29

28.10.95 Perjalanan Penuh Warna. Terima kasih Tuhan, selalu menjadi Nahkoda kami, walau kami kerap menjadi ABK yang lari ke sana kemari, mengabaikan, tidak mau mendengarkan dan bahkan melawan Nahkoda sehingga kapal kami terombang ambing, Tuhan tetap setia menjaga kami.

Dua puluh sembilan tahun perjalanan kami
Suka duka berbaur dalam langkah untuk setia,
Lika-liku gelombang kerap melelah jiwa
Pimpinan tangan Tuhan jadi pelindung dan penerang

Dua puluh sembilan tahun pernikahan adalah perjalanan yang penuh warna, dengan suka dan duka yang datang silih berganti. Lika-liku hidup menghadirkan tantangan yang terkadang tak terduga, namun juga momen kebahagiaan yang tak ternilai. Di tengah segala ujian dan kebahagiaan, keyakinan bahwa Tuhan selalu memimpin dan menjaga perjalanan ini menjadi kekuatan utama untuk terus melangkah bersama, setia, dan saling menguatkan. Amin.

Dear Bapak Ibu, Abang Adek, Kakak, Eda, Amang Bao, Saudara dan Teman terkasihku, “terima kasih, matur nuwun, mauliate godang” atas banyak doa, ucapan dan perhatiannya untuk kami berdua beserta keluarga. Kiranya Allah yang Maha Baik, yang telah mempersatukan kita dengan pasangan kita masing-masing, akan terus menyertai kita sampai akhir hayat, di tengah segala gelombang kehidupan yang kita hadapi. Aamiin…..


Perjalanan Itu

Rabu, 23.10.24 Foto ini adalah foto pertemuanku yang pertama kalinya, duduk semeja dengan Ibu Sekretaris Utama dan Bapak Inspektur Utama. Mungkin hal yang biasa buat orang lain, tapi sesuatu yang luar biasa untukku.

Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang akan terjadi di masa depan atau siapa yang akan kita temui di sepanjang jalan. Kadang-kadang, kita dipertemukan dengan seseorang secara tak terduga, dan pertemuan itu bisa mengubah hidup kita selamanya.

Mungkin mereka membawa kebahagiaan, pelajaran berharga, atau bahkan tantangan yang membuat kita tumbuh menjadi lebih kuat. Inilah yang membuat hidup begitu menarik—keajaiban dari hal-hal yang tak terduga.

Aku yakin Tuhan akan berperkara dengan dahsyat untuk anak-anakNYA. Amin


“Perubahan Dinamika Kerja : Dari Mutualisme ke Parasitisme”

Aku kerap menganalogkan sifat tumbuhan dengan aspek perilaku dan karakter manusia dalam tulisanku. Ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa periset terkait hal ini, salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dorothy Retallack. Retallack melakukan eksperimen pada tahun 1970-an yang menunjukkan bahwa tanaman yang terpapar musik tertentu tumbuh lebih baik. Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Cleve Backster. Backster melakukan eksperimen pada tahun 1960-an yang menunjukkan bahwa tanaman dapat merespons emosi manusia, meskipun hasilnya masih diperdebatkan.

Dari beberapa penelitian ini, aku meyakini adanya kesamaan antara manusia dengan tumbuhan, yang kemungkinan disebabkan terutama dalam cara tumbuhan beradaptasi, berkembang, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Sama seperti manusia, tumbuhan juga memiliki hubungan baik dengan sesamanya (intraspesifik atau interspesifik), maupun dengan jenis tumbuhan yang lain. Pada masa duduk di sekolah dasar, kita sudah mempelajari ada tiga hubungan dasar yang dapat terjadi, dalam kurun waktu tertentu dan memberikan dampak menguntungkan atau merugikan yaitu yang disebut simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensialisme.

Seperti tumbuhan, manusia berhubungan dengan sesamanya, pada umumnya karena ada prinsip saling menguntungkan, ingin bekerja sama untuk dapat saling bertukar pendapat dan berdiskusi karena berasal dari kepakaran yang berbeda dan berharap mendapatkan solusi dari kerjasama tersebut atau ada goal atau tujuan berupa temuan atau karya tulis yang dapat memberikan dampak dan manfaat pada banyak pihak dari penelitian bersama tersebut. Atau bisa juga kerjasama yang terjadi karena satu pihak memiliki dana dan mengharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dimanfaatkan di institusi atau negaranya, sementara pihak lain, tidak punya dana tapi punya keahlian dengan kapasitas periset yang mumpuni. Ini salah satu hubungan yang mungkin terjadi dan memberikan dampak yang menguntungkan pada kedua belah pihak, yang jika menggunakan istilah dalam hubungan pada tumbuhan adalah simbiosis mutualisme.

Contoh pada tumbuhan adalah hubungan antara lebah dan bunga, di mana lebah mendapatkan nektar, sedangkan bunga terbantu dalam proses penyerbukan. Atau kalau dalam dunia penelitian, pihak yang satu punya cuan, pihak yang lain butuh dana penelitian untuk publikasi jurnal, membuat prototipe atau paten, yang digunakan untuk memenuhi angka kredit dalam Keluaran Kerja Minimal (KKM) atau sekedar menambah pendapatan berupa honor sebagai narasumber dari kegiatan tersebut.

Lalu apa yang dimaksud dengan simbiosis parasitisme? Simbiosis parasitisme adalah suatu bentuk hubungan yang terjadi kala satu organisme mendapat keuntungan, sementara organisme lain dirugikan. Contoh: kutu yang hidup di tubuh hewan dan memakan darahnya. Contoh lain yang sering kita dengar adalah kehidupan benalu, tanaman benalu yang menempel pada pohon inangnya. Benalu mengambil air dan nutrisi dari pohon tersebut, sementara pohon inang mengalami kerugian. Kerugian yang dialami adalah batang pohon akan semakin kurus kering dan lama-lama lapuk karena kehabisan air dan nutrisi.

Apakah bisa dalam sebuah hubungan, yang semula simbosis mutualisme lalu menjadi simbiosis parasitisme atau komensalisme? contohnya pada tanaman apa dengan apa? Ya, tentu saja hal itu bisa terjadi. Dalam hubungan simbiosis, interaksi antara dua organisme bisa berubah dari simbiosis mutualisme menjadi parasitisme atau komensalisme, tergantung pada kondisi lingkungan atau perubahan perilaku salah satu organisme. Ini bisa terjadi karena faktor seperti perubahan ketersediaan sumber daya, perubahan iklim, atau tekanan lain di lingkungan.

Contoh perubahan hubungan simbiosis pada tanaman, misalnya adalah Jamur Mikoriza dan Tanaman. Semula, hubungan keduanya adalah simbiosis mutualisme, dimana Jamur mikoriza hidup di akar tanaman dan membantu tanaman menyerap air dan nutrisi (seperti fosfor) dari tanah. Sebagai imbalannya, jamur mendapatkan karbohidrat yang dihasilkan oleh tanaman melalui fotosintesis. Hubungan ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak pada awalnya. Lalu bagaimana hubungan ini dapat berubah menjadi Parasitisme? Hal ini disebabkan karena jika kondisi tanah menjadi sangat subur (misalnya karena penggunaan pupuk yang berlebihan), tanaman mungkin tidak lagi memerlukan bantuan jamur untuk mendapatkan nutrisi. Namun, jamur tetap mengambil karbohidrat dari tanaman, sehingga hubungan ini berubah menjadi parasitisme, di mana tanaman malah dirugikan.

Selanjutnya, apakah hubungan simbiosis mutualisme ini dapat berubah menjadi parasitisme pada manusia? Ya, perubahan dari simbiosis mutualisme menjadi parasitisme atau komensalisme juga bisa terjadi dalam hubungan manusia, terutama dalam konteks sosial, bisnis, atau personal. Hubungan ini bisa berubah seiring waktu karena berbagai faktor, seperti perubahan kebutuhan, kekuatan, atau tujuan dari individu yang terlibat, yang disebut sebagai perubahan dinamika, yang bisa saja terjadi tanpa diduga atau bisa juga disengaja karena harapan keuntungan berupa materi atau immaterial (tak berwujud). Dan bisa saja tidak dapat saling melepaskan karena unsur balas budi atau keterikatan yang sudah terjadi.

Yang dimaksud dengan perubahan dinamika kerja adalah perubahan yang merujuk pada perubahan dalam cara individu, tim, atau organisasi bekerja dan berinteraksi satu sama lain. Ini dapat mencakup berbagai aspek seperti struktur kerja, komunikasi, kolaborasi, dan adaptasi terhadap kondisi baru. Perubahan dinamika kerja sering dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor profesional termasuk teknologi, budaya kerja, kebijakan organisasi, serta perubahan dalam pasar dan ekonomi dan faktor non profesional seperti perilaku individu didalamnya.

Contohnya ketika salah satu pihak mulai mendapatkan lebih banyak keuntungan tanpa memberikan imbalan yang setara, atau bahkan mulai memanfaatkan sumber daya perusahaan lain tanpa izin, hubungan ini bisa menjadi parasitisme. Misalnya, jika satu pihak hanya “menumpang” popularitas atau jaringan distribusi pihak lain tanpa memberikan kontribusi nyata.

Atau dapat juga terjadi hal-hal yang “melenceng” dari perjanjian kerja sama, ketika salah satu pihak atau oknum tertentu mulai menuntut lebih dari apa yang telah disepakati dan bahkan mulai melakukan tindakan yang merugikan atau mengganggu, seperti meneror atau memanipulasi pihak lain, baik yang berada dalam tim atau diluar tim, maka hubungan ini bisa disebut sebagai hubungan parasitisme atau bahkan eksploitasi. Dalam konteks manusia, perilaku semacam ini dapat dianggap sebagai tindakan manipulatif atau abusive.

Tindakan menyimpang yang dilakukan seperti intimidasi, pemerasan, penguntitan (stalking), teror melalui media digital (cyberbullying atau cybercrime), jika memenuhi unsur-unsur yang diatur dalam undang-undang, pelaku tetap dapat dikenakan sanksi pidana dan sanksi perdata.

Nah, jangan sampai terjadi ya, hubungan kemanusiaan yang semula menguntungkan kedua belah pihak atau banyak pihak, jadi hubungan yang berujung di meja hijau, seperti benalu yang menggerogoti pohon inangnya, salah satu mati atau mati semua atau temannya yang mati.

Selamat bekerja.

Sumber gambar : AI


Pendidikan dan Kecerdasan, menurut Richard Feynman

Richard Phillips Feynman adalah seorang fisikawan teoretis yang terkenal karena karyanya di bidang elektrodinamika kuantum, dan juga menciptakan teknik belajar yang disebut Teknik Feynman.

Tergelitik untuk memberi komentar pada status seorang teman SMP, yang sekarang menjadi seorang Profesor di sebuah institut kenamaan di Bandung, apalagi kalau bukan Institut Teknologi Bandung, yang memposting pernyataan dari Richard P Feynman.

Betul banget ya pernyataan diatas karena sejatinya memang, education is represented by a piece of paper. Sementara, intelligence is represented by the ability to explain something you are educated on to someone who knows nothing about it, in simple terms.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara tingkat pendidikan dan kecerdasan, terutama dalam hal kemampuan kognitif. Namun, ini tidak berarti bahwa pendidikan tinggi otomatis membuat seseorang lebih cerdas. Kecerdasan bawaan (seperti IQ) juga memainkan peran penting dalam bagaimana seseorang dapat menyerap dan memanfaatkan pendidikan yang mereka terima.

Salah satu dari penelitian itu adalah penelitian tentang IQ dan Pendidikan (Ritchie & Tucker-Drob, 2018). Studi ini mengulas data dari berbagai penelitian di seluruh dunia yang melibatkan lebih dari 600.000 peserta. Para peneliti menemukan bahwa menambah tahun pendidikan formal terkait dengan peningkatan skor IQ. Rata-rata, setiap tambahan satu tahun pendidikan dikaitkan dengan peningkatan sekitar 1 hingga 5 poin IQ.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan formal membantu meningkatkan kemampuan kognitif, termasuk berpikir logis, memecahkan masalah, dan pemahaman verbal, yang semuanya tercermin dalam skor IQ.

Sekarang, kecerdasan yang dikembangkan sejak masa kanak-kanak pun tidak hanya terbatas pada kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup besar pengaruhnya pada pendidikan seseorang, tapi juga ada kecerdasan emotional, kecerdasan sosial, kecerdasan spiritual, kecerdasan adaptif, kecerdasan finansial dan beberapa turunan kecerdasan lain, yang juga turut mempengaruhi keberhasilan seorang dalam hidupnya.

Jangan mengukur kecerdasan seseorang hanya dari gelar akademis mereka. Kecerdasan yang sejati melibatkan pemahaman yang mendalam, kemampuan berpikir kritis, kebijaksanaan, kecerdasan emosional, dan keterampilan sosial—semua hal yang tidak bisa diukur dengan sertifikat atau diploma. Seseorang bisa sangat terpelajar tetapi kurang bijaksana atau kurang peka dalam berurusan dengan dunia nyata, dan di situlah pernyataan “you can have a PhD and still be an idiot” menjadi relevan.

Pernyataan ini mengajak kita untuk terus belajar dengan cara yang lebih komprehensif, melampaui batas-batas pendidikan formal, dan menghargai bentuk-bentuk kecerdasan lain yang sama pentingnya dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, kembali pada pernyataan Richard Feynman diatas yang menyatakan bahwa seseorang bisa memiliki gelar PhD dan tetap “menjadi idiot” adalah pengingat pada kita bahwa walau bisa berkorelasi positif, namun pendidikan formal dan kecerdasan praktis atau kebijaksanaan tidak selalu berjalan beriringan. Feynman ingin menekankan bahwa gelar akademis tinggi tidak menjamin seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, pemahaman yang mendalam, atau kecerdasan emosional yang baik.

Dan aku setuju pada pernyataan tersebut. Bagaimana dengan anda?


Review Buku Cernak : Raibnya Omprok Mbah Ti karya Afin Yulia

Buku Cerita Anak Misteri Detektif karya Afin Yulia ini keren dan unik menurutku karena mengangkat kearifan lokal yang berada di Banyuwangi.

Apa itu Omprok? Itu yang pertama aku tanyakan pada Mbak Afin dan ternyata jawabannya ada di Prakata buku ini. Omprok adalah hiasan kepala atau aksesoris tarian khas di Banyuwangi, yang mana tiap bagian dari Omprok yang didominasi warna emas ini, memiliki makna yang dalam.

Selain tentang Omprok, sejarah tari Gandrung yang fenomenal itu pun diselipkan dalam kisah detektif untuk anak-anak ini.

Buku yang diterbitkan Forsen Lentera ini, tebal 195 halaman terdiri dari 20 bab, mengisahkan tentang hilangnya mahkota Gandrung milik Mbah Ti. Diulas secara menarik oleh Mbak Afin, dengan urutan tutur cerita yang mudah dimengerti, khususnya buat anak-anak. Unsur budaya diungkapkan secara menarik. Buku cerita anak yang sangat direkomendasikan karena tidak membosankan tapi diungkap dengan seru dan menarik.

Yuk miliki buku ini dan simak keseruannya, apakah Akmal dan Ilham dapat menemukan siapa pelaku pencuri mahkota kebanggaan Mbah Ti ini.


Oleh-oleh dari Baduy Luar : Tas Koja

Tas Koja yang dibuat warga suku Baduy ini terbuat dari kulit pohon Teureup. Tas ini tersedia dalam berbagai desain dan ukuran. Aku memilih ini, yang terkecil berukuran 20×10 cm, muat untuk 2 telpon genggam, 1 dompet kecil dan 1 buku notes, aku beli dengan harga rp 25 ribu saja.

Bendaterap atau tekalong (Artocarpus elasticus) adalah sejenis pohon buah yang masih satu genus dengan nangka (Artocarpus). Buahnya mirip dengan buah timbul atau kulur, dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak panjang dan pendek, agak melengket. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus elasticus.

Kegunaan

Buah benda yang telah masak dimakan dalam keadaan segar, bijinya dapat dimakan setelah direbus atau digoreng. Adapun kalau buah belum masak, tetap dimakan dengan dimasak terlebih dahulu.[11] Buah muda dari pohon benda atau yang juga disebut dengan teureup ini bisa digulai seperti nangka, dan yang sudah tua bisa dimakan langsung. Namun, buah benda lebih sering dimakan dalam keadaan matang.[12] Getah benda sering digunakan sebagai perekat untuk menjerat burung.[9] Masyarakat Minangkabau di waktu penjajahan Jepang menggunakan serat benda untuk celana, kisah ini diabadikan di dalam pantun Minangkabau ich ni san shi go rok, baju goni sarawa tarok. (Satu dua tiga empat lima enam (bahasa Jepang), baju goni celana serat tarok (benda).

(Wikipedia)

Ternyata banyak ya kegunaan dari pohon yang bisa mencapai tinggi 65 meter ini. mulai dari biji, buah sampai kulit pohonnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat suku Baduy menggunakan Tas Koja ini untuk berladang, bercocok tanam dan menangkap ikan. Tas ini juga tahan terhadap rayap, konon kabarnya tas ini akan membusuk secara alami saat pemakainya sudah tiada.

Proses pembuatannya, kurang lebih sama seperti proses dari bahan yang lain, kulit pohon dijemur, lalu dibuat menjadi serabut untuk benang, yang selanjutnya akan dirajut menjadi tas.

Ini adalah salah satu alternatif buah tangan dari Baduy Luar. Selain itu, ada juga dijual kopi, jahe merah, madu dan yang terutama adalah tenun khas Baduy yang dikerjakan sendiri oleh kaum perempuan di sana. Yuk menjelajah Baduy, untuk mengenali kehidupan mereka dan menikmati karya dan produksi untuk membantu perekonomian masyarakat di sana.