Sinopsis : Totto-chan`s Children: A Goodwill Journey to the Children of the World

Totto-chan`s Children: A Goodwill Journey to the Children of the World (Anak-anak Totto-chan: Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-anak Dunia)

Sebuah buku yang dikarang oleh Tetsuko Kuroyanagi, sebuah buku dengan tebal 328 halaman, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, menceritakan sebuah perjalanan panjang dari Totto-chan yang sudah menjadi dewasa. Buku yang diberi harga Rp 50.000,- saja ini, memberikan banyak cerita yang bermakna positif karena sarat dengan pesan kemanusiaan bagi tiap insan.

Apa yang Totto-chan sampaikan di masa dewasanya, tidak terlepas dari pengalaman masa kecilnya, ketika ia mulai masuk ke Tomoe Gakuen, yang diceritakan dalam buku karangan Kuroyanagi sebelumnya dalam Totto-chan – Gadis Cilik di Jendela. Dimana, selain belajar, ia juga mendapatkan
banyak pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat dan
menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi diri sendiri.

Totto-chan kini sudah dewasa. Ia sekarang menjadi aktris terkenal dan punya banyak penggemar. Tapi Totto-chan tak pernah melupakan masa kecilnya. Karena itulah Totto-chan langsung setuju ketika UNICEF menawarinya untuk jadi Duta Kemanusiaan.

Sejak itu, Totto-chan berkunjung ke banyak negara dan menemui berbagai macam anak. Di negara-negara yang mengalami kekeringan hebat atau terkena dampak perang, anak-anak yang sebenarnya polos dan tak berdosa selalu jadi korban. Ternyata masih banyak sekali anak-anak dunia yang tidak bisa makan, tidak bisa sekolah, tidak bisa dirawat ketika sakit, bahkan mengalami trauma hebat akibat perang.

Lewat buku ini Totto-chan ingin menceritakan pengalamannya saat bertemu anak-anak manis itu supaya semakin banyak orang bisa membantu anak-anak dunia menggapai masa depan yang lebih baik.

sumber : Anak-anak Totto-chan: Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-anak Dunia dan www.inibuku.com


Yu Su

Kalau ke Ngawi, aku selalu mengunjungi Yu Su. Siapakah Yu Su? Yu Su adalah anak dari Mbah Mien Tember, yang pernah jadi pengasuh aku waktu kecil dulu. Selain itu, Yu Su juga berjualan tape ketan yang sangat enak sekali. Jadi khusus kali ini, aku membeli tupperware untuk membawa tape ketan buatan Yu Su.

Yu Su memasak sendiri ketan untuk tapenya, dengan menggunakan perabot dapur yang sangat sederhana. Selanjutnya ketan diberi ragi dan dibungkus dengan daun. Setelah itu bungkusan ketan ditunggu selama 2-3 hari sampai menjadi tape.

Yu Su hidup hanya bersama dengan seorang anak lakinya, yang belum menikah, namun Yu Su yang periang dan mudah bergaul tidak pernah kesepian, selain juga ditemani kucing-kucing lucu peliharaannya.


Hotel Riyadi Palace

Aku menginap 2 malam di hotel ini, malam pertama, 25 Februari 2010 setelah mendarat di Solo dan malam kedua, 28 Februari 2010 sebelum kembali ke Jakarta. Hotel Riyadi Palace terletak di Jalan Slamet Riyadi 335, Solo, Jawa Tengah. Tempatnya bersih, makanannya bersih dan enak, banyak becak untuk pergi kemana-mana. Dan yang terpenting, ada lift, yang memudahkan aku membawa ibu naik turun dalam hotel.

Foto ada disini


Tahu Tepo

Menyambung tulisan tentang Nasi Tumpang, yang biasa kami nikmati di pagi hari di Ngawi, maka satu lagi menu makan malam yang selalu ada pada kunjungan ke Ngawi adalah Tahu Tepo. Tahu Tepo itu artinya Tahu Lontong, tahu dengan lontong. Banyak versi makanan seperti ini karena tahu kayaknya emang cocok dimakan dengan lontong ya, misal seperti tahu tek, tahu gunting, kupat tahu. Tapi Tahu Tepo Ngawi punya cita rasa dan ciri tersendiri cenderung berkuah, seperti kupat tahu yang di Jogja. Jadi kalau pas nyendok sama kuahnya ya enak banget, baru terasa enaknya.

Bedanya lagi yang tampak jelas dibandingkan versi yang lainnya terletak di kacang gorengnya yang tidak dihaluskan dengan bumbu yang lain, tapi ditaburkan utuh di atasnya. Terus kalau di kupat tahu biasanya ada potongan gorengan bakwan, plus irisan daun jeruk purut; sementara tahu tepo ada kecambah sperti tahu tek, tapi kecambahnya dicampur dengan irisan daun seledri yg memberi aroma khas.

Cara goreng tahunya juga bisa 2 macem, digoreng dengan atau tanpa kocokan telor (bisa disampaikan ke penjualnya). Terakhir, diberi remesan krupuk ubi yang warnanya pink atau merah jambu dan juga bawang goreng.

Tahu tepo di Ngawi yang terkenal punyanya Sarus, dulu jualannya di belakang pasar Ngawi. Terakhir tanteku belikan untuk dimakan di rumah, di jalan Raden Patah. Jualannya malam hari, antrinya luar biasa, soalnya bikinnya satu2 jadi rada lama. Bukanya setelah magrib, curangnya aku ga pernah ikutan beli, ntah ya, mungkin Tante ku ngasi kesempatan aku dan ibuku untuk ngobrol dengan Om, jadi aku ga pernah tahu, gimana suasananya disana. Oh ya walau makanan ini enak banget, tapi aku selalu meringis kalau menikmatinya, karena kecap manisnya buanyak banget dan manis banget…ih ngilu.

Cara membuat Tahu Tepo

Bahan:
Tahu potong2 dadu (dibumbuin bawang putih ma garam)
Telor
Kecambah di rebus
Daun seledri iris halus
Kacang goreng
Daun bawang
Kerupuk
Tepo/lontong potong2

Bahan kuah:
Bawang putih
Cabe rawit
Kecap manis
Air matang

Cara Membuat:
1. Tahu bisa digoreng dengan kocokan telor yang ditambah irisan daun bawang; atau tahu dan telur digoreng terpisah sesuai selera
2. Haluskan bawang putih yang sudah digoreng sebentar dan cabe rawit; tambahkan kecap dan air secukupnya.
3. Penyajiannya: taruh tepo/lontong, diatasnya ditaruh gorengan tahu lalu kecambah yang sudah dicampur dengan irisan daun seledri.
4. Siramkan kuahnya, taburkan kacang goreng dan remesan kerupuk.

Selamat menikmati…