Membaca Raden Saleh Seri II “Senja Terakhir di Cikini” dari PDS HB Jassin

Raden Saleh Sjarif Boestaman (Mei 1811 – 23 April 1880) adalah pelukis Indonesia beretnis ArabJawa yang menjadi pionir seni modern Indonesia (saat itu Hindia Belanda). Lukisannya merupakan perpaduan Romantisisme yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa si pelukis (Wikipedia)

Ya, penjelasan di atas adalah penjelasan versi Wikipedia, yang dikenal banyak orang. Namun ada cara menarik yang lain untuk mengenal lebih jauh mengenai Raden Saleh, yaitu melalui Novel Pangeran dari Timur, yang ditulis oleh duo penulis, yaitu Pak Iksaka Banu, yang biasa disapa Pak Banu dan Pak Kurnia Effendi, yang biasa disapa Pak Kef.

Novel ini cukup tebal, hampir mencapai 600 halaman lebih. Membaca novel setebal ini seorang diri, akan membuat novel ini tidak selesai-selesai dibaca karena pasti mudah terganggu kegiatan lagi kecuali kita melakukannya dengan menyepi sendiri. Akhirnya karena ingin segera menyelesaikannya, aku tertarik untuk mengikuti Membaca Bersama yang ditawarkan duo penulisnya.

r2

Event

Kegiatan ini jelas menarik karena Membaca Bersama dengan bersuara nyaring (apalagi) sudah sangat jarang aku lakukan. Padahal membaca dengan bersuara itu banyak manfaatnya, terutama buat orang seusiaku, yang mulai kurang daya ingat dan mudah lupa (eh sama ya?). Beberapa manfaat membaca dengan bersuara yaitu

  • meningkatkan daya ingat, pada beberapa orang yang pembelajaran secara audio, ini pas benar
  • meningkatkan imajinasi, sambil mendengar sambil membayangkan suasananya
  • melatih ekspresi, ya intonasi, volume dan perasaan saat membawakannya
  • menghibur (diri) ya karena buku ini harus diselesaikan, mengapa harus diselesaikan? ya karena buku ini menarik dan menyenangkan
  • jumpa teman baru dan lama, apalagi buat kita yang selama ini harus diam di rumah

Acara ini dipandu dengan jenaka oleh Felix Nossi, yang juga seorang penulis

Lokasi 

Waktu flyer undangan ini disebarkan, tertulis lokasi di PDS HB Jassin. Otomatis aku segera mencari lokasinya, karena waktunya berdekatan dengan jam berangkatku ke Cirebon bersama rekan-rekan. Jadi diusahakan untuk tidak datang terlambat dan pulang tepat waktu.

Dimana lokasi? Oh aman – PDS HB Jassin ada di Taman Ismail Marzuki, di belakang lokasi planetarium. Siapa yang ga tahu tempat yang kondang itu.

Berangkat dengan percaya diri, namun ternyata tiba di sana, bangunan berubah total, sudah direnovasi. Haha. Masih belum sempurna betul. Ya sudah, masuk ke dalam gedung, yang kurang informasi itu. Turun dimana, naik kemana. Bertanyalah pada orang yang tepat, karena kalau tidak, akan miskom alias tersesat.

Semoga petunjuk arah akan lebih cepat diselesaikan untuk memudahkan pengunjung. Puji Tuhan, sudah tiba di ruang yang adem dan berfoto bersama dengan duo penulis (akhirnya)

r1

Bab Senja Terakhir di Cikini

Mendengar atau membaca kata Senja, selalu terasa berbeda buat aku. Senja itu suasana yang indah dan syahdu. Semua menjadi berbeda kala memasuki senja. Waktunya hanya sebentar, mungkin sekitar satu atau dua jam saja, antara pukul 17 sampai dengan pukul 18. Senja sering digambarkan sebagai bentuk perenungan, untuk mengakhiri kegiatan.

Di kantor, pegawai akan bersiap membuat laporan akhir harian. Di rumah, sebagian orang akan bersiap untuk menuju doa dan makan malam.

Lalu, apa kaitannya dengan judul bab yang dibacakan pada hari Jumat, 15 Juli 2022 ini? Tergelitik terntunya, ada rasa yang berbeda karena ada kata “terakhir” ya terakhir, berarti tidak akan ada lagi bukan? sedih rasanya membaca judul bab ini.

Senja itu indah, semestinya akan lebih indah jika dinikmati bersama, apalagi bersama pasangan bukan? Lalu mengapa menjadi terakhir buat mereka berdua?

Betul ternyata, bab ini berisi percakapan awal menuju perpisahan antara Raden Saleh dengan Constancia, seorang janda kaya berkebangsaan Jerman, yang dinikahi Raden Saleh pada tahun 1855. Mereka akan bercerai setelah 10 tahun hidup bersama. Constancia tidak tahan menghadapi cemoohan orang, terutama orang-orang dari kalangan kulit putih dan juga kebangkrutan usahanya.

Akhir kata…..

r3

Terima kasih mbak Endah Sulwesi yang rajin mencatat dan menghubungi peserta. Terima kasih pak Kef dan pak Banu telah mempunyai ide mengadakan acara ini.

Terima kasih atas kenyamanan dan keramahannya, menyambut pengunjung dengan snack box yang mengenyangkan dan juga minuman hangat, yang membuat fokus di ruangan sejuk.

Terlebih lagi, ada napak tilas ke rumah Raden Saleh, yang berlokasi di RS PGI Cikini, sayang aku tidak bisa ikut bersama karena mesti bergabung dengan teman-teman, yang akan berangkat ke Cirebon dengan Kereta Argo Cheribon pukul 17.20. Semoga di bab-bab lain, pembacaan bab-bab ini akan lebih bisa aku resapi.

Salam literasi, buku dan acara ini sangat keren.