Membuka Lembaran Baru

Beberapa minggu terakhir ini, kata-kata “Membuka Lembaran Baru” atau “Membuka Halaman Baru/Berikutnya” menjadi kata-kata yang ramai dibicarakan orang. Kata-kata ini berkaitan dengan seseorang yang ingin mengakhiri cerita lamanya dan memulai ‘membuat ‘ cerita yang baru. Kurang lebih berkaitan dengan hal baru, itulah tulisan ini dibuat. Namun sebagai seorang yang menjalani hidup dengan berawal dari masa yang lalu, tentu tidak mungkin kita melupakan masa lalu karena masa lalu adalah pengalaman hidup yang akan terus ada bersama kita.

Tidak mudah memimpin diri untuk kembali pada jalan awal, jika dalam perjalanan, kita mengalami gangguan, sandungan atau halangan atau apapun itu namanya, yang telah sempat masuk dalam hidup diluar yang menjadi perkiraan atau rencana kita. Ya….seperti yang aku alami di awal tahun ini, Ibu meninggalkanku selama-lamanya, sementara aku mesti melanjutkan perjalanan hidup di dunia ini, walau tanpa Ibu dan melanjutkan tugas Ibu yang tertunda untuk melaksanakan pernikahan adik bungsuku.

Dalam hidup, setiap orang pasti akan menghadapi kenyataan yang mau tidak mau, membuka lembaran baru, harus memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda dengan apa yang dilakukan pada saat sebelumnya. Melupakan kejadian yang terjadi sebelumnya agar tidak semakin jatuh terpuruk untuk bangkit dan menjalankan hal yang baru atau hal yang tertunda. Namun, membuka suatu lembaran baru dalam kehidupan tidaklah semudah membuka lembaran baru di buku, kompleksitas hidup ini membuat lembaran baru tersebut tidak mudah untuk dimulai, selain itu karena yang pertama, singkirkan dulu hal atau kenangan masa lalu yang membuat terluka seperti melupakan peristiwa kematian tersebut dan mengganggap perpisahan ini hanya sementara serta yang kedua, aktif menempatkan diri untuk membuat hal yang baru dan memikirkannya.

Sebelum Ibu meninggal, sejak bulan September tahun lalu, kami memang sudah merencanakan pernikahan adik bungsu kami untuk dilaksanakan bulan Maret tahun ini. Antara sedih dan susah karena kepergian Ibu, aku tertatih-tatih membantu adikku untuk mempersiapkan pernikahannya, mulai dari pengurusan berkas-berkas yang cukup makan proses, mulai dari Catatan Sipil, Departemen Hukum dan HAM, Departemen Luar Negeri dan Kedutaan, karena adikku menikah dengan warga asing, juga urusan pelaksanaan tempat pernikahan, acara syukuran, pernjahitan baju pengantin maupun baju seragam kami dan juga undangan untuk syukuran kami yang sederhana, yang rencananya hanya mengundang sebanyak 200 orang saja.

Tak mudah memang untuk melepaskan lembaran yang lama, melupakan kepergian Ibu, namun halaman baru tentu sudah menunggu untuk dibuka, dibaca atau diiisi dengan perjalanan hidup yang baru. Dan aku mulai menjalaninya dengan mengurus semua persiapan ini. Semoga lembaran baru, yang menjadi awal kehidupan yang baru di awal bulan Maret ini menjadi suatu hal yang baik bagiku dan keluargaku, juga kami yang bersaudara ini untuk semakin satu dan saling peduli satu sama lain. Dan semoga lembaran baru ini, melanjutkan amanah Ibu, membuat aku menjadi orang yang bersemangat seperti Ibu, Ibu yang kuat dan Ibu yang mengasihi Tuhan dan anak cucu mantu sampai akhir hayatnya.


5 thoughts on “Membuka Lembaran Baru

  1. Puji Tuhan mempunyai seorang Ibu seperti Ibu Handayani, dan Puji Tuhan mempunya seorang Kakak perempuan seperti Ibu Diadjeng…

    Thank you for everything you’ve done in detail to our wedding, thank you for your help and fully positive support for us – Love you and God bless you, Bang Edward, Dita our artist, Leona my rumbol, Daniel our little best man!

Comments are closed.