Perjalanan kami hari pertama adalah dari bandara Polonia menuju Siantar dan menyeberangi Prapat menuju Samosir, tepatnya ke Hotel Sopo Toba di Ambarita.
Berangkat dari Bandara Polonia kurang lebih pukul 10.00 pagi yang cerah, melalui Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, Siantar dan Prapat.
Kami sempat berhenti untuk Makan Siang di Rumah Makan Simpang Raya, karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.00. Rumah Makan bernuansa Padang ini seperti rumah makan sejenis, lauk disajikan dalam piring-piring. Kami memilih lauk ayam gulai, sambal goreng udang dan ayam goreng dengan minuman jus jeruk nipis, jus jeruk dan jus martabe. Total makan siang kami berlima hari itu sebesar Rp 160.000,-.
Diiringi rintik hujan, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Parbaungan, yang terkenal dengan Dodol di Desa Bengkel. Dodolnya tanpa bahan pengawet dan bisa langsung kita beli dalam keadaan baru diangkat dari tempat pembuatan (tentunya masih panas dan cair). Ini juga salah satu tujuan kami karena aku suka sekali dodol di tempat ini. Satu pak dodol seberat 1/2 kg dijual dengan harga Rp 15.000,- Kami membeli beberapa pak dodol, untuk oleh-oleh dan kami sendiri.
Dari Parbaungan, perjalanan kami lanjutkan menuju Siantar. Mobil melaju dengan kencang walau suami tetap berhati-hati karena kami mengharapkan dapat menyeberang ke Pulo Samosir dengan Kapal Feri pada pukul 17.45. Perjalanan menuju Siantar, tersendat di beberapa tempat diantaranya Sei Rampah, karena kerusakan jalan dan volume kendaraan.
Kami tiba di Siantar pukul 15.00, tujuan kami langsung ke Jalan Soetomo, yang terkenal dengan toko kue Roti Ganda dan kedai kopi Kok Tong. Jalan Soetomo merupakan jalan satu arah yang ramai dan berisik sekali, mobil-mobil saling bersahutan membunyikan klakson, namun apa boleh buat, bayangan roti Ganda yang tebal dan empuk sangat menggoda kami, jadilah kami bersabar bermacet ria disana.
Kami tidak sempat mampir di Kedai Kok Tong yang terkenal itu, tapi beruntung bisa membeli bubuk kopi Kok Tong di toko roti Ganda ini. Ternyata ada dua pilihan yaitu bubuk halus dan bubuk kasar, karena tidak mau ribet dengan bubuk ini, ya tentu aku beli bubuk yang halus saja.
Perjalanan langsung kami lanjutkan ke Prapat, suami tancap gas mengejar penyeberangan kapal Feri….namun saking terburu-buru, kami sempat salah jalan juga tapi tak terkejar juga, padahal kami sudah tiba disana pukul 17. Memasuki tempat penyeberangan di Ajibata, antrian mobil sudah panjang, ada sekitar 30 an mobil berada di luar area pemberangkatan. Ya sudah apa boleh buat, dua kapal Feri untuk keberangkatan pukul 17.45 sudah penuh dan malah salah satunya sudah bergerak maju. Di area pemberangkatan (mungkin ini semacam ruang boardingnya) sudah terparkir sekitar 30 sampai dengan 40 kendaraan, jadi yah kami harus ikut antri di luar.
Menit menit pertama masih bisa kami nikmati dengan berjalan-jalan dan berfoto di sekitar dermaga, lama-lama anak-anak mulai bosan dan masuk kedalam mobil. Suami membeli makanan nasi bungkus, dengan nasi panas, mujair goreng, teri kacang dan ikan mas arsik….hm enak sekali, makan dengan tangan, sambil menyuapi si bungsu.
inilah anak-anak Ajibata, yang menghibur kami sejenak melepas kelelahan dengan menyanyikan lagu-lagu berbahasa Batak dan melompat ke air untuk mengambil koin-koin.
Akhirnya Kapal yang akan membawa kami menyeberang datang juga, dan kami berhasil menyeberang dari Prapat ke Tomok dengan kapal yang berangkat pukul 20.30…..Puji Tuhan akhirnya kami berangkat juga ke seberang.
Pulo Samosir do haroroanku….kami datang 🙂
Pingback: Roti Ganda, Siantar : Honey Bee
Pingback: Menuju Pulau Samosir melalui Prapat : Honey Bee