Catslendar 2014 …. Datanglah Kapan Saja Kattie

Hujan turun dengan derasnya sejak sore, kami semua berdiam diri dalam rumah, tak ada aktifitas ataupun gelak tawa seperti biasanya, serasa mengikuti sendunya suasana malam itu. Ada yang duduk terdiam di sofa panjang. Ada yang bergolek bermalasan diatas tempat tidur dan ada pula yang membaca kelanjutan novel Laskar Pelangi “Edensor”...lamat-lamat terdengar alunan musik dari Mogwai yang berjudul Take Me Somewhere Nice. Semua enggan berbicara, kalaupun berbicara atau bertegur sapa, hanya berupa colekan, kode atau pembicaraan singkat.

Nasi dan sup hangat yang mengepul sejak magrib tadi,telah menjadi dingin, belum ada yang menyentuhnya, lalu tiba-tiba, terdengar suara benda jatuh dari atas atap genteng kami, disertai gonggongan Rocco dan Roxy dari dalam kandang. Berisik sekali. Semula semua hanya menganngkat kepala saja, tapi karena aku berlari ke teras depan, semua ikut berdiri dan berlari keluar, “apa yang jatuh ?”

Cepat aku mengambil payung merah marun di pojok ruangan dan melihat tubuh basah berbulu menggeliat kesakitan di atas ubin teras, dengan berpayung aku melihat tubuh kecil berwarna abu-abu itu. Kutengadahkan kepalaku keatas, melihat dari arah mana si kecil ini jatuh, yah dari atas atap sana, mungkin tergelincir, kulihat induk kucing abu-abu ini masih berada disana dan siap berlari karena gonggongan Rocco dan Roxy yang tak kian berhenti. Sang induk masih enggan melepaskan anaknya namun matanya seolah menitipkan pesan padaku, “jagalah anakku, bunda.”

Tersentak aku melihat tatapan sang Induk yang kemudian berlari bersama dua ekor anak kucing lainnya, dengan anggun melangkah diatas genteng yang basah itu. “Diam, Rocco, Roxy !!” dengan setengah berteriak, mengalahkan suara rintik hujan kala itu, aku mencoba menghentikan suara gonggongan anjingku yang terkejut dengan jatuhnya seekor anak kucing.

“ini handuk, Ma, cepat bungkus, kasian kedinginan, bawa masuk kedalam,” bersahut-sahutan suara anak-anak memberi instruksi, ada yang berlari mengambil handuk, berlari ke belakang membuat susu hangat, dan ada lagi yang sibuk mencampur nasi dan sup yang tak tersentuh sejak tadi, untuk diberikan kepada anak kucing malang yang terpisah dari induknya.

Aku agak terkejut dengan sikap anak-anak, kami bukan penggemar kucing dan sementara semua sibuk di belakang, sepertinya
semua berusaha mengalihkan perhatian atau menghindar dari perintah untuk tindakan wajib pertama yaitu “mengangkat si anak kucing” kami semua memang geli dengan bulu kucing yang halus lembut serta tulang-tulang yang lunak. Jangankan anak kucing dari posisi jatuh, kucing dewasa pun kami tidak terbiasa memegangnya.

Kukuatkan hatiku, dengan iba hatiku, kugulungkan handuk setebal mungkin ke tubuh anak kucing sehingga aku tidak harus menyentuh tubuh anak kucing yang rapuh karena jatuh ini. Setelah berhasil membungkusnya dengan tangan kananku, sementara tangan kiri masih memegang payung, aku cepat berdiri dan berlari kedalam rumah. Payung kuletakkan dan kucari tempat paling hangat untuk kucing malang ini, anak bungsuku menyodorkan keranjang rotan bekas tempat buah, “taruh sini Ma”. Sementara kakak-kakaknya hanya berdiri dari kejauhan dengan memegang susu dan tempat makan, mereka masih enggan mendekat.

Tapi setelah kucing kuletakkan di keranjang, kulap tubuhnya perlahan dengan handuk, kukeringkan tubuhnya yang basah, anak-anak mendekat, “kasi susu, Ma, kasi makannya, Ma.” “Hush satu-satu dulu, badannnya pasti masih sakit,” kataku. Kami terduduk mengelilingi keranjang itu, menatap lekat tubuh kucing dengan mata menutup dalam balutan handuk bekas yang hangat itu, dia tak bergerak, walau desah napasnya bisa kami lihat naik turun.

“Dia mati ma ? ” tanya si bungsu mulai cemas. Aku menggeleng – menggeleng karena merasa tak pasti. Si tengah mulai mengambil susu dengan jarinya dan mengoles ke bibir kucing, seoles, tak ada reaksi. Si tengah mencoba lagi, si sulung mencegah, “jangan paksa dek, dikit-dikit aja !!”

Kami menunggu beberapa menit, aku mulai menggosok-gosok tubuhnya dengan handuk supaya lebih hangat, aku berhenti sejenak, si kucing terbangun dengan posisi tubuh yang sama, mulai menjilati susu yang ada di sekitar mulutnya.

“Dia bangun Ma, dia bangun, dia ga mati,” kata si bungsu kegirangan. Si tengah mulai bersemangat mengoleskan susu ke bibir kucing tersebut, yang juga disambut dengan jilatan cepat. Belum sempat air susu di tempat itu habis, si kucing jatuh tidur terlelap, “mungkin sudah kenyang,” kata ku, “biar dia tidur”.

“Kita kasi dia nama “Kattie” ya Ma,” kata si sulung minta persetujuan.

Aku menggangguk saja, sesungguhnya antara tidak berharap untuk memeliharanya lebih lama, namun tak tega melihat anak-anak begitu memperhatikan Kattie. Lampu-lampu kami matikan, setelah memastikan Kattie dapat tidur lelap malam itu.

Beberapa minggu setelah jatuhnya Kattie dari atas genteng, induknya datang bersama beberapa ekor kucing lainnya. Mereka mengeong dari atas genteng seolah memanggil Kattie pulang. Kattie memang sudah sehat, ia sudah mampu melompat berjalan kesana kemari. Kami memang meletakkannya di belakang halaman, agar tidak mengganggu Rocco dan Roxy yang ada di halaman depan, bahkan Kattie sudah tahu dimana ia harus membuang air di tempat yang kami sediakan.

Kattie sudah menjadi bagian dari kami, ia akan menunggu di keranjangnya dengan manis saat si bungsu pulang dari sekolah. Anak-anak juga bergantian membersihkan keranjang rotan dengan handuk yang bersih dan memberinya makan secara teratur. Kattie tidak nakal seperti kebanyakan kucing liar lainnya. Anak-anak juga menyediakan tempat berisi susu atau makanan, kalau-kalau induk dan saudara-saudara Kattie datang. Kattie yang manis, kuharap suatu saat nanti bisa menjadi model dalam Catslendar bersama model kucing cantik lainnya.

Oh ya bagi teman yang mau tahu apa itu Catslendar, begini ceritanya, Catslendar adalah bentuk pengumpulan dana bagi kucing yang terlantar, caranya dengan pembelian Catslendar dengan Pre Order sebelumnya dengan menghubungi admin di akun Facebook Kata Kucing. Tahun 2013 yang lalu, Catslendar telah sukses dengan mengusung tema “Parents Eye” sedangkan tahun 2014 ini dengan tema “Famous on Facebook”. Kelebihannya, selain Catslendar berisi gambar 12 model kucing yang paling oke, tiap bulannya selalu ada tips menarik mengenai banyak hal yang berkaitan dengan kucing.

Harganya ? Wah harganya ga mahal kok, kalau dihitung sebagai donasi tahunan, yaitu untuk desk calendar seharga Rp 65.000,- wall calendar seharga Rp 100.000,- sedangkan untuk pembelian paket berupa desk dan wall calendar seharga Rp 160.000,- saja, siapa tahu, ada yang mau pasang satu di rumah dan satu lagi dipasang di meja kantor atau dikirim buat saudara atau teman atau oma tercinta. Info lengkapnya bisa klik link berikut ini ya Famous on Facebook “Catslendar 2014”

Akhirnya perpisahan itu tibalah, di suatu siang, Kattie datang, seolah Kattie memohon ijin padaku untuk pergi, dia berputar-putar di bawah kakiku dengan manja, sampai akhirnya ia melompat ke atas pohon srikaya di belakang rumah yang bersebelahan dengan tembok belakang, di atap rumah sebelah telah menunggu induk dan saudara-saudaranya. Kuamati langkah-langkah kaki anggun Kattie melompat dengan lincah, hap, hap, hap, Kattie sudah berada di seberang. Ia mengeong panjang dan pergi bersama induknya.

Kattie pergi tapi tidak untuk selama-lamanya, ia datang sesekali, menghampiri tempat makannya yang kami isi selalu. Pergilah Kattie, dan kamu bisa datang kapan saja kamu mau…. Kami menyayangimu 🙁

Dear Teman….sayangilah semua binatang yang ada di dunia ini karena mereka ada, diciptakan oleh Tuhan untuk kita kasihi….jangan sia-siakan hidup mereka…..hubungilah Let’s Adopt (Indonesia) jika kamu menemukan binatang yang hidup teraniaya di jalan melalui akun Facebook mereka di https://www.facebook.com/LetsAdoptIndonesia/info

Tulisan ini diikutsertakan dalam Catslendar Blog Contest 2014.


5 thoughts on “Catslendar 2014 …. Datanglah Kapan Saja Kattie

  1. Aaaaa gemes bangettttt… gw ga suka kucing tapi jadi suka kucing karena uj suka sekali sama anjing and kucing… kalo Kattie Perry balik jangan lupa di foto yaaaa…

Comments are closed.