mengapa kita tidak seperti lebah madu? yang diam, namun memberikan banyak manfaat kepada manusia dan selalu bekerja sama dengan sesamanya…yang marah, bila diganggu namun berbuah manis…yang sengatnya tajam dan mematikan namun mampu menolong yang sakit….
Category Archives: Family
This is my beloved family, source of my inspirations…my parents, my husband, my children, my brothers and sisters…
Dostoevsky said: “I never needed your love in return. All I ever wished was for your heart to be at peace.”
because real love it doesn’t ask, it simply gives loving you was never about holding on. It was about feeling alive in your presence, about the way you lit up, the darkest corners of me without even trying, you were a warmth. I never knew I was missing a moment that felt like forever. Even if it passed too soon, you gave me something timeless the kind of joy that no goodbye can take away, so even if we part know this : I have loved, I have felt, and because of you I will never be the same.
Festival Sastra Yogyakarta, izin repost dari IG @festivalsastrayk dan IG @dinaskebudayaankotajogja
Festival Sastra Yogyakarta selalu memiliki semangat dan bercita-cita menjadi ruang perayaan bersama, tempat bermuaranya apresiasi dan ekspresi sastra, dari pelaku dan penikmat sastra. Setelah “MULIH” (2022), “SILA” (2023), dan “SIYAGA” (2024), FSY 2025 hadir mengusung tema “RAMPAK”.
“Rampak”, memiliki artinya serempak dan bersamaan. Rampak juga berarti setara. Rampak kemudian dimaknai oleh FSY sebagai kerja kolaboratif yang setara, yang memberi ruang secara harmonis untuk beragam perspektif, medium, dan pengalaman bersastra bertemu dan saling menguatkan.
Di Yogyakarta, diseminasi dan apresiasi karya sastra tumbuh subur dalam suasana sosial yang dihidupi oleh berbagai komunitas. Sastra di kota ini bukanlah sebuah lanskap individual atau arena pertarungan ego atau estetika semata, melainkan ladang kolaborasi yang tiada ujungnya. Oleh karena itu, rampak menjadi penting sebagai identitas gerak komunitas dalam bersastra.
Nantikan ragam program festival yang merepresentasikan semangat “RAMPAK” yang akan berlangsung di bulan Agustus ini ya. Mari kita bersama-sama, secara rampak, merayakan sastra ya, Kancasastra!?
Antologi Pentigraf SMARDHYARI Jilid I, 246 penulis, 530 halaman, bagian dari 2.222 pentigraf, saat ini dalam proses penerbitan di Dandelion Publisher
Ada yang bertanya-tanya apa itu “pentigraf”, nah ini yang dimaksud dengan pentigraf, pentigraf adalah akronim dari “cerita pendek tiga paragraf,” yaitu sebuah bentuk cerita pendek yang terdiri dari tiga paragraf saja.
Pentigraf dikembangkan oleh Dr. Tengsoe Tjahjono, dan ciri khasnya adalah setiap akhir cerita memiliki plot twist yang menarik. Tujuan utama pentigraf adalah menyampaikan cerita secara singkat dan padat, sehingga pembaca dapat menikmati cerita tanpa harus menghabiskan banyak waktu.
Ini buku antologiku yang ke-3 di tahun 2025, ada satu kisahku dalam buku ini, siap dipesan ya. Khususnya bagi pembaca yang ingin belajar menulis kisah dalam bentuk pentigraf. Nikmati keseruan pentigraf yang seru dengan plot twist nya. Salam literasi.
Kemajuan teknologi, terlepas apakah ini layak dipublikasikan, tapi aku cukup menikmati keseruan ini. Belajar membuat komik melalui ChatGPT, aku peroleh dari berbagi dalam WAG Penulisan 2222 Pentigraf, dengan PJ Kak Lies Hendrawan.
Kak Lies mengajarkan langkah-langkahnya melalui pendetilan prompt dalam ChatGPT itu. Masih dalam rangka mempromosikan event penulisan 2222 Pentigraf untuk menjadi rekor MURI.
Tentu tidak terlepas dari ketidaksempurnaan. Perhatikan dengan baik, walau sudah diulang sampai dengan 4 kali, tetap tidak menjadi lebih baik dan inilah tampilan terbaik, justru yang pertama yang keluar sebagai hasilnya.
Buku Antologi Artikel tentang harapan di masa 5 tahun ke depan, yang ditulis 15 Penulis Kontributor @pondok_antologi adalah buku antologi ku yang ke-2 di tahun 2025 dan merupakan buku antologi PAPI (Pondok Antologi Penulis Indonesia) yang ke-7.
Waktu berjalan tanpa kita sadari, dan tiba-tiba, angka lima tahun ke depan terasa begitu dekat. Ada masa di mana langkah kita tak lagi secepat dulu, dan ambisi tak lagi seramai dahulu. Kita mungkin tak lagi diburu rapat, target, atau jadwal yang padat. Tapi justru di sanalah, hidup memberi kita ruang untuk mengenali diri sendiri lebih dalam. Lima tahun mendatang bukan tentang berhenti berkarya, tetapi tentang berpindah peran – dari yang terus mengejar, menjadi yang lebih menjaga. Lalu, ketika hari itu tiba, sudah siapkah hati kita menyambut babak baru yang lebih tenang namun penuh makna?
Ucapan selamat adalah ungkapan yang digunakan untuk menyampaikan rasa bahagia, bangga, atau turut bersuka cita atas pencapaian, peristiwa, atau momen istimewa yang dialami oleh seseorang. Ucapan ini biasanya disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, dan bertujuan untuk menunjukkan empati positif serta mempererat hubungan antar individu.
Memberikan ucapan selamat buat aku pribadi sebenarnya untuk memberi apresiasi dan merasakan turut berbahagia dengan apa yang sedang dialami atau dirasakan. Misalnya apa ya? Yang biasa aku sampaikan, biasanya Ucapan Selamat untuk hari ulang tahun dan hari raya keagamaan. Sekali waktu, ada juga memberi Ucapan Selamat kepada teman yang naik jabatan atau promosi jabatan. Masa masih muda dulu, biasanya juga berupa Ucapan Selamat Menempuh Hidup Baru atau Selamat atas Kelahiran ananda tersayang. Tapi di masa sekarang, Ucapan Selamat lebih banyak ditujukan pada teman yang mulai memasuki masa purna bakti atau berbahagia karena pernikahan anak dan peristiwa lain, yang tentu sedikit banyak terpengaruh karena usia.
Membuat tulisan ini, sebenarnya bisa dari dua sudut pandang, yang pertama sudut pandang sebagai pemberi ucapan dan sudut pandang lain sebagai penerima ucapan.
Sebagai pemberi ucapan, seperti yang aku sampaikan diatas, itu biasanya karena ingin tetap menjalin silaturahmi, turut mendoakan dan yang pasti turut berbahagia. Lalu sebagai pemberi ucapan, pernahkah aku menerima tanggapan berupa tidak ada tanggapan alias tidak ada balasan? Tentu pernah. Aku pernah mengalami Ucapan Selamat Tahun Baruku tidak dibalas sampai pergantian tahun baru berikutnya. Sementara diantara dua tahun tersebut, aku juga mengirimkan Ucapan Selamat Hari Raya, yang sama juga tidak dibalas. Bukan hanya tidak dibalas tapi tidak dibaca, walau dua centang (tanda dalam pesan WA). Apakah aku sedih dan kecewa? Ya di awal-awal, aku merasa sedih, mengapa tidak ada respon. Tapi kemudian aku berusaha refleksi diri, mungkin aku memang bukan siapa-siapa, tak mungkin nama dan nomorku disimpan, aku ini ga penting. Rasa kecewa dan sedih itu beralih menjadi membuat aku sadar diri. Berjalannya waktu, aku mencoba menyadari dan menerima bahwa mungkin beliau memang sibuk. Kadang kita terlalu cepat mengukur manusia hanya dari respons di layar kecil bernama telpon genggam. Padahal kehidupan nyata jauh lebih luas dari itu.
Kembalikan semua itu pada niatan kita semula. Tetaplah berbuat baik, tanpa harus bergantung pada respon orang lain. Karena kebaikan itu tentang kita — bukan tentang orang lain. Jadi kalau ucapan selamat kamu tidak dibalas, santai saja. Tidak perlu baper. Tidak usah sakit hati. Tetap ucapkan lagi di tahun depan. Tetap kirim doa baik. Karena itulah cara kita menjaga diri tetap manusia.
Lalu, bagaimana jika dari sudut pandang penerima ucapan selamat? Sebagai seorang yang menerima ucapan selamat, aku selalu berusaha untuk membalas ucapan itu. Misal untuk ucapan Selamat Hari Ulang Tahun yang aku terima, pada hari H, biasanya aku merespon dengan memberi emoticon tanda hati atau jempol. Baru di saat senggang, aku akan membalas satu per satu dengan jawaban yang lebih panjang. Buatku, setiap ucapan selamat itu adalah doa, doa kebaikan yang disampaikan untuk kita. Walau ada yang bilang, ah itu kan hanya copy paste. Tidak masalah buatku. Keberanian untuk mengirimkan ucapan selamat adalah hal yang luar biasa, yang perlu dihargai dan ditanggapi. Kerap aku juga menerima ucapan selamat tanpa aku kenal dari siapa melalui media sosial atau belum tersimpan di telpon genggamku, pertama aku pasti akan mengucapkan terima kasih dan selanjutnya aku akan menanyakan identitas pengirim, yang ternyata ini bisa menyambungkan kembali silaturahmi yang pertama terputus.
Apakah itu aku lakukan karena aku kurang pekerjaan atau punya banyak waktu luang? Hanya Tuhan yang tahu soal itu.
Jadi, jangan bersedih atau berpikir yang tidak-tidak, yang bahkan membuat hati dan pikiran kita semakin terluka. Kembalikan semua itu pada niatan kita semula. Tetaplah berbuat baik, tanpa harus bergantung pada respon orang lain. Karena kebaikan itu tentang kita — bukan tentang orang lain. Jadi kalau ucapan selamat Tahun Baru, selamat Ulang Tahun, atau selamat Hari Raya kamu tidak dibalas, santai saja. Berpikir positif saja, itu sudah dibaca dan tentu sudah di-Aamiin-kan. Tidak perlu baper. Tidak usah sakit hati. Tetap ucapkan lagi di tahun depan. Tetap kirim doa baik. Membalas ucapan selamat mungkin tidak membuat kita lebih kaya, lebih pintar, atau lebih terkenal — tapi itu membuat kita tetap menjadi manusia.
Ikhlas nggak selalu datang dari hal besar. Kadang justru dari hal sederhana seperti ini. Dari ucapan selamat yang sepi balasan.Dari kebaikan kecil yang tidak dipuji. Dari perhatian tulus yang tidak selalu diingat. Tapi justru di situlah kita sedang belajar. Bahwa yang paling penting bukan respon orang, tapi versi terbaik dari diri kita sendiri. Jadi, yuk tetap mengucapkan selamat — kapan pun, kepada siapa pun. Karena dunia butuh lebih banyak orang yang ringan berbahagia atas kabar baik orang lain.