atau KRL menjadi alternatif transportasi yang cukup memadai bagi para pekerja, mengingat kemacetan lalu lintas Jakarta yang semakin menggila dan melelahkan.

Begitu tiba di Stasiun TA, sudah banyak pedagang yang mengemper di trotoar, menaiki tangga, banyak juga orang yang duduk disana, tentu dengan wajah dan bau yang aneka warna, terus lanjut naik keatas, lebih semrawut lagi, antrian di depan loket, belum lagi orang duduk di lantai, di mana-mana, ada tempat khusus untuk duduk, tapi terbatas, jadi orang yang sudah kelelahan pun duduk dimana saja, apalagi kalau hujan, wah lantai 1 Stasiun TA ini benar-benar ikutan basah becek dan kotor.

Setelah membeli tiket, melewati petugas pengecekan karcis peron, aku turun menuju jalur kereta api, yang biasanya berada di Jalur 5 atau 6. Oh ya, tiket KRL Ciujung dari Stasiun TA ke Serpong, cukup murah, hanya Rp 5.000,- saja, bila dibandingkan dengan tiket bis Trans BSD yang sebesar Rp 12.000,-. Menuju jalur 5 atau 6, menuruni tangga, juga banyak orang duduk di sekitar tangga. Sambil menunggu kereta datang, aku mengamati orang dan lingkungan sekitar didalam dan diluar Stasiun TA.

Pada saat hujan dan air memasuki Stasiun, maka akan muncullah aneka jenis sampah, yang mungkin dibuang orang secara sembarangan ke jalur kereta, padahal resikonya, kalau hujan tidak berhenti, maka bisa terjadi banjir yang mengakibatkan kereta tidak dapat beroperasi. Mungkin orang tidak berpikir akibatnya bisa sejauh ini, mereka hanya membuang asal membuang, habis makan, perut kenyang, buang bungkusnya di mana saja, dasar malas, inilah salah satu budaya buruk dari bangsa ini, yaitu malas.

Selain sampah atau kebersihan, keamanan juga kurang diperhatikan, banyak kereta api yang beroperasi tanpa pintu, gila ya, apakah tidak ada resiko penumpang jatuh? Eh lucunya, malah banyak anak duduk di pinggir pintu yang terbuka itu.

Kereta datang, bukan KRL, katanya kereta ekonomi biasa, oh ya yang pintu terbuka itu, kebanyakan dari kereta ekonomi. Sesuai dengan namanya, kebanyakan penumpang dari kereta ini adalah pedagang, anak sekolah ataupun dari golongan ekonomi kebawah. Bukannya mengecilkan arti kereta ini, tapi kabarnya keamanan pun tak terjamin disini, ada pengamen dan pedagang berjualan di dalam kereta.

Sekarang KRL masuk ke jalur 6 dari arah Manggarai, di jam-jam seperti ini tidak sepadat jam-jam pulang kerja, tapi toh orang masih berdesakan masuk kedalam kereta, karena semua ingin dapat tempat duduk. Ada gerbong khusus untuk wanita dan anak-anak, tapi itupun kurang fleksibel, bagaimana kalau keluarga yang terdiri dari bapak ibu dan anak, ataukah sepasang suami istri. Maksud hati memang mengamankan wanita dan anak-anak, tapi kadang bukan itu yang terjadi.

KRL Ciujung cukup bersih dan nyaman. Perjalanan bisa ditempuh dalam waktu 45 menit sampai di Stasiun BSD yang dikenal dengan sebutan Stasiun Rawa Buntu. Pemeriksaan juga dilakukan didalam kereta. Jika ditemukan pengguna tidak membawa tiket atau salah tiket, maka dikenakan biaya dua kali lipat atau sebesar Rp 10.000,- Selamat menikmati perjalanan dengan KRL Ciujung.

Sumber : Pribadi, Ms Google