Bulan Oktober memang sudah aku lalui kemarin karena hari ini tepatnya aku dan kita semua sudah memasuki hari di bulan yang baru bukan ? Namun buat aku, bulan Oktober selalu menjadi bulan yang istimewa, terutama beberapa tahun terakhir ini. Bulan Oktober dijadwalkan sebagai Bulan Keluarga di Gereja, yang mana, kegiatan dan kotbah di hari-hari pada bulan Oktober diarahkan agar jemaat semakin merefleksikan diri dalam kegiatan bersama keluarga dan juga sekaligus introspeksi diri apa saja yang telah dilakukan dan diungkapkan di tengah keluarga. Selain itu bulan Oktober ada beberapa momen yang patut dikenang dalam keluarga kecil kami,
14 Oktober 2012 memperingati kelahiran putri sulung ku, harapan aku berdua di awal pernikahan kami, yang tahun ini menginjak usia ke – 16, dan telah tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang mandiri, tegas (cenderung keras kepala) dan mulai mempunyai pendapat serta mampu memberi argumentasi dengan baik.
19 Oktober 2012 memperingati kelahiran si bungsu, satu-satunya anak laki di tengah keluarga kami, yang tidak pernah kami manjakan. Ulang tahunnya jatuh bertepatan dengan penampilannya dalam pagelaran Gebyar Persada Khatulistiwa, yang diselenggarakan Sekolah Santa Ursula BSD 2 hari berturut-turut.
27 Oktober 2012 secara kebetulan (kebetulan beruntung) karena anak kami masuk sebagai finalis Lomba Menulis “Mengapa Budaya Tradisi Harus Lestari” yang diselenggarakan oleh Laksita Mardhawa, maka kami (orangtua dari finalis) mendapatkan undangan untuk menyaksikan Pagelaran pertama dari Pujastungkara Agung yaitu Pagelaran Seni Budaya Gagrak Mataraman Yogyakarta sebagai salah satu ragam dari budaya Jawa yang adiluhung.
Produksi ini dibuat dengan sentuhan filosofis yang sangat kuat. Menyaksikan Pagelaran PujastungkaraAgung akan menarik Anda ke dalam sebuah magnet penjelajahan spiritualisme Jawa yang eksotis dan sangat privat, tapi pada saat yang bersamaan juga menghadirkan visualisasi yang sangat memikat.
Aku dan suami, sambil mengenang Malam Midorareni kami 17 tahun yang lalu, diajak untuk menikmati pertunjukannya dan membawa pulang sebuah rasa kedamaian yang akan memenuhi ruang-ruang di hati untuk mengenangnya dalam waktu yang lama. Produksi ini diprakarsai oleh Laksita Mardhawa, dan juga dipersembahkan oleh seluruh anggota sanggar Laksita Mardhawa dan didukung oleh para seniman, penari dan pengrawit dari Jogjakarta.
Di akhir acara, walau anak kami tidak terpilih sebagai pemenang, namun ia selalu menjadi ‘pemenang’ dalam hati kami karena ia sudah menjadi yang terbaik di kelasnya untuk lomba ini dan kami semua dapat menikmati pagelaran ini karena keikutsertaannya dalam lomba ini.
28 Oktober 2012 – adalah Hari Ulang Tahun Pernikahan kami yang ke-17 mengenang bagaimana kami telah dipertemukan, dipersatukan dan bertahan bersama hingga saat ini, itu semua karena kebaikan Tuhan. Masih panjang perjalanan kami ke depan untuk membawa anak-anak kami menjadi pribadi yang tangguh, mandiri dan takut akan Tuhan, dan terus memerlukan pertolongan Tuhan untuk menjalani hari hari ke depan.
30 Oktober 2012 – aku diberi kesempatan untuk hadir dalam Seminar Bahasa “Kuasa Kata di Media dari Masa ke Masa” yang diselenggarakan oleh Koran Tempo di Balairung Kirana, Hotel Kartika Chandra, bekerja sama dengan Forum Bahasa Media Massa. Seminar ini menghadirkan 3 (tiga) pembicara yaitu Masminar Mangiang, seorang dosen Jurnalistik dari Universitas Indonesia, TD Asmadi dari Lembaga Pers Dr Soetomo, dan Qoris Tajudin, wartawan Tempo.
Bulan Oktober adalah bulan yang penuh dengan hari-hari kenangan, terutama di tahun ini, begitu banyak kegiatan berkaitan budaya dan bahasa aku dan keluarga alami dan laksanakan, yang tentunya tidak terlepas dari peringatan Hari Sumpah Pemuda, dimana seluruh bangsa Indonesia mengenang persatuan dan kesatuan pemuda untuk semakin bersatu dan berbahasa Indonesia