Hari kedua kegiatan Pembekalan MUK di Surabaya bulan Juni ini salah satunya diisi dengan perjalanan ke Bangkalan, Madura dengan menyeberangi Jembatan Suramadu. Jembatan Suramadu, saat ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia, yang panjangnya mencapai 5.438 meter, melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dengan Pulau Madura (di Bangkalan).
Tujuan pertama kami setelah melewati Jembatan Suramadu adalah mengunjungi rumah makan Bebek Sinjay yang amat terkenal itu. Beruntung kami sudah memesan sebelumnya, namun itupun menu pesanan ayam yang kami pesan sudah habis, sehingga hanya ada menu bebek saja. Sepiring bebek goreng yang empuk dan gurih, dengan ati ampela dan kremesan plus sambal mangga yang pedas, mampu menghangatkan kami di Madura yang saat itu baru saja turun hujan deras dan mengenyangkan karena kami datang sekitar pukul 12.30 an, waktunya makan siang.
Perjalanan dilanjutkan ke Pusat Batik Madura di Pasar Bangkalan. Ada aneka motif dan warna dari Batik Madura ini yang warnanya sebagian besar dominan dengan warna yang cerah, garis goresan motif yang tegas sesuai karakter orang Madura pada umumnya.
Ciri batik madura adalah memiliki warna yang cerah dan beragam seperti merah, kuning, hijau, dan biru. Warna-warna tersebut dihasilkan dari pewarna alam yaitu soga alam seperti mengkudu dan tingi untuk warna merah. Daun tarum untuk warna biru, kulit mundu ditambah tawas untuk efek warna hijau. Warna terang dan gelapnya dihasilkan melalui lamanya perendaman kain selama 1 hingga 3 bulan, bahkan ada yang mencapai 1 tahun. Perendaman ini juga akan membuat warna kain batik lebih awet dari biasanya.
Karena merupakan warisan turun temurun, maka hampir di beberapa kota besar di Madura, mempunyai ciri khas dan produk Batik tersendiri, seperti di Sumenep. Namun karena keterbatasan waktu, kami hanya berada di Bangkalan saja.
Motif batik bangkalan lebih dari seribu jenis. Nama motifnya terkait gambar apa dan cara pewarna yang dikonsonankan dengan bahasa daerah setempat. Nama-nama motif tersebut diantaranya adalah: ramo, banjar ramo, rongterong, perkaper, rawan, serat kayu, panca warna, dan sebagainya. Batik tulis bangkalan dikerjakan selama 1 minggu dan dijual dengan harganya Rp 50.000,00 – Rp75.000,00. Sementara batik tulis sutra bangkalan dikerjakan selama 1 hingga 2 bulan dan dijual seharga Rp 500.000,00 – Rp1.000.000,00. Akan tetapi, yang paling mahal dan paling terkenal dari batik bangkalan adalah batik gentongan.
Hasil perburuan di Bangkalan, 4 potong kain batik dengan motif bunga, ikan, daun, dua buah kemeja pria dewasa dan dua buah daster kerut berwarna merah, cukup menyenangkan sebagai buah tangan. Namun yang perlu diingat, tanyakan saat membeli, apakah ini Batik Madura ? karena ada Batik dari wilayah lain disana, seperti Batik Pekalongan dan Batik Cirebon juga.
Perjalanan hari itu berakhir di Pasar Genteng, pusat oleh-oleh Surabaya, hanya dengan masuk ke satu toko saja yaitu toko BHEK, satu dus bisa pulang dibawa setiap orang :-O karena memang toko BHEK sangat lengkap. Aku membawa pulang pesanan bandeng presto, otak-otak bandeng, terasi, petis, kerupuk dan sambal udang. Sampai tidak sempat memfoto ya, saking penuhnya toko ini diserbu oleh kedatangan kami, jadi, fotonya dari ms Google saja
Dari Genteng, Surabaya, kami kembali ke penginapan kami di Trawas Hotel, Mojokerto, masih dua jam lagi perjalanan dan kami semua terlelap tidur dan terbangun untuk makan malam di rumah makan Pring.Ya ampun…makan lagi yak ? Herannya kok ya tetap habis…Puji Tuhan
Terimakasih semua teman-teman panitia dan para MUK untuk perjalanan hari ini.
Sumber : Pribadi, Ms Google