Sejak di SMA, cita-citaku adalah menjadi seorang Arsitek. Setiap hari diantar ayah ke sekolah melewati kawasan perumahan elite Permata Hijau menuju SMA Tarakanita. Dalam hati selalu berdoa, “Aku akan membuat sebuah rumah seperti itu buat Bapak.” Waktu itu, kami sendiri tinggal di perumahan Sekretariat Negara, Cidodol, Kebayoran Lama.
Karena kegemaran melihat rumah-rumah bagus dan membaca buku interior yang dibeli ayah, keinginanku semakin besar dan akhirnya memilih masuk jurusan IPA di SMA. Di kelas IPA, aku mendapat mata pelajaran Menggambar. Mata pelajaran yang tentu aku dan teman-teman sukai. Hm…. karena, karena pengajarnya adalah satu-satunya guru pria yang masih muda dan jomblo, juga santun tutur kata dan baik budinya. 😀 lebai ya kami. Ya maklumlah, aku dan teman-teman bersekolah di sekolah yang seluruhnya perempuan.
.
Kalau aku suka pelajaran ini karena ini pelajaran yang santai dan penuh imajinasi. Karena ini kelas IPA, maka teknik menggambar yang kami pelajari pun berbeda. Kami belajar gambar teknik.
.
Aku selalu mendapat nilai minimal 90 lho dalam tugas gambar dimensi ruang dibawah bimbingan pak Gofar. Aku kerap berdiskusi dengan teman sebangkuku, (alm) Agnes Retno, yang akhirnya berhasil masuk Fakultas Arsitektur, setelah mengikuti Sipenmaru di tahun yang ke-2.
.
Di jalur Sipenmaru, aku gagal diterima di Fakultas Arsitektur. Melalui jalur swasta, aku juga gagal diterima di perguruan tinggi terkenal masa itu di Bandung. Gagal masuk Fakultas Arsitektur, tidak menyurutkan kesukaanku menikmati (bangunan) yang tinggi dan unik.
Di saat teman lebih suka berfoto, aku sempatkan untuk selalu mengabadikan juga bangunan atau dimensi ruang ini, dimanapun, kapanpun. Bangunan dan dimensi ruang selalu menarik perhatianku.
.
Terima kasih foto dari kak Leya, yang maksud hati memotret mama @ari_atletkuliner eh ada tante Adjeng ya. Tapi jadi keren hasil fotonya, tentang dua orang yang berbeda passion ?
#delaras
#delaraswisata