Dalam Kesahajaanmu…

#potonganceritafiksi

Kami berkumpul dengan membawa setangkai bunga berwarna putih yang sudah disiapkan keluarga, sesuai permintaannya. Semua serba putih, ada bunga lili, sedap malam, mawar, krisan, carnation dan juga gerbera, bunga kesukaannya serta taburan kuntum melati, yang wanginya semerbak memenuhi ruangan. Biasanya ia menyukai bunga berwarna cerah tapi khusus untuk hari ini, ia mau yang serba putih.

Semua menahan diri untuk tidak memecahkan suara tangis seperti yang ia minta, “Supaya perjalananku lancar, bernyanyilah, setidaknya dalam hati, jangan menangis ya, karena aku hanya bepergian,” katanya pada siapapun yang datang, kala ia sakit. Termasuk padaku, yang tak mampu kujawab, selain memandangnya dan mengusap tangannya yang selalu kurasa lembut dan semakin kurus itu.

Ruangan yang tidak besar itu, yang dipenuhi sanak keluarga serta kerabat yang mengasihi dia memang terdengar dentingan lembut dari piano yang berada di salah satu sudut ruangan, berjudul Ajaib Benar Anugerah (KJ 40) atau Amazing Grace dalam versi Bahasa Inggris, yang dimainkan seorang kerabat, yang sesekali mengusap tetes air matanya dengan tisu.

Kami yang hadir pada hari tutup peti itu, juga mengenakan baju serba putih. Baju putih memang kesukaanku tapi ketika ia mengatakan bahwa aku harus mengenakan baju warna putih pada hari kematiannya, aku tak pernah menjawabnya. Rasanya aneh dengan segala persiapan mengantarkan kepergiannya.Tak pernah aku merasa siap ditinggal pergi oleh dia, yang baru kukenal beberapa tahun ini.

Satu per satu, kami yang hadir, memasukkan tangkai bunga ke dalam peti, seakan tak ingin meninggalkannya dalam peti seorang diri. Ia tersenyum, sangat cantik, dalam balutan kebaya putih dan kain songket yang didominasi warna orange kesukaannya, dengan make up yang lembut serta pulasan lipstik warna muda seperti yang selalu ia kenakan. Senyumnya menunjukkan kedamaian hatinya, terlepas dari rasa sakit yang dialaminya beberapa saat ini.

 

Setelah meletakkan tangkai bunga, kami tetap berdiri di sekitar peti.  Air mata mulai menetes dan mengalir dalam diam meski isak tangis tertahan mulai terdengar di dalam rumah duka itu. Tak ada yang rela melepaskan kepergiannya meskipun ia sudah mempersiapkan hati kami jauh-jauh hari.

 Selamat jalan kekasihku, temanku yang luar biasa, kami bukan menangisi kepergianmu karena kita pasti akan berjumpa lagi, tapi kami menangis karena kesahajaanmu…..