Aku datang agak terlambat ke kantor siang ini karena ada keperluan mengurus kepindahan domisili Ibu. Turun dari kendaraan (ojek maksudnya), aku melihat ada seorang anak berpakaian putih merah sedang duduk di tepi parkiran mobil sedang menghitung uang, sementara ada sebuah baskom di sebelahnya. Sesudah membayar ongkos ojek, aku menghampiri anak itu, karena mengenakan baju seragam sekolah, maka aku pun bertanya “kamu ga pergi sekolah ?”,
ia menjawab sambil mengangkat baskomnya “sekolah bu” , anak itu mengalihkan pandangannya
“kok belum berangkat, kamu sekolah dimana ?” tanyaku,
“masuk siang bu, dekat, di Muncul” ia mulai melangkah pergi
aku penasaran dengan bawaannya “kamu bawa apa ?”,
“jagung rebus bu” katanya sambil berjalan pergi dan tidak menawarkan dagangannya padaku.
Kejadian ini berlangsung di pelataran parkir kantorku, yang terletak di sebuah kota yang cukup besar, tidak jauh dari Jakarta, namun ternyata masih ada (mungkin juga) masih banyak anak usia sekolah yang (terpaksa) bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Masih bagus ia mempunyai kesempatan untuk bersekolah, bagaimana dengan yang tidak punya kemampuan untuk itu, bukan hanya untuk menyekolahkan tapi untuk kehidupan sehari-hari mereka masih sulit, sehingga anak-anak usia sekolah ini harus bekerja demi keluarganya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), di 2011 tercatat dapat 878,1 ribu anak usia 10-14 tahun yang bekerja dan yang mencari pekerjaan sebanyak 174,5 ribu anak. Jumlah anak usia 10-14 tahun menurut sensus penduduk di 2010 adalah sebesar 22 juta. Ini berarti jumlah anak Indonesia berusia 10-14 tahun yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan naik hampir 5%. Jika dibandingkan 2010, terjadi peningkatan lebih dari 10%. Jumlah ini belum termasuk anak usia 5-9 tahun, sekitar 628,9 ribu yang dijumpai dalam survei pekerja anak oleh BPS di 2009.
Jadi, siapa yang peduli pada Anak Indonesia ? Saya ? Kamu ? Dia ? atau Mereka ? Lalu apa yang bisa kita lakukan buat Anak-anak ini ? Ini tidak terjadi di luar sana, tidak hanya terjadi sampai di luar pulau Jawa tapi ini terjadi tidak jauh dari lingkungan kantor ku, yang notabene berada di lingkungan yang mapan. Mari kita berbuat sesuatu untuk anak Indonesia, berikan kail, jangan ikannya.