Ada yang tertinggal di catatan perjalanan yang lalu dan itu sesuatu yang sederhana tapi sedap rasanya, itulah tengkuyung. Saat kami berada di Desa Polongan, bu Kades dan para ibu disana memasak banyak makanan buat kami, ada sayur rebung, bawang hutan, ikan teri, cabe besar isi dan yang baru aku temui dan aku kenal adalah tengkuyung. Ibu-ibu disini memasak satu jenis bahan menjadi satu jenis sayuran, dengan bahan bumbu yang kurang lebih sama seperti sayur lodeh, biasanya tenkuyung juga dicampurkan bersama sayuran lainnya, tapi kali ini tenkuyung disajikan buat kami secara terpisah.
Terus terang, aku belum pernah makan tengkuyung, tapi aku selalu berpendapat, selama itu bukan sesuatu yang terlalu ekstrim untuk dimakan, apa salahnya mencoba, toh orang lain tampak sangat menikmati (lirik kiri kanan, ada yang sudah mulai ‘berbunyi-bunyi’) Jadi, aku ambil beberapa buah (ekor – ga ada ekornya sih) tengkuyung.
Tengkuyung sendiri adalah sejenis siput air yang banyak terdapat di sungai di perairan Kalimantan. Rasanya, hm lebih lembut dari kerang dara, seperti sumsum sapi dan karena dimasak dengan bumbu dan rempah, maka rasanya menjadi enak – enak – enak sekali 😀 tapi sayangnya….bagaimana cara memakannya itulah yang jadi masalah, caranya ? maap bukan cara makannya tapi cara mengeluarkan si tengkuyung dari cangkangnya dan langsung meluncur ke mulut itulah yang jadi masalah dan tanpa mengurangi rasa hormat kepada ibu Kepala Desa yang sudah susah-susah menyiapkannya, cara mengeluarkan tengkuyung itu – hm engga gue banget getu lhoh, seperti kata anak-anak sekarang, lhah emang kenapa rupanya ?
lauk pauk yang disajikan untuk kami, semangkuk tengkuyung ada di urutan ke-4
lauk cabe besar isi sayuran, biji cabe sudah dikeluarkan
sepiring nasi lengkap dengan tengkuyung dan aneka sayur khas Polongan
http://i1247.photobucket.com/albums/gg634/dlaraswatih/tk3.jpg
Bayangkanlah bentuk siput, bentuknya lonjong dan berlubang di bagian bawah cangkangnya. Permukaan cangkang tengkuyung ada yang rata (licin seperti kerang hijau) ada yang kasar (seperti kerang dara). Cara mengeluarkan isinya adalah dengan meletakkan tengkuyung di ujung bibir mulut dan menyedotnya sampai berbunyi, maka isi cangkang akan meluncur kedalam mulut dan sedap terasa bercampur dengan nasi dan sayur rebung dan lauk yang lain. Mudah bukan ? Betul, mudah, tapi masalah makan dengan berbunyi inilah yang jadi masalah, namun karena rasanya enak, aku sempat menikmati beberapa buah tengkuyung untuk dimakan bersama lauk pauk yang lain. Dalam tata cara adat Jawa, makan dengan mengeluarkan bunyi atau bersuara (mengecap atau bersendawa) merupakan pantangan, apalagi jika dilakukan dalam jamuan makan bersama seperti saat itu.
Ingin nambah lagi, tapi bagaimana caranya ya mengeluarkan isi tanpa bunyi-bunyian ? 🙂