Seminar Sehari Awal Kerja Para Blogger #Menuju KEA 2015

Sabtu, 24 Agustus 2013, aku memenuhi undangan untuk hadir pada Seminar Sehari yang berjudul “ASEAN Connectivity Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 : Peran dan Kontribusi serta Media Sosial dalam Menghadapi Kompetisi di ASEAN”

Dengan menggunakan kendaraan bis Feeder Bus dari BSD, aku tiba tepat turun di depan gerbang Gedung Carakaloka, Pusdiklat Kementerian Luar Negeri RI di wilayah Senayan, Jakarta Selatan. Kehadiranku dan para blogger di Indonesia yang tergabung dalam Komunitas ASEAN Blogger dan juga para awak media, disambut dengan umbul-umbul biru yang melambai indah di pagi yang cerah itu.

Memasuki pelataran parkir, tampak beberapa mobil dan kendaraan bis saja tapi ternyata didalam peserta sudah banyak yang hadir, setelah mengisi buku tamu, Panitia meminta para blogger untuk berganti pakaian kaos berwarna putih dengan logo ASEAN yang keren itu.

Sambil menunggu tamu undangan, narasumber, para peserta seminar mulai menempati kursi yang sudah disediakan dan saling berkenalan satu sama lain, ternyata banyak juga peserta yang hadir dari luar Jakarta, seperti Bekasi, Bogor dan Yogyakarta. Aku bertemu dengan beberapa teman dari KEB seperti mbak Anazkia, mak Evi. mak Puh Indah Juli, mak Pon Mira Sahid dan mak Jurbay Irma Senja dan berkenalan dengan SekJen ASEAN Blogger mbak Ajeng (juga).

Seminar yang diadakan dengan tujuan mengajak blogger dan mahasiswa sebagai elemen citizen journalism agar dapat memanfaatkan media sosial dalam membangun social trust untuk menciptakan prakarsa atau ide kreatif sekaligus memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam menghadapi tantangan dan peluang ekonomi AEC 2015, dibuka dengan kata sambutan dari Bapak Agung Wesaka Puja selaku Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN dan pada pemaparannya dalam sesi pertama dengan paparan yang berjudul “Komunitas ASEAN 2015”

Beliau menyampaikan bahwa untuk mencapai konektifitas ASEAN harus mengutamakan konektifitas hati terlebih dahulu, yang dilanjutkan dengan konektifitas dari orang ke orang (people to people  contact). Beliau mengharapkan blogger dapat berperan aktif dalam mensosialisasikan arah program ASEAN, yang tentunya melibatkan Indonesia, menuju ASEAN Community dengan 3 pilar utamanya, melalui media yang biasa digunakan yaitu blog.

Pemaparan berikutnya dari Menteri Komunikasi dan Informasi, Bapak Tifatul Sembiring, yang diawali dengan pembukaan pantunnya yang khas, beliau menyampaikan topik sebagai keynote speechnya yang berjudul “Peran Teknologi Menyongsong Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) 2015″

Beliau menyampaikan ASEAN menjadi kawasan yang memiliki stabilitas, kesejahteraan dan daya saing tinggi dan salah satu peluang untuk menghadapi KEA 2015 adalah peningkatan daya tarik pariwisata.

Tantangan mindset yang mesti dihadapi adalah inward looking. Inward looking yang dipopulerkan Paul P Streeten di era 1980 an adalah strategi pembangunan yang lebih menekankan pada pembangunan industri domestik pengganti produk impor. Strategi itu ditempuh dengan cara proteksi industri domestik lewat tarif dan berbagai restriksi impor, untuk kemudian dalam jangka panjang melalui diversifikasi industri menuju kompetisi ekspor.

Indonesia diharapkan tidak hanya puas menjadi macan kandang tapi menjadi macan ASEAN, dalam Fortune Global 500, PERTAMINA menduduki peringkat ke-122. Walau masih ada kendala yang dihadapi yaitu infrastruktur, sumber daya manusia dan birokrasi.

Berikutnya pemaparan ke-3 dari Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bapak Rifal Affandi Lukman, dengan tema “Strategi Nasional Menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN 2015”

Beliau memaparkan di mata dunia, menurut HSBC, Standard Chart dan Mc Kinsey – ada optimisme bagi Indonesia, tapi jangan terlena dan tetap bekerja keras.

ASEAN News menuliskan agar semua negara bersiaplah karena keniscayaan KEA ada di depan mata, tanpa persiapan, semua peluang yang ada dapat menjadi ancaman.

Bapak Rifal menyampaikan bahwa saat ini pusat gravitasi bidang Ekonomi sedang menuju wilayah Asia, oleh karena itu diharapkan Indonesia harus mampu memanfaatkan integrasi regional melalui pasar tunggal.

Peranan UKM sangat penting untuk mencapai kawasan pembangunan ekonomi yang merata. Blogger diharapkan berperan aktif untuk memberikan informasi kepada masyarakat (institutional connectivity). Salah satu pilar AEC blueprint adalah integrasi dengan perekonomian dunia, yang dimonitor dengan AEC Scorecard.

Sebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia harus mampu meningkatkan daya saing. Pada tahun 2030 diprediksi 60% middle class dunia akan berada di kawasan Asia Pasifik. Ekspor Indonesia dalam PDB berada posisi terendah kedua setelah Myanmar padahal perekonomian Indonesia terbesar di ASEAN dari konsumsi Dalam Negeri.

Jika ingin mencapai income per kapita menjadi 15 ribu, perlu didukung dengan pertumbuhan diatas 6%. Ekspor Impor Indonesia 2012 sudah mencapai defisit karena import barang manufaktur sedangkan ekspornya berupa sumber daya alam antara lain batubara.

Ekspor non migas Indonesia mencapai defisit nilai perdagangan indirect trade melalui Singapura dan Malaysia. Rata-rata tarif bea masuk umum Indonesia termasuk cukup rendah, sudah mendominasi barang yang masuk.

Salah satu masalah kesiapan daya saing adalah rendahnya kualitas tenaga kerja. Rancangan yang disiapkan menuju KEA 2015 adalah pengembangan industri nasional, pertanian, kelautan, perikanan dan edukasi publik.

Pemaparan ke-4 di Sesi Paparan dan Diskusi mengenai Arah AEC 2015 ini adalah paparan yang disampaikan oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk ASEAN, Mr.David Carden, dengan topik US Perspective on the ASEAN Economic Community and US Experience on Public Diplomacy through Social Media. 

Duta Besar Carden memberi ceramah yang membangun, difokuskan pada hal umum dari ide-ide bagaimana untuk mencapai masyarakat. Ia berbagi perspektif AS pada AEC, dukungan pemrograman AS melalui ACTI, dan pengalaman diplomasi publik melalui media sosial

Beliau menyampaikan bahwa dalam sebuah komunitas yang terpenting adalah adanya Identitas. Kesalahan yang sama di masa yang lalu, jangan dilakukan di masa yang sekarang dan masa yang akan datang. “They create economics, they create health and prosperity for the future, because now we are together in the world,” begitu pesan Carden dengan gayanya yang khas.

Setelah pemaparan para narasumber di sesi kedua ini, peserta seminar dan narasumber istirahat sejenak, sebelum dilanjutkan ke sesi Tanya Jawab

Sesi III berikutnya berisi pemaparan dan diskusi mengenai AEC 2015 dari Perspektif Wirausahawan, dengan narasumber Raja Sapto Oktohari, Ketua Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang berjudul “Dampak Perdagangan Bebas bagi Pengusaha Indonesia”, Shinta W Dhanuwardoyo, Start Up Indonesia, yang berjudul “Peluang dan Tantangan yang dihadapi UKM dalam Perdagangan Bebas” dan akhir pada sesi ini adalah Aidil Akbar Madjid, Independent Financial Planner yang membawakan paparan berjudul “Peluang dan Tantangan Menghadapi Permasalahan Finansial di Era Kompetisi ASEAN”

Setelah ISHOMA, Seminar dilanjutkan dengan Sesi IV yang berisi mengenai Bedah Buku The DestinASEAN yang berisi kisah travelling dari 10 penulis di 10 negara.

Sesi terakhir mengenai Peran Media Sosial dalam ASEAN Community Building, dengan paparan dari Iman Brotoseno, Presiden ASEAN Blogger Community Chapter Indonesia, yang menyampaikan topik “Manfaat Blogger untuk Penguatan ASEAN Community 2015”, Hariko Wibawa Satria, Admin @ASEANCom2015 dengan topik “Manfaat Twitter dalam Kampanye ASEAN Community 2015” dan Muhammad Halim Noor Listyanto, Ketua Fan Page Facebook ASEAN Community.

Acara Seminar Sehari menuju KEA2015 yang dihadiri sekitar 150 orang blogger ini, diakhiri dengan Pengumuman Lomba Blog ASEAN Blogger Festival Solo 2013, Pengumuman Lomba Blog Ulang Tahun ASEAN dan Pengumuman Lomba Live Tweet.

 

Berakhirnya Seminar ini menjadi awal tanggungjawab ASEAN blogger untuk membangun kesamaan pandang terkait isu pokok AEC 2015 yang harus dihadapi Indonesia.

Selamat Bekerja !!

Tulisan ini disusun dalam rangka reportase kegiatan Seminar Sehari yang diselenggarakan oleh ASEAN Blogger pada hari Sabtu, 24 Agustus 2015 #menujuKEA2015

 


Sensasi Suka Duka #10daysforASEAN

Euforia menulis atau lomba blog #10daysforASEAN yang diprakarsai ASEAN Blogger baru saja berakhir hari ini, Kamis, 5 September 2013 pukul 10 pagi tadi dan sekarang saat para blogger mulai menata waktunya dengan deadline yang lain, para juri mulai menatap layar laptop dengan puluhan mungkin ratusan postingan dari para blogger selama 10 hari ini.

Pasti para juri sedang asyik atau pusing ya, karena berkat topik dan tema yang dilemparkan kepada para blogger dan mampu membuat kepandaian para blogger meningkat berkali lipat (dan juga menaikkan tensi tekanan darah – ihiks :-), maka telah muncul banyak tulisan yang keyen-keyen banget….hayo salah siapa, melempar topik “berat” yang bikin tuing-tuing baca topiknya dan hasilnya tulisan bagus hasil pancingan juri….hehe ga ada yang salah kok, topiknya memang sudah pas sesuai tema utamanya yaitu mensosialisasikan pembentukan Komunitas ASEAN 2015 yang tinggal beberapa saat lagi.

Tidak Sengaja Awalnya

Aku sendiri sebenarnya tidak sengaja ikut tantangan ini, awalnya setelah mengikuti Sosialisasi berjudul “ASEAN Connectivity Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 : Peran dan Kontribusi Blogger serta Media Sosial dalam menghadapi Kompetisi di ASEAN” yang diadakan pada tanggal 24 Agustus 2013 di Carakaloka, Pusdiklat Kementerian Luar Negeri, aku bermaksud membuat reportasenya, maka aku membuka website www.aseanblogger.com, dan ternyata pada hari Senin 26 Agustus 2013 aku membaca ada tantangan ini, aku tertantang pertama karena aku jarang sekali bisa rutin nulis setiap hari, selalu ada aja alasan dan halangannya, walau ide banyak muncul tapi kadang kelelahan membuat gagal nulis. Kemudian alasan kedua karena temanya mengenai ASEAN dan aku pikir ini saatnya aku membantu sosialisasi melalui blog ku sehingga bisa bermanfaat buat siapapun, minimal buat anak-anakku.

Tema, Tantangan dan Postingan

Temanya bener-bener berbobot dan semuanya memiliki kata kunci salah satu nama negara di ASEAN, karena temanya berbobot maka ya ga bisa asal-asal nulis, bisa aja mestinya, tapi aku ga bisa (uhuk!!) aku nyari dulu bahan-bahannya dan bener-bener terkejut dengan kondisi negara-negara di Asia Tenggara ini, termasuk keterlibatan dan keterkaitan didalam ASEAN sendiri, selain itu juga terpesona sama keindahan banyak spot pariwisata di negara-negara tersebut, yah namanya juga penyuka jalan-jalan, sambil mencari informasi, tentu ga ketinggalan browsing juga tempat wisatanya dong 😉

Hari pertama (Senin, 26/08/2013) : Bagaimana kalau di sekitar perumahanmu banyak berdiri salon-salon Thailand yang profesional dan mempunyai sertifikat tingkat internasional, apakah itu akan menggeser salon lokal ? Apa analisismu ? Deadline : 27 Agustus 2013 pukul 09.00 WIB.

Hasil postingan dipublikasikan Selasa 27 Agustus 2013 pukul 01.29

http://laraswati.com/2013/08/27/salon-lokal-percaya-diri-menuju-komunitas-ekonomi-asean-2015/

Hari Kedua (Selasa, 27/08/2013): Sudah pernah berwisata ke Candi Borobudur? Menurut penjelasan ahli sejarah, relief Borobudur ada kemiripan dengan Candi Angkor Wat, yang berada di Kamboja. Padahal, Borobudur dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat ada.  Apakah ini menandakan bahwa negara-negara di ASEAN itu serumpun? Apa pendapatmu mengenai hal itu? Deadline: 28 Agustus 2013, pukul 09.00 WIB.

Postingan dipublikasikan pada Rabu, 28 Agustus 2013 pukul 01.00 WIB

http://laraswati.com/2013/08/28/serumpun-dalam-keragaman-itu-indah/

Hari Ketiga (Rabu, 28/08/2013) : Branding Nation

Indonesia kaya dengan beragam budaya, namun di sektor wisata, Malaysia lebih berhasil mem-branding “Truly ASIA”. Kira-kira apa ya branding yang cocok untuk Indonesia? Buat tagline, dan jelaskan kenapa tagline itu cocok untuk Indonesia di kawasan ASEAN.  Deadline: Kamis, 29 Agustus 2013, pukul 08.00 WIB

Postingan dipublikasikan Kamis 29 Agustus 2013, pukul 02.29

http://laraswati.com/2013/08/29/tagline-indonesia-is-the-beautiful-diversity/

Hari Keempat (Kamis, 29 Agustus 2013) : Visa

Hampir semua negara di ASEAN, telah membebaskan pengurusan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke negaranya, namun tidak dengan Myanmar. Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? Perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata? Deadline: Jumat, 30 Agustus 2013, pukul 08.00 WIB.

Postingan dipublikasikan Jumat, 30 Agustus 2013, pukul 01.13

http://laraswati.com/2013/08/30/minga-lar-par-mari-berwisata-ke-myanmar/

Hari Kelima (Jumat, 30 Agustus 2013) : Kopi

Sekarang ini, minum kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Hampir di seluruh penjuru kota, tidak hanya di Indonesia tetapi juga ASEAN, banyak tersebar gerai kopi. Di dunia, negara penghasil kopi terbesar adalah pertama: Brazil,  kedua: Vietnam dan ketiga adalah Indonesia. Kedua negara terakhir adalah anggota ASEAN. Menuju Komunitas ASEAN 2015 ini, mampukah Vietnam dan Indonesia merebut pangsa pasar kopi dunia?

Bisakah kedua negara tersebut menjadi partner produksi kopi, bukan menjadi rival atau saling bersaing.

Tuliskan pendapatmu di blog tentang kemampuan Indonesia dan Vietnam merebut pangsa pasar kopi di dunia, berkaitan dengan Komunitas ASEAN 2015. Tidak hanya bersaing tetapi bisa juga menjadi partner bersama. Deadline tema hari kelima, Sabtu, 31 Agustus 2013, pukul 08.00 WIB

Postingan dipublikasikan 31 Agustus 2013 pukul 03.14 WIB

http://laraswati.com/2013/08/31/sinergi-indonesia-vietnam-merebut-pangsa-pasar-komoditas-kopi-dunia/

Hari ke-6 (Sabtu, 31 Agustus 2013) : Laos

Visi ASEAN 2015 adalah menjadi ASEAN komunitas tunggal, baik di bidang ekonomi mau pun politik. Laos, atau Republik Demokratik Laos, meski sudah bergabung dengan ASEAN sejak tahun 1997, namun baru membuka diri seluas-luasnya dengan negara lain pada tahun 2004, dan melakukan kerjasama di berbagai bidang. Peran Republik Demokratik Laos di ASEAN, bisa dikatakan belum banyak berkontribusi, tenggelam di bawah bayang-bayang negara ASEAN lainnya yang semakin maju. Dengan adanya Komunitas ASEAN, diharapkan Laos menjalin kemitraan yang baik dengan  negara ASEAN lainnya.

Jika posisi Anda adalah negara Laos, investasi diplomatik apa yang diharapkan dengan kemitraan yang terjalin dengan dunia internasional, khususnya negara-negara ASEAN.  Tuliskan pendapatmu di blog tentang hal tersebut. Fokus pada peran Laos sebagai anggota Komunitas ASEAN.

Deadline tema hari keenam, Minggu, 1 September, pukul 09.00 WIB.

Postingan dipublikasikan Minggu, 1 Sept 2013 pukul 04.19 WIB

http://laraswati.com/2013/09/01/optimisme-laos-melalui-investasi-diplomatik/

Tema hari ke-7 (Minggu, 1 September 2013) : Singapura dan Problematikanya.

Tahun 2015 diharapkan ASEAN menjadi satu komunitas tunggal, yang merangkul seluruh negara di ASEAN.  Namun di antara anggota ASEAN, ada juga yang memiliki sengketa antar negara, terutama terkait dengan perbatasan antar negara. Seperti yang terjadi dengan Singapura dan Malaysia.

Singapura mempunyai sengketa perbatasan dengan Malaysia pada pulau di pintu masuk Selat Singapura sebelah timur. Ada tiga pulau yang dipersengketakan, yaitu Pedra Branca atau oleh masyarakat Malaysia dikenal sebagai Pulau Batu Puteh, Batuan Tengah dan Karang Selatan. Persengketaan yang dimulai tahun 1979, sebenarnya sudah diselesaikan oleh Mahkamah Internasional tahun 2008, dengan menyerahkan Pulau Pedra Branca kepada pemerintahan Singapura. Namun dua pulau lagi masih terkatung-katung penyelesaiannya dan penyerahan Pedra Branca itu, kurang diterima oleh Masyrakat Malaysia sehingga kerap terjadi perselisihan antar masyarakat.

Bagaimana menurut teman-teman blogger penyelesaian konflik ini terkait dengan Komunitas ASEAN 2015? Deadline hari ketujuh, Senin, 2 September 2013, pukul 09.00 WIB.

Postingan dipublikasikan Senin, 2 September 2013 pukul 00.00

http://laraswati.com/2013/09/02/karang-selatan-south-ledge-diantara-tiga-negara/

Tema hari ke-8 (senin, 2 September 2013) : Filipina dan Kebebasan Berekspresi.

Kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi di negara-negara anggota ASEAN tidak sama. Beberapa negara, termasuk Indonesia, bebas atau longgar dalam hal kebebasan pers dan kebebasan berekspresi bagi para blogger, yang sekarang ini menjadi salah satu alternatif dalam penyebaran informasi atau jurnalis warga. Tetapi ada juga negara yang mengekang kebebasan berekspresi warganegaranya, dan ada negara yang memenjarakan blogger jika tulisannya menentang pemerintahan negaranya.

Bagaimana dengan Filipina? Apakah Filipina termasuk negara yang longgar dalam kebebasan berekspresi dan informasi bagi para warganegaranya, termasuk blogger atau jurnalis warga?

Tuliskan dalam satu postingan menarik bagaimana pendapatmu tentang kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi di Filipina. Deadline untuk hari kedelapan: Hari Selasa, 3 September 2013, pukul 10.00 WIB (pagi)

Postingan dipublikasikan Selasa 3 Sept 2013 pukul 00.00

http://laraswati.com/2013/09/03/mabuhay-mari-berekspresi-di-filipina/

Tema hari ke-9 (Selasa, 3 September 2013) Sudah bisa menduga kan kalau negara yang akan dibahas kali ini adalah negara yang beribukota Bandar Seri Begawan, yang juga juga menjadi negara penyelenggara KTT ASEAN ke-22 pada bulan April 2013 lalu. Dalam KTT ke-22 di Brunei Darussalam itu,  tema yang diangkat adalah “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan”, dengan pokok perundingan pembangunan badan persatuan ASEAN, dengan tiga pilar yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Pembangunan Badan Persatuan ASEAN itu harus dirampungkan sebelum 31 Desember 2015.

Tema: Dengan ketiga pilar tersebut, bagaimana mencapai tujuan pembangunan badan persatuan ASEAN? Mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan? Deadline untuk hari ke-9 : Hari Rabu, 4 September 2013, pukul 10.00 WIB (pagi)

Hasil postingan dipublikasikan 4 Sept 2013 pukul 00.02 WIB

http://laraswati.com/2013/09/04/harmonisasi-menuju-komunitas-ekonomi-asean-2015/

Tema hari ke-10 (Rabu, 4 Sept 2013) : Jakarta, Diplomatic City of ASEAN

Indonesia adalah negara terakhir yang dijadikan tema dalam lomba Blog #10DaysforASEAN yang diadakan oleh ASEAN Blogger Chapter Indonesia bersama dengan beberapa sponsor di antaranya US Mission.

Untuk tema kali ini dipilih Jakarta, ibukota negara Indonesia, yang juga menjadi markas ASEAN Secretary bertempat di Jalan Sisingamangaraja 70 A, Jakarta Selatan.  Keberadaan markas ASEAN Secretary di Jakarta merupakan suatu kepercayaan bahwa Indonesia bisa menjadi penghubung antar negara-negara anggota ASEAN atau Diplomatic City of ASEAN.

Menurut teman-teman blogger mengapa Jakarta bisa terpilih sebagai Diplomatic City of ASEAN? Apa dampak positif dan negatifnya bagi Indonesia khususnya Jakarta? Kesiapan apa saja yang perlu dilakukan oleh Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan Bangsa-bangsa ASEAN?

Deadline untuk hari ke-10 ini adalah hari Kamis, 5 September 2013, pukul 10.00 WIB (pagi)

Hasil postingan, diposting 4 Sept 2013 pukul 23.00 WIB :

http://laraswati.com/2013/09/04/jakarta-menjadi-diplomatic-city-of-asean-mari-bergegas/

 

Suka 😀 dan Duka :-I

Sudah tahukan betapa berbobotnya tema yang diajukan panitia dan membuat para blogger membentuk supporting group di KEB, untuk saling menguatkan satu sama lain dengan komen inspiratif untuk bertahan, terutama pada dua hari terakhir saat sudah ingin cepat mengakhiri perjuangan.

Sudah lihat juga kan pukul berapa postingan aku publikasikan ? itulah dukanya, aku menulis setelah pulang kerja, biasanya juga sambil menemani si bungsu belajar. Kadang kelelahan dan akhirnya tertidur dan mulai menulis lagi malam hari. Menulis sampai pagi dan bangun subuh menyiapkan bekal sekolah dan juga berangkat ke kantor, yang sedang padat-padatnya menjelang akhir bulan.

dan …… akhirnya aku benar-benar terkapar di tantangan hari ke-5, pundak terasa sakit dan kaku karena kurang tidur, untungnya itu terjadi di hari Sabtu, setelah posting jam 3 pagi, aku tertidur lagi sampai jam 7 pagi…T.T

Kalau ditanya mana tantangan yang paling asyik ? Aku sangat menikmati menulis pada tantangan hari ke-1 karena aku agak paham mengenai kompetensi ini. Tantangan mengenai pembuatan visa di Myanmar juga seru buat aku karena ternyata Myanmar itu indah ya, walau karena alasan politik, wisatawan harus membuat visa. Tantangan berikutnya yang seru juga adalah sinergi Vietnam dan Indonesia mengenai kopi, karena aku memang penikmat kopi.

Tantangan yang agak berat dan membuat tertantang benar adalah tantangan hari ke-7 mengenai sengketa wilayah Karang Selatan, mengapa demikian ? karena sebelumnya aku tidak pernah tahu mengenai konflik kawasan ini. Seandainya tahu, ya hanya sekedar tahu, tidak mau ambil pusing, tapi pada saat mengerjakan tulisan ini, aku benar-benar membaca satu per satu dimana letak masalahnya dan dimana letak wilayah yang disengketakan ini (buka peta, buka atlas, pasang kaca pembesar, maklum dah tuwir)

Tantangan yang sempat membuat getar dan hati menangis adalah tantangan hari ke-8 mengenai kebebasan pers di Filipina, dimana jurnalis dan media yang mestinya bebas berekspresi menyampaikan dan menuliskan fakta yang sebenarnya, malah dibungkam dan dimatikan.

Secara keseluruhan, semua tantangan yang diberikan panitia dan juri benar-benar membukakan mataku bahwa pengetahuanku mengenai ASEAN belum seberapa dan ternyata masih banyak yang harus dibenahi dalam hubungan antar anggota ASEAN ini, baik permasalahan didalam negeri masing-masing ataupun dengan dunia internasional.

Saran dan Masukan buat Panitia

  • Berkaitan dengan keanggotaan ASEAN Blogger, ada data base blogger, sehingga setiap anggota bisa saling mengenal satu sama lain
  • ASEAN Blogger punya kas untuk membantu ASEAN Blogger di negara lain
  • Membina kerjasama dengan Blogger di seluruh ASEAN, membuat pertemuan bersama dan melakukan kegiatan bersama dan nyata
  • Berkaitan dengan Lomba, dibuat data base postingan para blogger dalam bentuk yang mudah untuk dilihat, sehingga tidak sulit untuk melihat rekapan tulisan dari tiap blogger, baik dari segi jumlah maupun isinya
Ini kesempatan para blogger untuk mendukung terwujudnya Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 dengan 3 pilar utamanya, dan satu lagi tantangan #10daysforASEAN ini mampu membuat (memaksa) aku untuk konsisten menulis di blog paling tidak selama 10 hari ini, semoga tidak hanya berakhir disini.

Terimakasih ASEAN Blogger, kiranya ada kesempatan lain untuk berpartisipasi dalam komunitas ini. Juga kepada Mak Puh Indah Juli  atas undangannya untuk hadir ke Seminar Sehari di Carakaloka dan semua teman di KEB (Kumpulan Emak Blogger), khususnya Mak Winda Krisnadefa, yang selalu memberi semangat untuk menulis sampai pagi hari 🙂

 

 


Jakarta Menjadi Diplomatic City of ASEAN, Mari Bergegas !!

Sekretariat ASEAN terdiri atas Sekretariat Tetap ASEAN dan Sekretariat Nasional ASEAN. Sekretariat Tetap ASEAN berkedudukan di Jakarta, sedangkan Sekretariat Nasional ASEAN berkedudukan di negara masing-masing anggota ASEAN.

Sekretariat ASEAN yang berdiri sejak tanggal 7 Juni 1976, berfungsi untuk membantu negara-negara anggota ASEAN dalam mengelola dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan ASEAN serta melakukan kajian-kajian yang dibutuhkan.

Sekretariat Tetap ASEAN yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal (SekJen) bertugas menyelenggarakan keperluan administratif dan pada pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Sekretariat Nasional ASEAN. SekJen dipilih secara bergantian oleh masing-masing anggota ASEAN.

Selanjutnya, untuk memperkuat Sekretariat ASEAN, para Menteri Luar Negeri ASEAN mengamandemen Agreement on the Establishment of the ASEAN Secretariat melalui sebuah protokol di Manila, tahun 1992. Protokol tersebut menaikkan status Sekretaris Jenderal ASEAN sebagai pejabat setingkat menteri dan memberikan mandat tambahan untuk memprakarsai, memberikan nasihat, melakukan koordinasi, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan ASEAN. Sekretaris Jenderal ASEAN ditunjuk untuk jangka waktu 5 tahun.

Le Luong Minh dari Vietnam, resmi terpilih menjadi Sekretaris Jenderal ASEAN untuk masa jabatan terhitung mulai Januari 2013 sampai dengan 2017.

Mengapa Jakarta dipilih sebagai Diplomatic City of ASEAN ?  Hal ini dikarenakan sebagai berikut

  1. Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia, serta berada diantara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, sehingga Indonesia dianggap memiliki posisi yang strategis baik dari segi politik maupun ekonomi Internasional.
  2. Jakarta adalah Ibukota Negara Indonesia, dimana hampir seluruh sarana, prasarana dan infrastruktur yang diperlukan, telah tersedia sehingga mampu memfasilitasi komunikasi dengan banyak negara
  3. Jakarta merupakan Kota Metropolitan, dengan luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa pada tahun 2011] Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara
  1. Jakarta telah menjadi Kota Kosmopolitan, yang artinya kota besar yang mempunyai sifat internasional dengan banyaknya lembaga yang mewakili lembaga negara lain dan banyaknya penduduk yang merasa dirinya mewakili kebudayaan dan pemikiran internasional. Misal Gedung Kedutaan Besar, Gedung PBB dan lain sebagainya
  2. Jakarta adalah kota yang berada pada urutan ke-21 dari 25 kota di dunia yang memanfaatkan kemajuan teknologi dan informatika untuk melakukan bisnis
  3. Hampir 80% kegiatan ekonomi global yang ada di Indonesia, berada di Jakarta. Hampir seluruh kantor pusat kegiatan perbankan berlokasi di Jakarta. Dan nyaris 60% perputaran uang di negara ini terjadi di Jakarta. Letaknya yang strategis, untuk konteks lalulintas barang-jasa dunia,

 

Dampak Positif yang mungkin terjadi dengan dicanangkannya Jakarta sebagai Diplomatic City di ASEAN adalah perubahan sosial budaya dalam masyarakat, yang akan tampak pada bidang :

  • Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dapat mendorong tingkat kehidupan masyarakat menjadi semakin maju
  • Perubahan Tata Nilai dan Sikap seiring dengan masuknya banyak pengaruh dari luar, membuka pandangan dan membuat masyarakat berpikir lebih rasional
  • Membuka kesempatan luas pada pekerjaan dan memberi perbaikan tingkat kehidupan pada masyarakat

 

Sedangkan Dampak Negatif yang mungkin terjadi dari pengaruh Globalisasi di Jakarta ini, antara lain adalahl
  • berubahnya pola hidup menjadi lebih konsumtif karena pengaruh masuknya negara-negara lain
  • Sikap individualistis : orang cenderung memikirkan diri sendiri untuk meraih apa yang diinginkan dari masuknya orang asing kedalam masyarakat di Jakarta
  • Munculnya kesenjangan sosial dari kehidupan orang-orang di Jakarta dan daerah sekitarnya
  • Sikap hidup yang tidak mencirikan budaya bangsa Indonesia, mulai dari pola makan siap saji yang banyak berasal dari luar, gaya berpakaian bergaya K pop, juga aliran musik yang tidak mencirikan lagi karakter bangsa sendiri
 
Lalu, persiapan apa yang mesti dilakukan warga masyarakat Jakarta dengan penetapan Jakarta menjadi Diplomatic City of ASEAN dan sebagai Tuan Rumah dari bangsa-bangsa di Asia Tenggara ini, sebagai berikut :
  1. mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, kawasan kumuh, kemacetan, degradasi lingkungan dan lain sebagainya.
  2. meningkatkan penyediaan infrastruktur kota, memiliki ruang kota, transportasi publik dan ruang terbuka hijau RTH yg baik
  3. menyiapkan Jakarta menjadi pusat bisnis dan pusat budaya, memperbaiki fasilitas di Museum dan tempat bersejarah lain di Jakarta, sehingga dengan banyaknya warga di lingkup ASEAN yang datang, juga tidak hanya untuk berbisnis tapi mengenal budaya dari suku bangsa di Indonesia
  1. mengatasi kemacetan di Jakarta dengan menyediakan transportasi publik yang nyaman dengan mewujudkan rencana pembangunan monorel dan subway
  2. memanfaatkan aliran sungai sebagai sarana transportasi dan wisatawan
  3. menyediakan taman publik dan ruang publik serta jalan trotoar bagi pejalan kaki
  4. mempertahankan beberapa situs dan bangunan bersejarah di Jakarta diantaranya Kota Tua, Gedung Arsip Nasional, Gedung Chandranaya, Vihara Jin De Yuan, Petak Sembilan, Pecinan Glodok, Gereja Sion, Tugu Jam Kota Tua Jakarta, Stasiun Jakarta Kota, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan lain-lain.


Selain kesiapan diatas, yang tak kalah pentingnya adalah dukungan masyarakat Jakarta atas penobatan Jakarta sebagai Diplomatic City of ASEAN dengan mengambil hal yang baik dari pengaruh positif budaya bangsa lain yang datang, membentengi diri dengan agama dan keyakinannya serta makin mencintai kebudayaan bangsa sendiri dan berusaha melestarikannya.
Dengan persiapan baik dari dalam diri setiap anggota masyarakat dan dukungan Pemerintah untuk memperbaiki kota Jakarta kedalam keadaan yang lebih baik, maka layaklah Jakarta disebut sebagai Diplomatic City of ASEAN.
Tulisan ini dibuat sebagai tulisan hari ke-10 dalam #10daysforASEAN bersama ASEAN Blogger untuk ASEAN yang menjadi lebih baik
Sumber :

Harmonisasi Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015

Brunei Darusalam, negara berdaulat di Asia Tenggara, yang terletak di pantai utara Pulau Kalimantan dan beribukotakan Bandar Seri Bagawan, adalah negara penyelenggara Komisi Tingkat Tinggi ASEAN ke-22 pada bulan April 2013 lalu.

 

 

 

 

 

 

 

Sebelum melanjutkan tulisan mengenai tema yang diangkat dalam KTT ke-22 itu, mari kita mengenal lebih dekat salah satu negara terkaya di lingkup ASEAN ini. .

Negara ini memiliki wilayah seluas 5.765 km² yang menempati pulau Kalimantan dengan garis pantai seluruhnya menyentuh Laut Cina Selatan. Wilayahnya dipisahkan ke dalam dua bagian oleh negara bagian di Malaysia yaitu Sarawak. Dengan jumlah penduduk yang hanya mencapai 400 ribu jiwa di tahun 2011,
Indeks Pembangunan Manusia tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Singapura, sehingga diklasifikasikan sebagai negara maju.

Menurut Dana Moneter Internasional, Brunei memiliki produk domestik bruto per kapita terbesar kelima di dunia dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Sementara itu, Forbes menempatkan Brunei sebagai negara terkaya kelima dari 182 negara karena memiliki ladang minyak bumi dan gas alam yang luas.

Sama seperti potensi pariwisata negara di ASEAN, Brunei juga terkenal dengan Wisata Sejarah yang kental dengan pengaruh Melayu, yaitu Istana Lama Brunei, Istana dan Makam Sultan Bolkiah dan Kubah Makam Diraja Brunei, yang selalu dikunjungi wisatawan kala datang ke Brunei.

Dalam KTT ASEAN ke-22 di Brunei Darussalam itu pada bulan April 2013, tema yang diangkat adalah “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan”, dengan pokok perundingan pembangunan badan persatuan ASEAN, dengan tiga pilar yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Pembangunan Badan Persatuan ASEAN itu harus dirampungkan sebelum 31 Desember 2015.

Untuk menjawab pertanyaan : Bagaimana mencapai tujuan pembangunan badan persatuan ASEAN dengan ketiga pilar tersebut ? Mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan?

Mari kita lihat apa yang sudah dicapai oleh Para Pemimpin ASEAN dan kesepakatan apa yang telah dihasilkan dalam KTT tersebut, yaitu :

  • membahas kesiapan anggota dalam memasuki Komunitas ASEAN di bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya pada 2015
  • setiap anggota ASEAN perlu mempersiapkan peraturan dan regulasi di negaranya masing-masing yang terhubung dengan implementasi MEA pada 2015.
  • implementasi dari cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Comunity/AEC) pada 2015 nanti telah mencapai 77, 54%. sejak diluncurkan cetak biru MEA 2015 tersebut pada November 2007, telah tejadi peningkatan perekonomian.
  • Pendapatan perkapita di kawasan meningkat dari US$2.267 menjadi US$3.759 AS di 2012. Perdagangan antar negara ASEAN meningkat dari US$520 miliar pada 2010 menjadi US$598 juta pada 2011. Selain itu juga telah mendorong peningkatan investor asing (FDI) dari US$92 miliar menjadi US$114 miliar pada periode yang sama
  • isu ketegangan di Laut China Selatan masalah sengketa Laut China Selatan belum juga dapat dituntaskan

Berdasarkan hasil KTT ASEAN ke-22 tersebut, mampukah negara-negara yang tergabung didalam perhimpunan atau ASEAN ini untuk menyatukan rakyat seluruh ASEAN demi menciptakan masa depan ? tentu mampu dengan komitmen yang tinggi dari Kepala Negara dan Pemerintahan setiap negara sampai ke seluruh anggota masyarakatnya, dengan cara melakukan :

  1. sosialisasi terus menerus agar tercapai kepahaman yang sama untuk mencapai tujuan bersama ini
  2. harmonisasi antar negara ASEAN yang sangat heterogen ini, terutama dalam hal perekonomian. Setiap negara mempunyai kondisi yang berbeda satu sama lain. Benahi inflasi dan kondisi makro tiap negara
  3. isu penyatuan mata uang ASEAN perlu didukung dengan kondisi fundamental ekonomi yang baik dan kebijakan di negara-negara yang bersangkutan di regional tersebut harus harmonis

[Catatan : Ketika terdapat adanya kesatuan moneter ini maka ada keuntungan serta resikonya. Keuntungannya, dari segi ekonomi, adalah mengurangi biaya transaksi dan memperluas fleksibilitas makro ekonomi, sementara dari segi politik, mata uang internasional dapat menghasilkan pembagian dalam hal kekuatan dan gengsi negara (Cohen, 2002: 7).

Namun resikonya adalah dalam kebijakan tertentu terdapat paksaan-paksaan yang dapat mengganggu dengan tekanan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada.

Sehingga untuk menentukan apakah kesatuan moneter itu tepat atau tidak maka perlu dilihat contoh yang ada, yaitu EMU, berhasil atau tidak. Jika EMU ini berhasil maka ini akan menjadi demonstrasi yang efektif dan menjadi contoh bagi yang lainnya, seperti mungkin bagi Mercosur yang ada di Amerika Selatan ataupun Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) (Cohen, 2002: 7)]

4. penyatuan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal. ASEAN dapat belajar dari kesalahan Eropa dalam mendirikan komunitas ekonomi. “Saat anda menyatukan moneter, anda juga harus menyatukan fiskal. Inilah kesalahan Eropa. Mereka punya kesatuan moneter, yakni zona euro, tapi mereka tidak punya kesatuan fiskal,” menurut Barry Desker, mantan Duta Besar Singapura untuk Indonesia periode 1986-1993 tersebut.

Menyatukan Rakyat demi Menciptakan Masa Depan akan mampu dan dapat tercapai dengan pemahaman dari seluruh rakyat anggota ASEAN, memberi dukungan dan turut ambil bagian sesuai dengan perannya serta berkomitmen demi tercapainya masa depan terwujudnya Komunitas ASEAN 2015 dengan penyatuan 3 pilar utamanya.

Tulisan ini diposting dalam rangka #10daysforASEAN hari ke-9 bersama ASEAN Blogger

 

sumber :
http://www.bisnis.com/m/ktt-asean-xii-cetak-biru-mea-7754-negara-anggota-harus-siapkan-regulasi
http://finance-murtiyoso.blogspot.com/2011/03/bi-asean-masih-jauh-dari-penyatuan-mata.html#.UiXBl9JASf4
http://www.bisnis.com/articles/masyarakat-ekonomi-asean-perekonomian-indonesia-akan-semakin-kuat


Mabuhay, Mari Berekspresi di Filipina !!

Filipina adalah negara republik berbentuk kepulauan yang terdiri dari 7.107 pulau besar dan kecil di lingkar Pasifik Barat, tepatnya terletak di sebelah utara Indonesia dan Malaysia.

Sebelum orang-orang Spanyol datang pada abad ke-16, di Filipina berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang bercorak animisme yang terpengaruh sedikit kultur India dan yang bercorak Islam di bagian selatan kepulauan. Kerajaan-kerajaan muslim ini mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka.

Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi Propinsi Spanyol (1821-1898). Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh penguasa Spanyol, Raja Felipe II.

Setelah Perang Spanyol – Amerika pada tahun 1898. Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935. Periode Persemakmuran dipotong Perang Dunia II saat Filipina berada di bawah pendudukan Jepang.

Filipina akhirnya memperoleh kemerdekaannya de facto pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan asing ini sangat memengaruhi kebudayaan dan kehidupan masyarakat Filipina. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma dan penganutnya yang kuat dan merupakan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selainTimor Leste.

Potensi Wisata Alam dan Keindahannya
Letak Filipina yang merupakan negara kepulauan, membuat Filipina mempunyai potensi wisata alam yang luar biasa indahnya, banyak wilayah yang belum mengalami eksploitasi dari luar dan dapat menjadi sumber devisa negara jika situasi politk dan hankam mampu menjamin kenyamanan wisatawan datang ke negara itu, diantaranya adalah

Pantai Pasir Putih Boracay, Gunung Berapi Taal Volcano, Monumen Raksasa Banaue ‘teras beras’, Laut Sulu: terumbu karang Tubbataha, Perbukitan Coklat Bohol, Gunung berapi Mayon, Sungai Bawah Tanah Puerto Princessa, El Nido di Palawan, Batanes dan Mall of Asia. Di obyek wisata ini, wisatawan dapat melakukan berbagai aktifitas seperti menyelam, berselancar, berenang, memancing ataupun berbelanja seperti yang dilakukan di Mall of Asia sebagai Mall terbesar di Asia Tenggara.

Kebebasan Berekspresi Kaum Jurnalis di Filipina
Alam yang indah, kota yang kuno namun artistik dan potensi wisata yang belum terjamah, ternyata tidak selalu sejalan dengan kebebasan yang ada di Filipina. Filipina sebagai salah satu negara termaju di Asia sebelum Perang Dunia ke-2, menjadi negara yang penuh dengan gejolak akibat adanya akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial.

Masalah-masalah besar di negara ini juga terjadi akibat adanya gerakan separatis Bangsa Moro di sebelah selatan Filipina yaitu di region Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara Rakyat Baru (New People’s Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan, kebijakan-kebijakan pemerintah yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan yang makin meningkat, dan kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan polusi laut. Filipina juga mengalami masalah banyaknya penduduk di daerah-daerah perkotaan akibat kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan dan tingkat kelahiran yang tinggi.

Semua masalah ini mengakibatkan terkungkungnya kebebasan pers bagi para jurnalis. Filipina digolongkan sebagai negeri yang paling berbahaya di dunia bagi para pengelola media pers. Sejak memiliki kembali pemerintahan sipil pada 1986, lebih dari 150 petugas pers—termasuk wartawan—terbunuh di Filipina.

Press Freedom Index Versi Reporters Without Borders (Reporter San Frontiers)

Indeks Kebebasan Pers (Press Freedom Index) adalah alat ukur yang menempatkan negara dalam susunan rangking untuk variabel tertentu dengan mengumpulkan liputan acara pers tahunan berdasarkan enam faktor: pluralisme, kebebasan media, lingkungan dan penyensoran diri, kerangka kerja legislatif, transparansi, dan infrastruktur.

Indeks ini dirilis oleh organisasi pers dunia Reporters Without Borders (Reporter San Frontiers) berdasarkan hasil survei yang dilakukan di 179 negara.

Dalam Indeks ini, Filipina berada di urutan ke-6 dari 10 anggota negara dalam ASEAN, yaitu pada posisi 147 dibawah Brunei Darusalam (ke-122), Thailang (ke-135), Indonesia (ke-139), Kamboja (ke-143) dan Malaysia (ke-145). Dari angka ini, sudah menunjukkan bahwa negara kurang memberi kebebasan pers pada warganya, termasuk diantaranya para blogger atau jurnalis dalam menyampaikan apresiasinya, serta tidak adanya jaminan perlindungan hukum bagi mereka.

Perangi Impunitas, Bela Hak Asasi Manusia, Beri Kebebasan Pada Media

Salah satu penyebab banyaknya korban yang terbunuh di kalangan pers diduga karena adanya kebudayaan impunitas, yaitu lambannya penegakan hukum. Impunitas adalah kebijakan membiarkan dan atau melindungi pelaku kejahatan dari tanggungjawab dan sanksi kejahatan yang telah dilakukannya.Impunitas menyebabkan orang-orang yang memiliki potensi melakukan kekerasan tak merasa takut dan jera menghadapi tindakan hukum.

“Pembela HAM Memerangi Impunitas di Filipina” telah menjadi topik diskusi yang dibicarakan pada Sidang HAM PBB ke-19 di Genewa, yang diadakan pada tanggal 6 Maret 2012. Sejak tahun 2008, telah cukup banyak Pembela HAM yang terbunuh, diculik, disiksa dan terancam di Filipina, baik itu pengacara, jurnalis maupun aktifis yang menjadi target.

Presiden terpilih Mei 2010, Benigno Aquino bersumpah ingin mengakhiri pelanggaran ini, namun pada kenyataannya hal ini terus berlanjut, malah pelaku pelanggaran HAM tetap bertahan dengan impunitas dan tidak disidangkan di Pengadilan. Pada tahun 2011, Komisi HAM Filipina mencatat ada 64 korban pelanggaran HAM dan akan cenderung terus meningkat.

Seperti Indonesia, Filipina perlu membuat pedoman terhadap penanganan kasus kekerasan atas wartawan, yang mana pedoman tersebut harus disetujui oleh semua perusahaan media. Saat ini Dewan Pers Indonesia juga tengah melakukan upaya kerja sama perlindungan terhadap wartawan dengan pihak Kejaksaan Agung. Sementara sejauh ini, Dewan Pers telah memiliki MoU dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia terkait kerja sama dalam hal serupa.

Pengawasan dan penegakan hukum ini harus dilakukan secara cermat agar tidak mengancam kemerdekaan pers. Dan bagi pelanggar pedoman ini, dipastikan akan menempuh jalur hukum untuk penyelesaiannya.

Dengan adanya penghilangan impunitas, peraturan dan pedoman dalam menjalankan Kebebasan Pers, serta jaminan bagi warga selaku citizen journalist ataupun wartawan dan jurnalis dari mass media, maka setiap orang di negara ini akan merasa bebas untuk mengekspresikan apa yang pikirkan dan rasakan didalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Timbulnya keamanan dan kenyamanan di dalam negeri dapat mengundang banyak orang datang ke Filipina juga membuat setiap orang yang datang bebas bertanggungjawab dalam berekspresi. Kesiapan di bidang keamanan ini, juga merupakan tanda kesiapan Filipina mendukung ASEAN Community 2015 dengan tiga pilar utamanya.

Tulisan ini dibuat dalam rangka berpartisipasi dalam #10daysforASEAN hari ke-8 bersama ASEAN Blogger untuk menjawab tema : Filipina dan Kebebasan Pers

Sumber :
http://www.franciscansinternational.org/News.111.0.html?&tx_ttnews%5Btt_news%5D=134&cHash=e7766b7e07cb9fa4cd6715cbb30f442f
http://pewarta-indonesia.com/berita/hukum/11559-indeks-kebebasan-pers-indonesia-pada-peringkat-139.html
http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/09/02/filipina-negara-paling-berbahaya-bagi-wartawan-588230.html


Karang Selatan (South Ledge) Diantara Tiga Negara

Republik Singapura adalah sebuah negara kepulauan di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, berjarak 137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, dan dengan Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.

Singapura terdiri dari 63 pulau, termasuk daratan Singapura. Terdapat dua jembatan buatan menuju Johor, Malaysia: Johor–Singapore Causeway di utara, dan Tuas Second Link di barat. Pulau Jurong, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Pulau Sentosa adalah yang terbesar dari beberapa pulau kecil di Singapura. Titik alami tertinggi adalah Bukit Timah Hill dengan tinggi 166 m (545 kaki).

Singapura memiliki banyak proyek reklamasi tanah dengan tanah diperoleh dari bukit, dasar laut, dan negara tetangga. Hasilnya, daratan Singapura meluas dari 581,5 km² (224.5 mil²) pada 1960-an menjadi 704 km² (271.8 mil²) pada hari ini, dan akan meluas lagi hingga 100 km² (38.6 mil²) pada 2030. Proyek ini kadang mengharuskan beberapa pulau kecil digabungkan melalui reklamasi tanah untuk membentuk pulau-pulau besar dan berguna, contohnya Pulau Jurong.

Konflik Perbatasan antara Singapura dengan Malaysia
Dibalik keberhasilan Singapura membangun negerinya, ternyata Singapura juga mempunyai sengketa perbatasan dengan Malaysia pada pulau di pintu masuk Selat Singapura sebelah timur. Ada tiga pulau yang dipersengketakan, yaitu Pedra Branca atau oleh masyarakat Malaysia dikenal sebagai Pulau Batu Puteh, Batuan Tengah dan Karang Selatan.

Persengketaan yang dimulai tahun 1979, sebenarnya sudah diselesaikan oleh Mahkamah Internasional tahun 2008, dengan menyerahkan Pulau Pedra Branca kepada pemerintahan Singapura. Namun dua pulau lagi masih terkatung-katung penyelesaiannya dan penyerahan Pedra Branca itu, kurang diterima oleh Masyrakat Malaysia sehingga kerap terjadi perselisihan antar masyarakat.

Tahun 2015 diharapkan ASEAN menjadi satu komunitas tunggal, yang mampu merangkul seluruh negara di ASEAN dan mampu menyelesaikan sengketa antar negara, terutama terkait dengan perbatasan antar negara, seperti yang terjadi dengan Singapura dan Malaysia diatas.

Lalu apa yang bisa disarankan untuk penyelesaian konflik yang berkepanjangan ini ?

Indo Dwi Haryono dalam tulisannya yang berjudul Konflik Perbatasan di Kawasan Asia Pasifik mengatakan bahwa salah satu persoalan yang paling mendasar dan krusial yang dapat memicu konflik antar negara adalah masalah perbatasan. Termasuk Indonesia yang mempunyai persoalan dengan perbatasan, terutama mengenai garis perbatasan di wilayah perairan laut dengan negara-negara tetangga.

Apabila dicermati, banyak negara-negara di Asia Pasific juga menghadapi masalah yang sama. Anggapan bahwa situasi regional sekitar Indonesia dalam tiga dekade ke depan tetap aman dan damai, mungkin ada benarnya, namun di balik itu sebenarnya bertaburan benih konflik, yang dapat berkembang menjadi persengketaan terbuka. Salah satu faktor-faktor yang dapat menyulut persengketaan antar negara dimaksud antara lain ketidaksepahaman mengenai garis perbatasan antar negara yang banyak yang belum terselesaikan melalui mekanisme perundingan bilateral.

Pada tanggal 23 Mei 2008, International Court of Justice ( ICJ) telah memutuskan kasus sengketa kedaulatan atas Pedra Branca atau Pulau Batu Puteh, Middle Rocks dan South Ledge antara Malaysia dan Singapura, dengan rincian sebagai berikut :

  • Bahwa kedaulatan atas Pedra Branca atau Pulau Batu Puteh adalah milik Republik Singapura (12 Hakim mendukung, 4 hakim menentang, termasuk hakim ad hoc Malaysia)
  • Bahwa kedaulatan atas Middle Rocks adalah milik Malaysia (15 hakim mendukung , hakim ad hoc Singapura menentang)
  • Bahwa kedaulatan atas South Ledge adalah milik negara dalam wilayah perairan berada (15 hakim mendukung termasuk kedua hakim ad hoc,1 hakim menentang).

Jadi, mari kita batasi permasalahan ke wilayah Karang Selatan, karena jelas sudah diputuskan bahwa Batu Putih menjadi milik Singapura dan Batu Tengah menjadi milik Malaysia, terlepas kedua negara tersebut puas atau tidak dengan keputusan tersebut.

Karang Selatan diantara 3 Negara
Pertikaian atas kepemilikan Karang Selatan atau South Ledge ini ternyata bukan hanya masalah dari Singapura dan Malaysia karena Indonesia sebenarnya lebih berhak atas gugusan karang itu dan dapat mengajukan klaim terutama untuk Karang Selatan karena selain belum ada pemiliknya, juga karena wilayah itu lebih dekat dengan Indonesia.

Dasar klaim Indonesia juga lebih kuat jika dasar yang digunakan adalah jarak dari wilayah terdekat karena Pulau Karang Selatan hanya 7 Mil Laut dari Pulau Bintan (Kepri), sedangkan Malaysia (Johor) 10 Mil Laut bahkan Singapura jaraknya lebih jauh lagi, 21 Mil Laut.

Menurut Hukum Laut Internasional PBB, sebuah negara diperbolehkan mengajukan klaim atas suatu wilayah yang tidak jelas kepemilikannya dan wilayah laut teritorial sebuah negara ditetapkan dari titik terluar dari pulau terluar sebuah negara. Sesuai konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) 1982 dimana Indonesia adalah salah satu penyusunnya karena Indonesia adalah negara kepulauan terluas di dunia.

Dengan bertambahnya pulau Singapura dan Malaysia, maka Indonesia dipastikan akan terkena dampak langsung, meskipun Singapura dan Malaysia sampai saat ini masih memberdebatkan garis timur perbatasan kedua negara di sekitar pulau karang itu. Jika Indonesia tidak segera mengklaim Karang Selatan itu, siapapun yang memenangkan konflik ini, akan mengurangi (lagi) wilayah perairan Indonesia.

Bagi Indonesia, rumit nya penetapan batas ini antara lain karena posisi geografis ketiga features (lihat peta), yaitu bahwa Pulau Bintan berhadapan dengan LTE Malaysia (Middle Rocks), sementara antara Middle Rocks dan Mainland Malaysia terdapat pulau milik Singapura (Pedra Branca). Status hukum LTE dan pulau berbeda, termasuk dalam delimitasi. Komplikasi garis batas menjadi semakin bertambah karena terdapat LTE South Ledge. “Pemilik” laut territorial di kawasan South Ledge berarti memiliki kedaulatan atas LTE tersebut.

Dalam hal ini, meskipun Mahkamah “hanya” menyebutkan overlapping territorial waters Malaysia dan Singapura, namun perairan tersebut juga terletak dalam jarak 12 mil laut dari baselines Indonesia.

Secara yuridis ketiga negara memiliki peluang yang sama untuk “memiliki” South Ledge, dan keputusannya akan tergantung konfigurasi garis batas berdasarkan perundingan. Dalam hal ini perlu kerjasama segi tiga; maksudnya kalau berhadapan dengan Malaysia Indonesia perlu mendekati Singapura dan sebaliknya dalam menghadapi Singapura, Indonesia bisa menggandeng Malaysia.

Jadi, satu-satunya jalan penyelesaian dalam konflik perbatasan ini adalah Perundingan (Negosiasi) dengan melibatkan seluruh anggota ASEAN, demi terwujudnya ASEAN Community pada tahun 2015 yang terdiri atas 3 (tiga) pilar yaitu ASEAN Political Security Community (APSC), yang salah satunya juga membahas konflik perbatasan, ASEAN Economy Community (AEC) dan ASEAN Socio Cultural Community (APSC).

Tulisan ini disusun untuk #10DaysforASEAN bersama ASEAN Blogger, semoga tulisan ini dapat memberikan pencerahan bagi kita dan berdoa agar konflik yang terjadi dapat terselesaikan segera menjelang ASEAN Community 2015

Catatan :
LTE atau Low Tide Elevation adalah Ketinggian air surut, dimana suatu daerah akan tampak (kelihatan) pada saat air surut dan hilang atau tidak tampak pada saat air pasang.

Sumber :
http://indronet.files.wordpress.com/2007/09/konflik-perbatasan-asia-pasifikrefisi1.pdf
http://hankam.kompasiana.com/2013/06/28/singapura-akan-dapat-laut-indonesia-seluas-yogya-572888.html
http://puzzleminds.com/meninjau-ulang-posisi-indonesia-di-laut-china-selatan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_Tengah
http://masagusgitu.blogspot.com/2012/04/makalah-pkn-tentang-sengketa-pulau.html
Ms Google utk Gambar


Optimisme Laos Melalui Investasi Diplomatik

Laos adalah sebuah negara di Asia Tenggara, yang beribukota Vientiane. Letaknya berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat Cina di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat.

Letak Geografis
Dari sudut geografi politik, banyak orang berpendapat bahwa posisi Laos yang berada di tengah-tengah beberapa negara ini sebagai “posisi terkurung” atau disebut juga dengan Landlock Country karena Laos juga tidak memiliki batas pantai sehingga dari segi keamanan, juga kurang menguntungkan jika terjadi invasi atau serangan dari negara lain.

Namun dari sudut geografi ekonomi, letak negara ini boleh dikatakan menguntungkan jika infrastruktur transportasi dibangun dengan baik, sehingga akses perdagangan dari Laos ke negara tetangga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah dibandingkan jika dilakukan dengan perjalanan udara.

Masalah Perekenomian
Laos baru mulai melepas kontrol ekonominya dan mengijinkan berdirinya Perusahaan Swasta pada tahun 1986. Sejak itulah pertumbuhan ekonomi Laos melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun pada periode 1988 – 2004, dan sejak tahun 1997 bergabung kedalam keanggotaan ASEAN.

Ketertinggalan Laos dibanding dengan negara ASEAN yang lain khususnya di bidang perekonomian karena memang Laos baru berbenah diri, pada tahun 2011 pertumbuhan ekonominya meningkat menjadi 8%, cukup lambat jika dibandingkan pada tahun 2004 mencapai 6%. Laos baru membuka diri pada tahun 2004 dengan negara lain dan bekerja sama di segala bidang, termasuk menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat, membuat produsen Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi mereka dari sektor ekspor.

Pendapatan per kapita di tahun 2011 mencapai 986 dolar Amerika setahun, dibandingkan dengan negara terdekatnya Thailand yang mencapai 4.700 dolar Amerika setahun. Sektor pertanian masih memegang posisi tertinggi sebagai penyumbang sekitar 50% dari produk domestik bruto dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada di Laos. Sektor lain yang baru ditemukan adalah pertambangan emas dan tembaga, namun masih kurang didukung sumber daya manusia yang memadai.

Potensi Laos

1. Pertambangan Emas
Sejak ditemukannya tambang emas di Laos, perekonomian negara ini mulai bergerak, namun agar terjadi penambangan liar dan merusak keseimbangan lingkungan terutama di sungai, maka memang perlu campur tangan Pemerintah dan tenaga ahli untuk membenahi hal ini. Laos juga kekurangan pekerja untuk mengolah hasil tambang dan hasil limbahnya.

Sumber : http://wellisphotography.photoshelter.com/image/I0000Y0MyRPZ_1ZA

2. Pariwisata Laos

Dewan Pariwisata dan Perdagangan Eropa menobatkan Laos sebagai ”’Tujuan Wisata Terbaik Dunia 2013? dalam European Chamber of Commerce Taiwan (ECTT) pada Mei 2013.

Laos membuktikan penghargaan ini layak didapat berdasarkan data statistik wisatawan ke negara ini. Data statistik menunjukkan peningkatan jumlah turis ke Laos hingga mencapai 22 persen per tahunnya. Diperkirakan jumlah wisatawan yang mengunjungi negara itu mencapai 3,3 juta jiwa pada tahun lalu. Pariwisata adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos.

http://eramadina.com/bangkitnya-wisata-laos/

Optimisme Laos
Republik Demokratik Laos memang belum banyak berkontribusi di ASEAN, diharapkan dengan adanya Komunitas ASEAN, Laos mampu menjalin kemitraan yang baik dengan negara ASEAN lainnya. Pembangunan Infrastruktur menjadi hal yang tak dapat ditunda lagi, seperti pembangunan jalur kereta api dari Laos ke Thailand dan dari Laos ke Cina, perbaikan jaringan telekomunikasi di Laos, pembenahan Area Konservasi Keanekaragaman Hayati Nasional (National Biodiversity Conservation Area atau NBCA)dan terus mempromosikan potensi pariwisata sehingga memperbanyak wisatawan datang ke Laos untuk meningkatkan pendapatan negara.

Nam Viyaket, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Laos, mengatakan, pembangunan bagian rel kereta yang menghubungkan Laos dengan China akan dimulai pada awal tahun 2011 dan akan rampung dalam empat tahun. Ia yakin proyek tersebut akan berkontribusi banyak bagi ekonomi Laos.

Menurut dia, China menjadi mitra penting ekonomi Laos. Selain membiayai pembangunan infrastruktur rel kereta api, China juga terlibat dalam berbagai proyek perdagangan kayu dan pembangkit listrik tenaga air di Laos. Perdagangan bilateral China dengan Laos tumbuh hingga lebih dari separuh pada tahun 2009 menjadi 751,8 juta dollar AS.

Maka dengan pembangunan infrastruktur yang telah mulai nampak di beberapa sudut kota di Laos akan semakin menguatkan optisme Laos dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Investasi Diplomatik di Segala Bidang

Menjawab pertanyaan, jika posisi Anda adalah negara Laos, investasi diplomatik apa yang diharapkan dengan kemitraan yang terjalin dengan dunia internasional, khususnya negara-negara ASEAN, maka hal itu pasti akan kembali pada potensi bangsa ini. Investasi diplomatik adalah kerjasama diplomatik yang dilakukan sekarang untuk keuntungan di masa sekarang dan masa yang akan datang, yang dapat dilakukan Laos dengan negara lain khususnya ASEAN, adalah tidak cukup hanya di bidang politik saja, karena sifatnya hanya sementara, tapi juga di bidang ekonomi dan sosial budaya, misalnya :

1. Pertukaran Pemuda (Pelajar). Pertukaran pemuda merupakan suatu kerja sama yang terjadi antar dua Negara di mana masing masing Negara mengirimkan kaum muda nya, biasanya pelajar atau mahasiswa untuk mempelajari budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Negara yang dituju. Dengan tinggal bersama dengan keluarga dari bangsa atau negara lain, membuat pemuda atau pelajar dapat merasakan langsung kehidupan bangsa tersebut dalam kesehariannya, tinggal dalam keluarga-keluarga (host family), apa yang menjadi kekurangan dan kelebihannya menjadi pengalaman yang berharga, yang dapat bermanfaat di masa yang akan datang. Hal ini juga tentunya memberi dampak bagi keluarga penerima peserta dan masyarakat diatasnya bagaimana menghormati dan bekerja sama dengan pemuda dari bangsa lain.

2. Pertukaran Duta Budaya antar negara, juga dapat memberikan ikatan batin tersendiri, dimana Laos dapat mengenal kebudayaan negara lain demikian pula negara lain dapat mengenal kebudayaan lokal di Laos. Pengenalan budaya ini antara lain mengenal seni budaya, adat istiadat dan tarian juga kuliner masing-masing negara tersebut. Pertukaran ini juga dapat menjadi ajang promosi pariwisata yang menjadi potensi negara Laos.

3. Kunjungan dan Kerjasama Tenaga Ahli
Laos bekerja sama dengan negara-negara di ASEAN untuk mengirimkan sumber daya manusianya belajar di negara lain dan membangun kerjasama untuk peningkatan di bidang Sains dan Teknologi

Laos yang sedang berkembang dan ingin maju bersama negara lain di ASEAN juga membutuhkan sumber dana dan campur tangan negara lain untuk mengelola negeri ini. Laos dengan keindahan alam sebagai potensinya, yakin bahwa ini adalah awal bertumbuhnya Laos di segala bidang, maka investasi diplomatik yang dilakukan dengan keterbukaan bangsa lain untuk datang ke Laos dapat menjadi optimisme bagi Laos menjadi yang lebih baik dan terdepan.

Tulisan ini disusun dalam rangka #10daysforASEAN hari ke-6 bersama ASEAN Blogger, kiranya tulisan ini menjadi bermanfaat untuk mengenal Laos lebih dekat dan melakukan kunjungan baik untuk berwisata maupun menjajaki bidang lain.

.


SINERGI Indonesia Vietnam Merebut Pangsa Pasar Komoditas Kopi Dunia

Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae, tingginya dapat mencapai 1 hingga 2 meter. Tanaman bertumbuh tegak, bercabang dengan buah yang berwarna hijau saat muda dan menjadi merah saat tua ini, banyak tumbuh di daerah dataran tinggi, walaupun dapat juga tumbuh di dataran rendah untuk beberapa jenis tanaman kopi tertentu.

Karena banyak tumbuh di daerah berhawa dingin, awal mulanya biji kopi dinikmati orang untuk diseduh bersama air panas untuk menghangatkan badan. Buah kopi yang telah dijemur dan kering, dikupas dan dikeluarkan biji kopinya untuk dijemur kembali, lalu biji kopi tersebut disangrai, digoreng diatas kuali tanpa minyak hingga berwarna kecoklatan (ground roasted coffee) dan menyebarkan wangi aroma kopi. Selanjutnya biji kopi tersebut akan ditumbuk atau digiling sesuai selera untuk kemudian dinikmati setelah diseduh dengan air panas.

Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan dengan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis relatif tinggi di pasaran dunia, Indonesia masuk dalam urutan nomer 3 penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Ada banyak jenis yang dikenal di dunia, juga di Indonesia, namun yang paling sering dikonsumsi adalah Arabika (Coffea arabica Linn), Kopi Robusta (Coffea canephora Piere ex Froehner), Kopi Liberika (Coffea liberica Bull ex Hien) dan Kopi Ekselsa (Coffea exelsa A. Chev).

Budaya Minum Kopi Bangsa Indonesia
Tradisi minum kopi sampai di Jawa sejak tahun 1616 dibawa Admiral Pieter Van den Broeke (Belanda) yang mendapat tugas untuk berdagang dengan bangsa Arab di Laut Merah. Sebagai bangsa yang terkenal dengan keragamannya, jenis kopi yang tersebar di Tanah Air ini juga beraneka ragam, mulai dari Aceh Gayo Arabika, Ulee Kareng (Robusta), Sumatra Mandhailing, Lintong, Sidikalang, Java Ijen, Java Raung, Kintamani, Bajawa Flores, Robusta Lampung, Toraja, hingga Kopi Papua yang dihasilkan petani di Wamena. Belum lagi kopi yang dihasilkan di setiap wilayah Indonesia yang juga mempunyai kekhasannya tersendiri .

Gaya hidup Minum Kopi sudah dikenal juga sejak dulu, di beberapa daerah, hampir selalu ada kedai kopi yang dikelola secara tradisional, mempertahankan ciri khasnya sampai sekarang. Sama seperti sekarang, kedai kopi atau gerai kopi yang ada difungsikan sebagai tempat ngobrol dan bertukar pikiran dengan sesama teman, sambil membaca koran.

Kedai kopi tradisional yang biasanya hanya menyajikan kopi tubruk (bubuk kopi diberi gula dan diseduh dengan air panas) dan aneka gorengan, banyak terdapat di pelosok negeri ini, diantaranya seperti yang aku tuliskan disini, saat aku bepergian melewati Sei Pinyuh (Kalimantan Barat) atau juga di Panatapan Parapat (Sumatera Utara). Dan juga banyak terdapat di wilayah Pecinan di pelosok negeri ini, seperti di daerah Glodok, Siantar dan Singkawang.

Seiring berjalannya waktu dan kebutuhan gaya hidup masyarakat perkotaan, gerai kopi dengan franchise internasional pun kini banyak bermunculan di perkotaan, dari bahan dasar yang sama tapi dilakukan kreasi baru dalam penyajiannya seperti Kopi hitam, Espresso, Latte, Caffee au Lait, Caffee Macchiato, Cappucino, Dry Cappucino, Frappe, Kopi Instan, Kopi Irlandia, Kopi Mocca, Melya dan Oleng (Kopi Thailand)

Kopi Vietnam yang Legendaris
Vietnam, sebagai penghasil kopi terbesar nomer dua di dunia dan nomer satu di Asia, memiliki sebuah merk dagang (brand) yang terkenal untuk komoditas kopinya, yaitu Trung Nguyen, yang juga sudah memiliki banyak gerai kopi di dunia. Mengapa Trung Nguyen bisa menjadi ikon dari Vietnam karena Trung Nguyen memberikan kopi kelas wahidnya untuk konsumen. Trung Nguyen mampu bertahan karena terus mempertahankan mutu dan citarasa nya sehingga mempunyai pangsa pasar yang tetap bahkan bertambah luas, dengan harga 0.5 kilogram bubuk kopi Trung Nguyen (dapat menghasilkan kurang lebih 30-40 cangkir kopi) memasang harga Rp 500.000,- atau jika dijual dalam bentuk olahan minuman di gerai kopi nya seharga Rp 25.000,- per gelas, dan para pecinta kopi merasa worth it mengeluarkan uang sebesar itu untuk dapat menikmati kopi, yang tidak hanya nikmat di lidah tapi juga menghasilkan aroma dengan sensasi luar biasa, yang tentu saja mampu menggetarkan dan merangsang kerja otak.

Hampir di setiap kedai kopi yang ada di Vietnam, olahan kopi disajikan dengan alat bernama Vietnam Coffee Drip, yang konon kabarnya mampu membuat bubuk kopi yang diseduh air panas, menghasilkan sensasi yang luar biasa untuk dinikmati. Saking penasaran, aku juga mencoba membeli dan mempraktekan membuat kopi dengan alat ini, jadi caranya bubuk kopi dimasukkan kedalam drip, yang berupa gelas aluminium dengan bagian dasar berlubang halus seperti saringan, tuangkan air panas kedalam gelas atau cangkir yang telah berisi bubuk kopi, selanjutnya air kopi akan menetes perlahan kedalam cangkir dibawahnya. Proses ini memang memerlukan kesabaran karena air kopi akan turun perlahan-lahan, namun penantian ini akan sebanding dengan hasil yang akan kita nikmati.

Di Vietnam, selain Trung Nguyen, ada beberapa produsen kopi yang berasal dari perusahaan swasta atau badan usaha milik negara, seperti Hung Phat, Tam Chau, Viet Pacific atau yang lebih dikenal sebagai Vietcoffee, dan Vinacafe (Perusahaan Kopi Nasional Vietnam) dan juga Highlands Coffee. Vietnam adalah produsen kopi nomor dua terbesar setelah Brasil, dengan besaran 14,3 persen pasar kopi dunia. Meskipun demikian, kualitas biji biasanya mempersempit keterpasaran produk. Kopi robusta menyumbang 97 persen produk, dengan 1,17 juta ton terekspor pada tahun 2009, atau senilai 1,7 miliar dolar Amerika Serikat. Produksi kopi arabika diharapkan naik setelah perluasan lahan tanam. Kopi jenis lain yang tumbuh di Vietnam adalah kopi liberika dan catimor.

SINERGI Dua Negara ASEAN untuk Merebut Pangsa Pasar Kopi Dunia
Bersinergi adalah menggabungkan dua hal berbeda menjadi satu kekuatan besar, apakah mungkin Indonesia dan Vietnam sebagai penghasil komoditas kopi terbesar bersinergi dan merebut pangsa pasar dunia ? Mungkin saja, mengapa tidak ? Lalu bagaimana caranya ?

Baik dilakukan sendiri maupun bersama-sama (bersinergi) tentu saja mungkin untuk merebut pangsa pasar dunia, walaupun Vietnam bisa dianggap sebagai pesaing (competitor) tapi Vietnam juga bisa dianggap sebagai teman untuk bersinergi.

Beberapa hal yang perlu dilakukan agar komoditas kopi ini mampu merebut pangsa pasar dunia adalah :

  1. melakukan pengembangan produk, dengan kemajuan di segala bidang, seperti teknologi, komoditas kopi tidak hanya menjadi olahan makanan dan minuman tapi juga sabun beras kopi yang digunakan untuk lulur dan masker kecantikan
  2. menciptakan pola sinergi mulai dari Pemerintah, Industriawan dan Lembaga Pendidikan untuk melakukan kerjasama menuju pengembangan produk ini, bahkan juga keterlibatan Pimpinan Negara melalui Menteri Perdagangan kedua negara (Indonesia dan Vietnam)
  3. menciptakan brand image produk kopi dua negara untuk diluncurkan di dunia internasional, misal IndoViet Coffee, dengan tagline ~ IndoViet Coffee, brewing until you drop, dengan melibatkan produsen-produsen kopi dua negara, membuat perencanaan produksi dan diversifikasi produk serta penetapan pengolahan pabrik dan limbahnya dengan terinci
  4. kerjasama yang berkualitas dengan media cetak untuk mempromosikan produk baru kedua negara ini
  5. perlu komitmen dan usaha untuk mendukung industri baru ini dari penyiapan bahan baku (biji kopi), pengolahan menjadi bubuk kopi atau produk lain yang direncanakan untuk meningkatkan nilai tambah produk tersebut

Untuk mengembangkan berbagai aspek tersebut diperlukan kerjasama beberapa pihak seperti disampaikan diatas agar dihasilkan harga yang kompetititf, efisiensi produksi dan delivery order yang tepat dan cepat, dengan strategi 1) pengembangan produk 2)updating teknologi 3)pengembangan kemampuan SDM 4)inovasi produk dengan penerapan teknologi 5)Political Will 6)menetapkan brand image dan 7)melakukan promosi terus menerus

Sinergi dua negara dengan komitmen tinggi akan mampu mengatasi setiap kendala yang mungkin dihadapi, mulai dari persiapan bahan baku, produksi, pemasaran dan infrastruktur secara bersama-sama dengan dukungan dari kemampuan modal dan sumberdayamanusia kedua negara, sehingga mampu merebut pangsa pasar komoditas kopi di dunia dengan dukungan seluruh negara anggota di ASEAN, melalui Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 tentunya.

 Tulisan ini disusun dalam rangka mendukung kegiatan #10daysforASEAN bersama @aseanblogger hari ke-5

 

Sumber : Pribadi, Yahoo dan Google