Myanmar, dulu dikenal sebagai Burma, adalah sebuah negara berkembang di Asia Tenggara, dengan ibukota kota Naypyidaw (Catatan : Sebelumnya berada di Kota Yangon dan dipindahkan oleh Pemerintahan Militer sejak 7 Nopember 2005).
Dengan luas negara sebesar 676.577 km2 dan penduduk berjumlah 54 juta jiwa, negara ini berbatasan dengan India dan China (di sebelah Utara), Laos (di sebelah Timur), Teluk Benguela (di sebelah Selatan) dan Bangladesh (di sebelah Barat).
Myanmar, yang juga dijuluki sebagai Kota Seribu Pagoda dengan mayoritas penduduknya beragama Budha (89.49%) membuat pengunjung dapat menemui banyak kuil suci agama Budha di negeri ini. Negara yang indah ini memiliki banyak tempat wisata yang menarik, walau belum sepopuler Malaysia dan Singapura karena sempat terkungkung dan terisolasi akibat masa pemerintahan junta militer, diantaranya Kota Bagan, sebuah kota lama di Propinsi Mandalay, terkenal dengan kota 4000 candi, lalu Kota Mandalay dengan eksotisme tersendiri dan juga keindahan Danau Inle (Inle Lake) yang terkenal dengan atraksi para pendayungnya, dan tempat wisata lain seperti Shwedagon Pagoda, Strand Jetty, Botataung Pagoda, Chaukhtatgyi Pagoda, City Hall & Independence Monument, Bogyoke Market, China Town, Bago Market, Kanbawzathadi Palace, Shwethalyaung Reclinning Buddha, Kyaikpon four Faces Pagoda.
Pergolakan Politik diantara Eksotisme Myanmar
Menurut teman yang pernah berkunjung ke Myanmar, kondisi infrastruktur kota terbesar di Myanmar saja masih kalah dibandingkan dengan kota Bogor di Indonesia, tidak tampak bangunan menjulang tinggi, apalagi bangunan pencakar langit. Masih banyak bangunan tua disana dengan gaya hidup yang tenang dari penduduknya, bukan seperti kota metropolitan atau kota ibukota yang lain di banyak negara, membuat pengunjung sesungguhnya dapat menikmati negara ini dan kota-kota disana dengan keunikan tersendiri, yang tentu saja dengan keterbatasan yang ada, seperti jaringan komunikasinya dan angkutan transportasi serta akomodasinya.
Hal ini mungkin disebabkan oleh pergolakan politik yang belum hentinya mendera bangsa ini, diantaranya
- Pada 1988, terjadi gelombang demonstrasi besar menentang pemerintahan junta militer. Gelombang demonstrasi ini berakhir dengan tindak kekerasan yang dilakukan tentara terhadap para demonstran. Lebih dari 3000 orang terbunuh.
- Pada pemilu 1990 partai pro-demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi memenangi 82 persen suara namun hasil pemilu ini tidak diakui rezim militer yang berkuasa.
- Tahun 2012, ledakan kekerasan massa antara kelompok mayoritas Buddha dengan minoritas Muslim dari suku Rohingya, di Negara Bagian Rakhine
- Peristiwa Meiktila Tahun 2013, konflik antara komunitas agama Budha dan kaum Muslimin, yang mengakibatkan orang tewas dan banyak korban mengungsi dan kehilangan tempat tinggal mereka
Menurut sumber dari International Crisis Group, sejak Maret 2011, Myanmar tengah mengarungi suatu transisi politik yang menakjubkan. Para pemimpin negeri ini telah memperlihatkan niat dan visi politik untuk mendorong Myanmar benar-benar keluar dari bayang-bayang kelam masa lalunya. Presiden Thein Sein telah mendeklarasikan perubahan-perubahan dan berupaya membangun kemitraan yang langgeng dengan oposisi, terutama Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi.
Namun, proses perbaikan itu tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar, perlu kerjasama banyak pihak baik pemerintah maupun oposisi perlu menunjukkan kepemimpinan moral untuk menekan ketegangan dan bekerja demi tercapainya penyelesaian yang langgeng terhadap suatu masalah yang dapat mengancam proses reformasi dan stabilitas Myanmar.
Berakit-rakit ke Hulu, Berenang-renang ke Tepian
Dengan alasan situasi politik yang terjadi, sudah sewajarnyalah, Myanmar masih memberlakukan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Myanmar. Sebagai negara yang baru berkembang di lingkungan Asia dan bergabung di ASEAN, Myanmar memang masih perlu belajar banyak pada negara lain yang telah mampu memajukan negaranya melalui sektor pariwisata.
Buat wisatawan yang ingin menikmati bukan hanya keindahan alam, bangunan tua dan candi-candi yang megah, suasana yang tenang di berbagai kota di Myanmar, gemulai para penari yang beratraksi di bidang kesenian, kuliner yang wajib dinikmati, belanja cindera mata dan kain tenun khas Myanmar, apalah artinya mengurus Visa, yang prosesnya juga mudah untuk dijalankan dan tidak memakan waktu yang lama.
Bagi wisatawan dari Indonesia, pembuatan visa bisa dilakukan dengan mendatangi Kantor Kedutaan Besar Myanmar yang terletak di : Jl. Agus Salim No.109, Jakarta, nomer telepon: (021)3159095 dan (021)3158908, dengan membawa syarat-syarat dokumen yang diperlukan, yaitu :
- Paspor masa berlaku tidak kurang dari 6 bulan.
- Mengisi formulir pengajuan visa, diambil di loket kantor kedutaan. Formulir tidak bisa difotokopi karena ada nomer register sendiri.
- Pas foto terbaru 4×6 2 buah latar belakang putih. Standar foto visa, wajah harus terlihat jelas termasuk kuping/telinga, kecuali berjilbab.
- Surat keterangan atau semacam jaminan dari perusahaan tempat bekerja.
- Biaya visa turis adalah Rp. 200.000,-
Proses visa selesai 3-4 hari kerja. Visa turis masuk Myanmar untuk 28 hari berlaku selama 3 bulan sejak dikeluarkan.
Visa Wisatawan Tetap Perlukah ?
Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan kedalam sebuah negara, terutama dengan potensi wisata seperti yang dimiliki Myanmar, seyogyanya tidak perlu diberlakukan lagi, jika situasi politik negara ini sudah stabil, sama seperti yang dilakukan oleh negara-negara di lingkungan ASEAN yang lain.
Namun, sejak Juni 2012, Myanmar juga telah memberlakukan Visa On Arrival bagi wisatawan yang datang di Bandara Internasional Yangoon dan sejak Nopember 2012 diberlakukan di Bandara Internasional Mandalay. Visa bisnis diperbolehkan selama 70 hari dengan membayar 50 dolar AS, sementara visa turis selama 28 hari dengan 40 dolar AS dan visa transit 24 jam dengan 20 dolar AS, sehingga kemudahan ini memberi dampak yang signifikan terhadap kunjungan wisatawan ke Myanmar, baik untuk tujuan wisata maupun berbisnis.
Mari kawan, jangan mundur hanya karena mesti mengurus Visa ke Myanmar, banyak yang mengatakan, tidak akan menyesal berkunjung ke negeri Candi Seribu Pagoda ini, banyak keindahan yang bisa diekplorasi disini. Selamat berkunjung ke Myanmar, Welcome to the Golden Land.
Tulisan Hari ke -4 menjawab pertanyaan :
Hampir semua negara di ASEAN, telah membebaskan pengurusan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke negaranya, namun tidak dengan Myanmar. Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? Perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata?
dalam rangka berpartisipasi #10daysforASEAN bersama ASEAN Blogger
*) Minga Lar Par dalam Bahasa Myanmar, berarti Hello atau Hai
Sumber : Ms Google, Yahoo, Wikipedia, Pribadi
Pingback: Sensasi Suka Duka #10daysforASEAN : Honey Bee