Pulang Kampung atau biasa disebut MUDIK, menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan oleh anak yang merantau karena bekerja atau kuliah di satu tempat. Mudik dilakukan untuk berjumpa dan bersilaturahmi dengan orang tua dan sanak keluarga yang masih ada, atau berkunjung ke Makam sanak keluarga yang sudah tiada.
Namun bukan itu saja, mudik bukan hanya dirindukan mereka yang dewasa tapi mudik juga sangat dirindukan anak-anak, terutama anak-anak yang terlahir di kota besar. Mengapa ?
- Dek, kamu mau ikut ke rumah Kakek ?
- Iya dong, kan dulu aku masih kecil, sekarang aku sudah besar, Kakek punya janji sama aku
- Kamu mau ikutan macet di jalan ? Mobilnya ga gerak lho di jalan tol, panas lagi, ga ada toilet, tidur di mobil. Kamu ga rewel nanti ?
- Kenapa kita naik mobil, emang ga bisa naik pesawat atau kereta ?
- Ga bisa, ayah terlambat beli tiket, harganya dah mahal sekarang. Tetap mau ikut ?
- Bunda, aku mau ke rumah Kakek, pokoknya aku ikut, ikut, ikut
- Iya iya, asal janji ga rewel ya di jalan
- Aku kan ga pernah rewel, aku selalu tidur di mobil seperti tahun lalu, asal Bunda bawa cemilan yang banyak di mobil
- Itu pasti….tapi emang kenapa sih kamu ingin banget ke rumah Kakek ?
- Aduh Bunda, aku kangen Kakek, aku kangen kue yang dibuat Nenek dibungkus daun yang isinya gula merah itu Bun. Dimasak di kompor yang kayunya aku cari sama kakek.
- Cuma itu dek ? Bunda juga bisa buat kue seperti yang Nenek buat
- Aku ingat, Kakek juga janji kalau aku sudah besar, kakek akan ajak aku memancing ikan bersama Bang Pasca
- Baik kalau begitu, jaga kesehatan ya kamu. Besok kita bersiap, rapikan pakaian dalam koper sama Bang Pasca dan Kak Ana
Percakapan diatas adalah salah satu dari sekian banyak percakapan mengapa bukan hanya orang dewasa yang rindu untuk pulang ke kampung. Anak-anak pun juga. Mereka rindu pada Kakek Nenek. Mereka rindu suasana di kampung. Mereka rindu berjalan di pematang sawah, bermain bola di sawah yang sudah selesai dituai. Mereka rindu pemandangan sepanjang perjalanan ke kampung dan tentu juga masakan Nenek.
Itu juga salah satu alasan mengapa aku rindu pulang ke kampung tempat kelahiran Ibu dan mengunjungi makam Kakek Nenek. Semasa mereka hidup, suasana tempat tinggal kedua nenekku sangat aku rindukan. Aku bisa mendengar suara jangkrik dan kodok di malam hari. Aku bisa mendengar orang-orang berjalan melewati rumah nenek karena rumah nenek terbuat dari kayu dan tentunya masakan khas dari sana yang sangat berbeda rasa dengan yang ada di kota, yaitu iwak wader dari sungai saat berada di rumah nenek di Ngawi dan nasi pecel yang setiap pagi datang ke rumah nenek di Madiun.
Dan kini aku pun memahami mengapa anak-anakku juga rindu untuk pulang kampung, ke kampung masa kecil suamiku berada, tempat dimana kakek mereka dimakamkan di Parbaba, Pulo Samosir. Mereka rindu makan ikan nila goreng di Parapat, tepi Danau Toba. Mereka rindu perjalanan kesana, meski harus antri berkilometer di penyeberangan Ajibata. Semua karena rindu kampung, rindu orangtua, rindu masa kecil dan semangat yang berlipat ganda kembali ke kota untuk dapat kembali mudik di tahun depan.
Selamat MUDIK (pulang kampung) bertemu sanak keluarga dan handai tolan. Mudik, perlu banget ya ? Ya iyalah….. 😀
iyalah, apalagi dengan segaal kesibukan kita dan libur panjang hanya pada saat lebaran dan momne yang spesial, mudik itu perluuuuuu, mengobati rasa kangen
Karena saya dan suami sama-sama libur panjangnya pas momen lebaran, jadi sebisa mungkin kami mudik untuk menemui orang tua & saudara di kampung. Tapi, enggak maksa juga jika suatu saat ada hal penting yang membuat kami enggak bisa mudik… 🙂
@mbak Riski – iya mbak, selagi bisa ya mbak dan mumpung orangtua masih ada, kapan lagi menyenangkan hati mereka
@mbak Hastira – betul mbak, setuju banget, kangen kampung halaman, kangen orangtua dan saudara