Mendarat di Medan, kami sudah ditunggu keponakan suami, Lisbeth Udur Sidabariba, yang telah menjadi Nyonya Ginting, bersama temannya, Yanuar Pakpahan, yang menyewakan mobilnya untuk kami bawa dalam perjalanan kami di Medan dan sekitarnya.
Mobil yang baru dibeli 5 bulan ini bermerk Luxio, keluaran Daihatsu, semula suami agak ragu untuk mengendarainya, karena belum terbiasa, namun setelah mobil ini dibawa Yanuar mengarah ke Jalan Kartini, suami bersedia menggunakan kendaraan ini. Dengan susunan duduk 2-3-3 sebenarnya kurang lebih sama dengan Daihatsu Xenia, tapi kelihatannya lebih luas.
Suami memerlukan sedikit waktu untuk menyesuaikan diri dengan Luxio dan selanjutnya, kami mulai memasuki Tol Tanjung Morawa, yang biasa disebut dengan Tol Belmera, singkatan dari Belawan – Medan – Tanjung Morawa yaitu Tol yang menghubungkan ketiga kota tersebut.
Jalan Tol Belmera mulai dioperasikan pada tahun 1986 dan merupakan jalan tol pertama di luar Jawa, dengan total panjang 34,4 km, dan 2 jalur tanpa pulau jalan.
Jalan tol ini mempunyai 5 pintu tol:
Tarif jalan di antara pintu tol berkisar antara Rp.500 sampai Rp.4.500.
Rencana perjalanan kami hari ini memang mulai dari Bandara Polonia, langsung menyeberang ke Pulau Samosir, melewati Lubuk Pakam, Parbaungan, Bengkel, Tebing Tinggi, Siantar dan Prapat.
Mengapa kami langsung menyeberang ? karena hotel yang memadai yang kami dapat, ada di seberang sana. Maklum musim liburan, selain tingkat hunian meningkat, harga-harga juga melambung tinggi, jadi kami mesti pintar-pintar memilih.
Oh ya, selama perjalanan kami enam hari mulai dari Medan-Prapat-Samosir-Brastagi-Medan, suami hanya membeli bensin 5 kali @ Rp 100.000,- hemat bukan ? 🙂