Tidak tahan untuk tidak memposting ini karena kata pengirim, tidak semua teman dikirimi. Aku semakin tersanjung karena merasa “terpilih”. Mengapa aku bersikeras untuk menuliskannya di sini? Karena ini sebagai sebuah bukti bahwa pertemanan, persaudaraan atau persahabatan itu, memang bebas dari SARA.
Bertahun-tahun, lelah membaca dengan berita atau larangan pemberian ucapan Selamat Hari Natal pada kaum Nasrani. Sesungguhnya, kami atau aku pun tidak keberatan jika tidak diberi ucapan selamat. Ga apa, ga masalah, aku baik-baik saja tanpa ucapan selamat karena pada hari itu aku sangat bersukacita dalam segala keadaanku.
Namun walau perdebatan itu terus ada dan berjalan, banyak sekali saudara, teman dan kerabat yang memberi ucapan selamat dan doa, meskipun tidak dalam iman yang sama. Salah satunya pengirim sekaligus pembuat kue ini, sebut saja inisial namanya mbak ES. Mbak ES bukan saja memberi ucapan yang tulus tapi juga mengirim hadiah yang enak dirasa dan dipandang. Nanti kalau beliau berkenan, akan kutulis nama lengkapnya.
Aku mengenal nama mbak ES tepat satu tahun lalu, waktu itu aku mengadakan Bedah Novel ku di Museum Nasional, 18 Desember 2021. Sayangnya mbak ES berhalangan hadir, yang hadir puterinya yang lucu dan pemberani. Berjalan waktu, aku mengikuti kegiatan mbak ES melalui medsos dan kami berinteraksi di sana termasuk pesan memesan kue lewat chat WA. Bertemu beberapa kali namun mbak ES selalu menjadi tim inti, jadi jarang berbincang.
Singkat cerita, cake yang dikemas indah dengan pita merah hijau khas Natal ini adalah paket pertama yang aku terima dengan hati bungah. Terima kasih banyak Mbak ES atas perhatian dan kebaikan hatimu. Kiranya Allah kita membalas budi baikmu dan menyertaimu beserta puteri dan Ibu. Aamiin