Aku menyukai pajangan dari kayu menyerupai orang ini sejak mengamatinya pada perjalananku ke Jepang tahun 1992, bentuknya yang lucu dan unik dengan kepalanya yang menyerupai batok kelapa, membuat siapapun (aku maksudnya) yang melihatnya, ingin memilikinya. Harganya boleh dikata tidaklah murah, tapi sebagai kenang-kenangan tentu menjadi tak ternilai harganya.
Baru-baru ini, koleksi Kokeshi ku bertambah sepasang lagi (sebenarnya aku baru punya 2 pasang sebelumnya, jadi sekarang menjadi 3 pasang) dan yang kali ini benar-benar sesuai dengan yang aku inginkan, walau aku yakin sahabatku tentu cukup berat membawanya.Terimakasih banyak Imelda 🙂
Mari kita simak penjelasan yang bisa aku peroleh mengenai boneka Kokeshi ini
Kokeshi adalah boneka kayu khas Jepang yang menggambarkan sosok gadis Jepang. Boneka ini dikenal sejak zaman Edo (1603-1867). Ciri khas khusus boneka ini adalah badan yang berbentuk silinder dengan kepala yang bulat di atasnya, serta tak adanya tangan dan kaki. Asal daerah yang membuat boneka unik ini adalah daerah Tohoku, sejak abad 17-18 diproduksi sebagai buah tangan dan cendera mata bagi para pengunjung yang mandi di air panas. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi setelah Perang Dunia II, hingga saat ini kokeshi juga masih tetap populer, digemari banyak para kolektor karena kemolekan dan kesederhanaan bentuknya, sehingga diproduksi dan dijual tidak hanya di Tohoku di samping sebagai salah satu souvenir di tempat wisata.
Yang sekarang sering dijumpai adalah shingata kokeshi (kokeshi baru), sementara kokeshi klasik dikenal sebagai dento kokeshi (kokeshi tradisional) . Kreativitas kokeshi itulah yang menjadi fenomena baru dan sesuai dengan kreativitas seniman pembuatnya, sering dijual dengan harga yang sangat mahal. Biasanya kokeshi ini terbuat dari bahan kayu keras (dogwood) dan kayu pohon Sakura. Bahan kayu tersebut ditaruh pada sumbu silinder mesin bubut (seperti pembuatan keramik), sambil berputar sedikit-sedikit kayunya terkikis. Kemudian setelah bentuknya sempurna, barulah dilukis rambut, mata, hidung pada bagian kepala dan wajah, lalu digambar baju kimono pada bagian tubuhnya dengan cat warna-warni. Teknik ini dinamakan sebagai teknik profesi seniman yang diteruskan secara turun temurun dari seorang master hingga anak didiknya.
Pembuatan kokeshi memang hanya menggunakan mesin bubut saja. Tapi jangan lupa, untuk membuat bentuk-bentuk khusus atau bentuk kontemporer butuh keahlian dan pengalaman matang. Ekspresi perupa saat membuat kokeshi terpancar dari hasil karyanya.
Penambahan cat untuk mengekspresikan wajah pun digunakan perupa dengan sangat hati-hati. Cat yang digunakan biasanya menggunakan bahan alami. Beberapa di antaranya ialah, tanah, lumpur, atau tumbuh-tumbuhan jenis tertentu yang diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan warna tertentu.
Warna-warna yang digunakan untuk melukis kokeshi adalah warna-warna yang khas Jepang dan jarang digunakan di daerah lain.
Sebenarnya selain bentuk kokeshi dengan bentuk orang, ada pula mainan lain anak-anak Jepang yang berbentuk bola. Jenis ini biasanya disebut temari. Asal muasal temari ternyata tidak lepas dari sejarah permainan sepakbola yang pada abad pertengahan hanya dimainkan anak laki-laki Jepang. Anak wanita yang tidak boleh mengenal apalagi bermain sepakbola, kemudian bisa membuat bola dengan menambahkan hiasan rajutan di sekeliling bola. Belakangan bola dengan hiasan itu ternyata sangat digemari anak-anak. Bola dengan hiasan unik itu seolah tengah mengungkapkan ekspresi para pembuatnya.
Sedikit yang diketahui tentang sejarah awal Kokeshi Dolls Kayu Jepang. Salah satu aliran pemikiran berpendapat bahwa boneka Kokeshi memiliki asal-usul mereka dalam praktik agama spiritualis. boneka kayu yang diduga mengandung esensi spiritual orang mati dan sering dibuat untuk mengingat kehormatan.
Sebenarnya dibalik keindahan kokeshi, selalu ada “informasi” yang ingin disampaikan oleh pembuatnya yang digambarkan melalui kerajinan tangan yang unik. Dengan mempelajari jenis2 Kokeshi yang ada , dan juga sejarahnya, boneka ini menjadi lebih menyenangkan untuk dilihat. Kokeshi ada yang bernuansa kedaerahan serta religius. Masing-masing daerah ada ciri khasnya.
Sumber: A Bilingual Handbook on Japanese Culture,
http://furugistarjapan.wordpress.com/2011/01/24/japanese-kokeshi-dolls-more-than-a-pretty-face/#more-3 dan beberapa sumber