Brunei Darusalam, negara berdaulat di Asia Tenggara, yang terletak di pantai utara Pulau Kalimantan dan beribukotakan Bandar Seri Bagawan, adalah negara penyelenggara Komisi Tingkat Tinggi ASEAN ke-22 pada bulan April 2013 lalu.
Sebelum melanjutkan tulisan mengenai tema yang diangkat dalam KTT ke-22 itu, mari kita mengenal lebih dekat salah satu negara terkaya di lingkup ASEAN ini. .
Negara ini memiliki wilayah seluas 5.765 km² yang menempati pulau Kalimantan dengan garis pantai seluruhnya menyentuh Laut Cina Selatan. Wilayahnya dipisahkan ke dalam dua bagian oleh negara bagian di Malaysia yaitu Sarawak. Dengan jumlah penduduk yang hanya mencapai 400 ribu jiwa di tahun 2011,
Indeks Pembangunan Manusia tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Singapura, sehingga diklasifikasikan sebagai negara maju.
Menurut Dana Moneter Internasional, Brunei memiliki produk domestik bruto per kapita terbesar kelima di dunia dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Sementara itu, Forbes menempatkan Brunei sebagai negara terkaya kelima dari 182 negara karena memiliki ladang minyak bumi dan gas alam yang luas.
Sama seperti potensi pariwisata negara di ASEAN, Brunei juga terkenal dengan Wisata Sejarah yang kental dengan pengaruh Melayu, yaitu Istana Lama Brunei, Istana dan Makam Sultan Bolkiah dan Kubah Makam Diraja Brunei, yang selalu dikunjungi wisatawan kala datang ke Brunei.
Dalam KTT ASEAN ke-22 di Brunei Darussalam itu pada bulan April 2013, tema yang diangkat adalah “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan”, dengan pokok perundingan pembangunan badan persatuan ASEAN, dengan tiga pilar yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Pembangunan Badan Persatuan ASEAN itu harus dirampungkan sebelum 31 Desember 2015.
Untuk menjawab pertanyaan : Bagaimana mencapai tujuan pembangunan badan persatuan ASEAN dengan ketiga pilar tersebut ? Mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan?
Mari kita lihat apa yang sudah dicapai oleh Para Pemimpin ASEAN dan kesepakatan apa yang telah dihasilkan dalam KTT tersebut, yaitu :
- membahas kesiapan anggota dalam memasuki Komunitas ASEAN di bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya pada 2015
- setiap anggota ASEAN perlu mempersiapkan peraturan dan regulasi di negaranya masing-masing yang terhubung dengan implementasi MEA pada 2015.
- implementasi dari cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Comunity/AEC) pada 2015 nanti telah mencapai 77, 54%. sejak diluncurkan cetak biru MEA 2015 tersebut pada November 2007, telah tejadi peningkatan perekonomian.
- Pendapatan perkapita di kawasan meningkat dari US$2.267 menjadi US$3.759 AS di 2012. Perdagangan antar negara ASEAN meningkat dari US$520 miliar pada 2010 menjadi US$598 juta pada 2011. Selain itu juga telah mendorong peningkatan investor asing (FDI) dari US$92 miliar menjadi US$114 miliar pada periode yang sama
- isu ketegangan di Laut China Selatan masalah sengketa Laut China Selatan belum juga dapat dituntaskan
Berdasarkan hasil KTT ASEAN ke-22 tersebut, mampukah negara-negara yang tergabung didalam perhimpunan atau ASEAN ini untuk menyatukan rakyat seluruh ASEAN demi menciptakan masa depan ? tentu mampu dengan komitmen yang tinggi dari Kepala Negara dan Pemerintahan setiap negara sampai ke seluruh anggota masyarakatnya, dengan cara melakukan :
- sosialisasi terus menerus agar tercapai kepahaman yang sama untuk mencapai tujuan bersama ini
- harmonisasi antar negara ASEAN yang sangat heterogen ini, terutama dalam hal perekonomian. Setiap negara mempunyai kondisi yang berbeda satu sama lain. Benahi inflasi dan kondisi makro tiap negara
- isu penyatuan mata uang ASEAN perlu didukung dengan kondisi fundamental ekonomi yang baik dan kebijakan di negara-negara yang bersangkutan di regional tersebut harus harmonis
[Catatan : Ketika terdapat adanya kesatuan moneter ini maka ada keuntungan serta resikonya. Keuntungannya, dari segi ekonomi, adalah mengurangi biaya transaksi dan memperluas fleksibilitas makro ekonomi, sementara dari segi politik, mata uang internasional dapat menghasilkan pembagian dalam hal kekuatan dan gengsi negara (Cohen, 2002: 7).
Namun resikonya adalah dalam kebijakan tertentu terdapat paksaan-paksaan yang dapat mengganggu dengan tekanan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada.
Sehingga untuk menentukan apakah kesatuan moneter itu tepat atau tidak maka perlu dilihat contoh yang ada, yaitu EMU, berhasil atau tidak. Jika EMU ini berhasil maka ini akan menjadi demonstrasi yang efektif dan menjadi contoh bagi yang lainnya, seperti mungkin bagi Mercosur yang ada di Amerika Selatan ataupun Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) (Cohen, 2002: 7)]
4. penyatuan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal. ASEAN dapat belajar dari kesalahan Eropa dalam mendirikan komunitas ekonomi. “Saat anda menyatukan moneter, anda juga harus menyatukan fiskal. Inilah kesalahan Eropa. Mereka punya kesatuan moneter, yakni zona euro, tapi mereka tidak punya kesatuan fiskal,” menurut Barry Desker, mantan Duta Besar Singapura untuk Indonesia periode 1986-1993 tersebut.
Menyatukan Rakyat demi Menciptakan Masa Depan akan mampu dan dapat tercapai dengan pemahaman dari seluruh rakyat anggota ASEAN, memberi dukungan dan turut ambil bagian sesuai dengan perannya serta berkomitmen demi tercapainya masa depan terwujudnya Komunitas ASEAN 2015 dengan penyatuan 3 pilar utamanya.
Tulisan ini diposting dalam rangka #10daysforASEAN hari ke-9 bersama ASEAN Blogger
sumber :
http://www.bisnis.com/m/ktt-asean-xii-cetak-biru-mea-7754-negara-anggota-harus-siapkan-regulasi
http://finance-murtiyoso.blogspot.com/2011/03/bi-asean-masih-jauh-dari-penyatuan-mata.html#.UiXBl9JASf4
http://www.bisnis.com/articles/masyarakat-ekonomi-asean-perekonomian-indonesia-akan-semakin-kuat