Sudah tahukah, apa oleh-oleh wajib yang harus dicoba dan bisa dibawa pulang ke rumah jika datang ke Tarutung ? Tentu semua yang tahu, akan menjawab “Kacang Sihobuk” dan semua yang sudah pernah merasakan gurih garingnya kacang ini akan bilang “titip ya, bawakan aku, sedikiiiit saja” 😀 mana bisa bawa sedikit, kalau yang menitip sudah banyak. Hampir beberapa orang kerabat yang tahu kami pergi ke sana, akan menitip dan yang tidak tahu, tapi kami beri, akan kegirangan melihatnya seperti sudah lama menantikan kacang yang berasal jauh dari sana di sebuah desa Sihobuk, yang berada di kota rohani Tarutung.
Apa sih ya kira-kira kelebihan kacang ini sehingga juga menjadi ikon kota Tarutung ? Aku berfoto di teras lobi hotel Hineni di Tarutung dengan “kacang sihobuk” nya
Kacang Sihobuk adalah kacang garing yang berasal dari Desa Sihobuk. Kacang pilihan ini, kacang dengan biji yang utuh dan besar-besar ini, dimasak atau digoreng garing tanpa minyak, melainkan dengan pasir, dalam sebuah kuali besar. Karena tidak berminyak dan tanpa bahan pengawet, maka banyak orang merasa aman menikmati kacang ini. Rasanya menurut aku hambar, tanpa rasa tambahan, selain garing, gurih dan manis dari kacang itu sendiri. Kualitas kacangnya juga bagus, utuh, tidak pecah, baik didalam maupun di kulitnya, mungkin karena kehati-hatian dalam pengolahannya dan mengolahnya pun tanpa proses yang runit.
Keluarga P Sihombing sendiri, kembali menyortir kacang yang baru keluar dari kuali sebelum masuk kedalam plastik ataupun kaleng/blek
Jika kita masuk ke Tarutung dari arah Balige, kios penjual kacang Sihobuk ini akan mulai berderet-deret dari arah Siborong-borong, Hutaraja dan Sipoholon sampai Tarutung. Harganya bervariari antara Rp 15.000,- sampai dengan Rp 25.000,- per kilogram. Ada yang dalam kemasan plastik sedang dan besar, dan ada pula yang dikemas dalam kaleng besar memuat sekitar 8 kilogram.
Ini salah satu kios yang kami datangi selepas dari Tarutung menuju Balige
Selamat mencoba, selamat menikmati, di rumah ku masih ada, yuk mariii…. 🙂