Hari ini dua minggu yang lalu, tepat di hari Sabtu, sama dengan suasana hari ini. Sabtu yang tenang seperti biasa, ini adalah kesempatan bagiku untuk menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan. Tentu setelah semua ritual Sabtu pagi seperti menyiapkan bekal dan sarapan si bungsu sekolah, jalan pagi depan rumah, mandi, sarapan, dan atau ke pasar jika ada yang perlu dibeli.
Setelah kepenatan di hari kerja, hari Sabtu adalah waktunya fokus untuk menyelesaikan draft cerita dari antologi cerita anak, draft novel yang dalam proses dan juga pembuatan artikel untuk sebuah surat kabar terkait dengan masalah pendidikan. Fokus akhir pekan saja bisa terbagi-bagi begitu, kadang tiba-tiba terlintas imajinasi untuk cerita anak, selagi mengerjakan novel, atau sebaliknya, di awal, sedang ketak ketik cerita anak, eh tiba-tiba terbawa suasana untuk nambahi quote di draft novel, pindah kesana. Ah aku mah emang begitu….. 😀 mengikuti mood kalau sudah urusan tulis menulis.
Eh kok jadi ngelantur, ini kan rencana mau cerita tentang kejadian 2 minggu yang lalu (tepatnya tanggal 16 Maret 2019). Yup, suasana pagi itu, amat sangat kondusif, terbawa suasana, segelas kopi wangi yang baru diseduh, membaca beberapa bab buku, mengabadikan suasana pagi itu, aku memotretnya. Lalu teringat himbauan atasanku untuk belajar membuat pengumuman atau undangan dengan menggunakan aplikasi CANVA, ditambah lagi teman juga menyarankan untuk menggabungkan puisi dengan gambar langsung. Utak atik utak atik dan berhasil walau belum sempurna betul karena juga waktu pembuatannya tidak secepat yang seharusnya.
Sekitar pukul 11.55 aku mengirimkan hasil karya canvaku ke beberapa teman
biasa aja sih, tapi aku senang banget…..tapi itu ga berlangsung lama….suamiku tiba-tiba keluar kamar dan mengeluh sakit di dada, padahal sebelumnya masih berkegiatan seperti biasa, ngobrol dengan tukang bangunan yang sedang kerja di sebelah rumah, bersih-bersih dan memberi makan ikan peliharaan, lalu mandi (yang agak kesiangan memang). Spontan aku menawarkan untuk ke dokter, biasanya beliau menolak. Tapi kali ini tidak, suami mengiyakan dan dengan cepat aku minta anak bungsuku, Daniel, mencari bantuan, sementara aku membereskan laptop. Suami juga masih bisa berganti pakaian yang sudah basah oleh keringat dinginnya. Akhirnya kami diantar supir jemputan Daniel. Sepanjang perjalanan, suami mengeluh sangat kesakitan di bagian dada kiri.
Puji Tuhan, kami bisa tiba di IGD RS EKA pukul 12.34, suami langsung mendapat pertolongan pertama, pemasangan oksigen, EKG, periksa darah, pemberian suntikan pengurang rasa sakit, serta pemasangan alat monitor detak jantung dan tekanan darah. Diagnosa pertama dari hasil EKG adalah ada serangan jantung, tapi apa dan bagaimana, masih menunggu hasil laboratorium. Sementara suami terus merasa sesak napas dan sakit yang teramat sangat, sehingga suntikan MO dilakukan sampai dengan 3 kali secara bertahap, selain itu tekanan darah naik turun dan semakin turun. Ya Tuhan……
Hasil laboratorium keluar, enzim troponin yang semestinya berada < 14, menjadi 143 pada hasil pemeriksaan suamiku. Dokter menyarankan tindakan kateterisasi untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jantung suamiku. Di saat inilah kepalaku mulai berputar-putar, karena begitu kita menyetujui dilakukan tindakan, maka selanjutnya adalah menuju ruang admisi untuk masalah fee tindakan dan uang deposit, sementara hari itu adalah hari Sabtu dan kantor suami tidak bisa dihubungi, aku sudah mencoba menghubungi beberapa orang temannya yang ada di nomer kontak, namun tak mendatangkan hasil karena hari libur mungkin.
Beruntung saat itu, kakakku yang baru datang dari Vanimo, mendarat dari bandara langsung menuju ke rumah sakit, juga adikku yang tinggal di Bintaro dan keluarga kakak ipar dari pihak suami yang tinggal di Ciledug. Yakin juga aku beratus tangan mengatup untuk memanjatkan doa kesembuhan buat suamiku, kekuatan doa maha dahsyat jika didoakan orang-orang terkasih.
Karena kepala yang mulai berputar dengan angka 000 yang disebutkan petugas admisi, aku berupaya untuk memindahkan suami ke RS yang menggunakan fasilitas BPJS. Pihak RS Eka setuju saja jika memang keluarga meminta, mereka membantu menghubungkan ke beberapa RS Jantung yang bisa menerima, namun ternyata kondisi suami tidak memungkinkan untuk dipindahkan, tekanan darah terus turun hingga 70/55 dan masih dalam keadaan sadar, suami berkata tidak mau dipindahkan dan minta dilakukan tindakan segera di EKA saja. Aku akhirnya setuju dan tindakan kateterisasi dilakukan. Aku segera mengurus administrasi dan kembali ke ruang admisi. Sementara suami langsung dipersiapkan menuju ruang CAT di lantai 2.
Kami menunggu di ruang tunggu. Proses tidak berlangsung lama, dua kali aku dipanggil dokter, yang pertama adalah pemilihan jenis stent yang akan digunakan karena ada masalah di pembuluh darah jantung suami dan yang kedua, setelah tindakan kateterisasi dan pemasangan stent dilakukan. Dokter menunjukkan adanya luka pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah tersebut mengalami masalah. Pada saat itu, dokter mengatakan ada pembuluh robek/koyak sehingga ada kebocoran, tapi pada saat suami kontrol 1 minggu setelah tindakan, dokter mengatakan pembuluh darah tersebut mengalami “luka” sehingga mengakibatkan tekanan darah turun terus dan nyeri yang luar biasa.
Puji Tuhan, setelah berada 2 malam di ruang HCU dan 2 malam di kamar perawatan, suami diijinkan pulang. Ini semua disebabkan karena bagusnya kondisi tubuh suami. Dari hasil laboratorium, semua baik, kadar gula, kolesterol, asam urat, HB, tekanan darah, dalam keadaan baik. Selama ini memang suami menjaga makan dan rajin olah raga, satu-satunya tersangka penyebab serangan jantung akut ini adalah rokok, yang mana tar dalam nikotin menyebabkan rusak pembuluh darah pada jantung. Satu-satunya yang harus dilakukan adalah berhenti merokok dan meneruskan pola hidup sehat.
Terima kasih yang tak terhingga pada kebaikan Tuhan bahwa kami masih diberi peringatan untuk hidup lebih baik, dan juga yang terutama dukungan doa dari anak-anak, keluarga, teman, tetangga dan kerabat serta yang terutama pada bapak Toto Kertopati dari Yayasan Bank DKI, yang sangat membantu semua proses administrasi hingga selesai perawatan suamiku. Puji Tuhan, Tuhan selalu baik