Minga Lar Par*, Mari Berwisata ke Myanmar !!

Myanmar, dulu dikenal sebagai Burma, adalah sebuah negara berkembang di Asia Tenggara, dengan ibukota kota Naypyidaw (Catatan : Sebelumnya berada di Kota Yangon dan dipindahkan oleh Pemerintahan Militer sejak 7 Nopember 2005).

Dengan luas negara sebesar 676.577 km2 dan penduduk berjumlah 54 juta jiwa, negara ini berbatasan dengan India dan China (di sebelah Utara), Laos (di sebelah Timur), Teluk Benguela (di sebelah Selatan) dan Bangladesh (di sebelah Barat).

Myanmar, yang juga dijuluki sebagai Kota Seribu Pagoda dengan mayoritas penduduknya beragama Budha (89.49%) membuat pengunjung dapat menemui banyak kuil suci agama Budha di negeri ini. Negara yang indah ini memiliki banyak tempat wisata yang menarik, walau belum sepopuler Malaysia dan Singapura karena sempat terkungkung dan terisolasi akibat masa pemerintahan junta militer, diantaranya Kota Bagan, sebuah kota lama di Propinsi Mandalay, terkenal dengan kota 4000 candi, lalu Kota Mandalay dengan eksotisme tersendiri dan juga keindahan Danau Inle (Inle Lake) yang terkenal dengan atraksi para pendayungnya, dan tempat wisata lain seperti Shwedagon Pagoda, Strand Jetty, Botataung Pagoda, Chaukhtatgyi Pagoda, City Hall & Independence Monument, Bogyoke Market, China Town, Bago Market, Kanbawzathadi Palace, Shwethalyaung Reclinning Buddha, Kyaikpon four Faces Pagoda.

Pergolakan Politik diantara Eksotisme Myanmar
Menurut teman yang pernah berkunjung ke Myanmar, kondisi infrastruktur kota terbesar di Myanmar saja masih kalah dibandingkan dengan kota Bogor di Indonesia, tidak tampak bangunan menjulang tinggi, apalagi bangunan pencakar langit. Masih banyak bangunan tua disana dengan gaya hidup yang tenang dari penduduknya, bukan seperti kota metropolitan atau kota ibukota yang lain di banyak negara, membuat pengunjung sesungguhnya dapat menikmati negara ini dan kota-kota disana dengan keunikan tersendiri, yang tentu saja dengan keterbatasan yang ada, seperti jaringan komunikasinya dan angkutan transportasi serta akomodasinya.

Hal ini mungkin disebabkan oleh pergolakan politik yang belum hentinya mendera bangsa ini, diantaranya

  • Pada 1988, terjadi gelombang demonstrasi besar menentang pemerintahan junta militer. Gelombang demonstrasi ini berakhir dengan tindak kekerasan yang dilakukan tentara terhadap para demonstran. Lebih dari 3000 orang terbunuh.
  • Pada pemilu 1990 partai pro-demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi memenangi 82 persen suara namun hasil pemilu ini tidak diakui rezim militer yang berkuasa.
  • Tahun 2012, ledakan kekerasan massa antara kelompok mayoritas Buddha dengan minoritas Muslim dari suku Rohingya, di Negara Bagian Rakhine
  • Peristiwa Meiktila Tahun 2013, konflik antara komunitas agama Budha dan kaum Muslimin, yang mengakibatkan orang tewas dan banyak korban mengungsi dan kehilangan tempat tinggal mereka

Menurut sumber dari International Crisis Group, sejak Maret 2011, Myanmar tengah mengarungi suatu transisi politik yang menakjubkan. Para pemimpin negeri ini telah memperlihatkan niat dan visi politik untuk mendorong Myanmar benar-benar keluar dari bayang-bayang kelam masa lalunya. Presiden Thein Sein telah mendeklarasikan perubahan-perubahan dan berupaya membangun kemitraan yang langgeng dengan oposisi, terutama Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi.

Namun, proses perbaikan itu tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar, perlu kerjasama banyak pihak baik pemerintah maupun oposisi perlu menunjukkan kepemimpinan moral untuk menekan ketegangan dan bekerja demi tercapainya penyelesaian yang langgeng terhadap suatu masalah yang dapat mengancam proses reformasi dan stabilitas Myanmar.

Berakit-rakit ke Hulu, Berenang-renang ke Tepian
Dengan alasan situasi politik yang terjadi, sudah sewajarnyalah, Myanmar masih memberlakukan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Myanmar. Sebagai negara yang baru berkembang di lingkungan Asia dan bergabung di ASEAN, Myanmar memang masih perlu belajar banyak pada negara lain yang telah mampu memajukan negaranya melalui sektor pariwisata.

Buat wisatawan yang ingin menikmati bukan hanya keindahan alam, bangunan tua dan candi-candi yang megah, suasana yang tenang di berbagai kota di Myanmar, gemulai para penari yang beratraksi di bidang kesenian, kuliner yang wajib dinikmati, belanja cindera mata dan kain tenun khas Myanmar, apalah artinya mengurus Visa, yang prosesnya juga mudah untuk dijalankan dan tidak memakan waktu yang lama.

Bagi wisatawan dari Indonesia, pembuatan visa bisa dilakukan dengan mendatangi Kantor Kedutaan Besar Myanmar yang terletak di : Jl. Agus Salim No.109, Jakarta, nomer telepon: (021)3159095 dan (021)3158908, dengan membawa syarat-syarat dokumen yang diperlukan, yaitu :

  1. Paspor masa berlaku tidak kurang dari 6 bulan.
  2. Mengisi formulir pengajuan visa, diambil di loket kantor kedutaan. Formulir tidak bisa difotokopi karena ada nomer register sendiri.
  3. Pas foto terbaru 4×6 2 buah latar belakang putih. Standar foto visa, wajah harus terlihat jelas termasuk kuping/telinga, kecuali berjilbab.
  4. Surat keterangan atau semacam jaminan dari perusahaan tempat bekerja.
  5. Biaya visa turis adalah Rp. 200.000,-

Proses visa selesai 3-4 hari kerja. Visa turis masuk Myanmar untuk 28 hari berlaku selama 3 bulan sejak dikeluarkan.

Visa Wisatawan Tetap Perlukah ?
Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan kedalam sebuah negara, terutama dengan potensi wisata seperti yang dimiliki Myanmar, seyogyanya tidak perlu diberlakukan lagi, jika situasi politik negara ini sudah stabil, sama seperti yang dilakukan oleh negara-negara di lingkungan ASEAN yang lain.

Namun, sejak Juni 2012, Myanmar juga telah memberlakukan Visa On Arrival bagi wisatawan yang datang di Bandara Internasional Yangoon dan sejak Nopember 2012 diberlakukan di Bandara Internasional Mandalay. Visa bisnis diperbolehkan selama 70 hari dengan membayar 50 dolar AS, sementara visa turis selama 28 hari dengan 40 dolar AS dan visa transit 24 jam dengan 20 dolar AS, sehingga kemudahan ini memberi dampak yang signifikan terhadap kunjungan wisatawan ke Myanmar, baik untuk tujuan wisata maupun berbisnis.

Mari kawan, jangan mundur hanya karena mesti mengurus Visa ke Myanmar, banyak yang mengatakan, tidak akan menyesal berkunjung ke negeri Candi Seribu Pagoda ini, banyak keindahan yang bisa diekplorasi disini. Selamat berkunjung ke Myanmar, Welcome to the Golden Land.

Tulisan Hari ke -4 menjawab pertanyaan :

Hampir semua negara di ASEAN, telah membebaskan pengurusan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke negaranya, namun tidak dengan Myanmar. Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? Perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata?

 

dalam rangka berpartisipasi #10daysforASEAN bersama ASEAN Blogger

*) Minga Lar Par dalam Bahasa Myanmar, berarti Hello atau Hai

Sumber : Ms Google, Yahoo, Wikipedia, Pribadi


Tagline : “Indonesia is The Beautiful Diversity”

Menurut data Badan Pusat Statistik edisi Buklet bulan Mei 2012, Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar, memiliki luas wilayah daratan 1.910.931,32 km2 yang terbagi habis kedalam 33 propinsi di Indonesia dari Propinsi Aceh sampai Papua Barat dengan jumlah 17.504 pulau.

Dengan kondisi geografis yang terdiri dari beribu pulau ini, tentu tak disangkal lagi adanya beragam kebudayaan yang muncul dari kurang lebih 300 kelompok etnik atau 1.340 suku bangsa yang ada di Indonesia, yang terdiri 238 juta jiwa penduduknya, menurut data Sensus Penduduk 2010.

Setiap suku bangsa yang merupakan golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama, maka identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis.

Keragaman suku bangsa di Indonesia ini berdampak pada keragaman budaya yang tampak pada adat istiadat, kebiasaan, pola pikir dan kehidupan sehari-hari. Keragaman budaya akibat begitu banyaknya suku bangsa dapat menimbulkan dua hal yang sangat mungkin terjadi dan sudah terjadi, yaitu beragam menjadi berbeda dan beragam menjadi bersatu, sehingga semboyan negara Bhineka Tunggal Ika yang menyampaikan pesan bahwa walaupun berbeda namun tetap bersatu, itulah yang paling sesuai bagi Indonesia agar keragaman ini dapat menjadi Potensi Pariwisata terbesar.

Keragaman sebagai Awal Potensi Pariwisata

Mengangkat keragaman sebagai Potensi Pariwisata perlu dukungan semua pihak, mulai dari kelompok masyarakat terkecil yaitu keluarga dan pendidikan baik di sekolah maupun di rumah, sampai ke Pemerintahan Daerah dan memperoleh dukungan sarana dan prasarana dari Pemerintah Pusat.

Maksudnya adalah bahwa pertikaian yang terjadi akibat perbedaan etnis dan suku bangsa yang ada, mesti dihilangkan dengan menyadari bahwa kita “memang berbeda” satu sama lain dan semestinya setiap orang mampu menghargai perbedaan itu. Saya berbeda dengan anda, saya berbeda suku bangsa, saya mempunyai cara berpikir sesuai dengan kebiasaan keluarga saya berpendapat, hal ini tentu tidak dapat dipaksakan oleh kelompok lain dari suku bangsa yang berbeda. Namun, apakah masing-masing kita tetap kukuh pada cara pandang kita sendiri, seandainya ada pandangan dari suku bangsa yang berbeda, yang mungkin lebih baik ? Mari mencari jalan keluar, dengan berembug dan berdiskusi bersama, agar keragaman tidak menjadi sumber masalah dan pertikaian antar etnis.

Selain wawasan Bhineka Tunggal Ika, yang mengajak setiap orang menyadari bahwa kita berbeda tapi tetap bersatu, bentuk nyata dari implementasi hal ini adalah membentuk kerjasama antar budaya yang terintegrasi dengan baik. Bentuk kerukunan dalam keragaman budaya ini mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama saling menghargai kebudayaan suku bangsa lain yang notabene Indonesia juga walau terpisah karena kondisi geografis, sehingga muncullah semangat untuk mempromosikan bentuk keragaman ini ke dunia luar, ke bangsa-bangsa lain untuk menikmati keragaman budaya bangsa Indonesia (tidak lagi budaya kelompok tertentu saja) dan mengajak wisatawan mancanegara datang ke Indonesia.

Pariwisata Indonesia perlu Brand Image
Pariwisata Indonesia sebagai sebuah produk yang ditawarkan baik kepada wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara, perlu sebuah merk atau brand yang dapat mempengaruhi image setiap orang yang ingin berkunjung, baik untuk melakukan kunjungan wisata ataupun melakukan kepentingan lain, seperti berinvestasi, melakukan perjalanan bisnis atau bahkan bersekolah di Indonesia.

Brand (merek) sangat diperlukan baik untuk produk berupa barang atau jasa seperti sektor pariwisata ini. Produk yang mempunyai Brand akan memiliki nilai tambah atau lebih bernilai harganya, karena dianggap lebih berkualitas dan dapat dikenali, dibandingkan dengan produk yang tanpa Brand, sekalipun menghasilkan produk yang sama.

“Merek adalah istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari semuanya ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual, yang membedakan produk/jasa tersebut dengan produk lain terutama produk saingannya” (Kotler,1987, p. 440).

Brand harus merupakan hal yang mudah diingat, memiliki makna, memiliki desain menarik, mudah dimengerti oleh pasar dan legal secara hukum. Contoh Brand Nation yang menurut saya cukup kuat dan selalu diingat mengenai sebuah negara diantaranya : Malaysia, truly Asia; India, Incredible India; Korea, Be Inspired; Thailand, Always amazing you; Cambodia, Kingdom of Wonder; Vietnam, timeless charm; Taiwan, Touch your heart dan Maldives, always natural

Tagline : Indonesia is The Beautiful Diversity
Sama seperti negara lain, Indonesia juga perlu memiliki sebuah brand nation, selain di lingkup ASEAN juga di dunia, agar mudah dikenali dan meningkatkan nilai. Mengapa tagline ini saya pilih sebagai tagline untuk Indonesia karena seperti penjelasan dan data di bagian awal penulisan saya, Indonesia memang beragam, sangat beragam, dengan suku bangsa yang memiliki keragaman pula dalam adat, kebiasaan, cara pandang, cara makan juga berbagai jenis hidangan kulinernya, namun justru disinilah keragaman Indonesia tidak menjadi sebuah pergolakan atau pertikaian, tapi menjadi sesuatu yang indah (~ beautiful). Keindahan ini merupakan satu kesatuan. Indonesia akan muncul sebagai sebuah negara dan bangsa yang beragam, bukan hanya dikenal sebagai Bali, Lombok, Manado, Raja Ampat, Borobudur atau Danau Toba saja, tapi Indonesia.

Mempertahankan Tagline sebagai Brand Nation

Agar tagline sebagai Brand Nation mempunyai potensi mengangkat bangsa Indonesia khususnya mulai dari sektor Pariwisata, Indonesia harus memperhatikan
1.mengutamakan kualitas produk (Jasa Pariwisata) dengan cara memperhatikan semua sarana dan prasarana yang ada, seperti bandara internasional, akomodasi dan transportasi para wisatawan, kenyamanan (dan keamanan) selama berada di Indonesia, akses menuju tempat tujuan wisata, fasilitas di obyek wisata (bangunan candi atau museum sampai fasilitas kamar kamar mandinya)
2. menjadi yang pertama (unggul) di pasar, memenangkan pelanggan, memiliki keunggulan yang berbeda dengan negara lain dalam mempromosikan negaranya
3. Unique positioning concept : Merek harus memiliki posisi konsep yang unik, yang akan membedakan dari pesaingnya. Indonesia sangat mampu karena Indonesia sendiri sudah unik dan berbeda dengan bangsa lain.
4. strong communications program :
Brand yang sukses harus disertai dengan penjualan yang efektif, pengiklanan, kampanye promosi yang akan mengkomunikasikan fungsi dari brand itu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan usaha yang keras, dan komitmen untuk memperkuat komunikasi itu, maka akan menimbulkan kesadaran konsumen akan brand tersebut, diantaranya dengan cara mengoptimalkan seluruh kedutaan besar Indonesia di setiap negara mempromosikan Indonesia melalui Pameran Pariwisata dengan mengangkat tema Keragaman dari tempat pariwisata yang belum terangkat selama ini, melalui pakaian, tari-tarian, kuliner, keindahan alam, dan keunggulan infrastrukturnya.
5. Waktu dan Kesinambungan,
Merek tidak dibangun dalam waktu yang cepat, membutuhkan waktu untuk membangun merek tersebut dan nilai-nilai yang ada di dalamnya, dipromosikan berulang-ulang melalui semua akses komunikasi yang ada di seluruh dunia, juga penempelan spanduk. Dalam memelihara nilai-nilai merek dibutuhkan waktu yang berkesinambungan dan dihubungkan dengan perubahan lingkungan. Selain promosi yang disarankan diatas, promosi juga dapat dilakukan dengan kerjasama budaya seluruh atau beberapa suku bangsa atau propinsi yang ada di Indonesia mengadakan promosi dan pameran pariwisata yang terintegrasi baik di Ibukota Negara maupun Ibukota Propinsi, dengan mengundang tamu atau wisatawan mancanegara sebanyak-banyaknya di wilayah tersebut.

Perlu tagline sebagai brand nation Indonesia ? tentu perlu ~ Indonesia is The Beautiful Diversity and I really love Indonesia 🙂

Tulisan ini menjawab pertanyaan :
Indonesia kaya dengan beragam budaya, namun di sektor wisata, Malaysia lebih berhasil mem-branding “Truly ASIA”. Kira-kira apa ya branding yang cocok untuk Indonesia? Buat tagline, dan jelaskan kenapa tagline itu cocok untuk Indonesia di kawasan ASEAN. #10DaysforASEAN hari ke-3 bersama ASEAN Blogger


Serumpun Dalam Keragaman Itu Indah

Berawal dari Ahli Sejarah yang menyatakan bahwa relief Candi Borobudur di Indonesia mempunyai kemiripan dengan Candi Angkor Wat yang berada di Kamboja, timbul sebuah pertanyaan apakah ini menandakan bahwa negara-negara yang tergabung dalam ASEAN merupakan bangsa serumpun, mari kita tengok penelurusan lebih lanjut mengenai hal ini.

Berkelanjutan dari tulisan pada hari pertama, dalam Perhimpunan Bangsa di Asia Tenggara (PERBARA) atau yang dalam bahasa Inggris disingkat menjadi ASEAN, kepanjangan dari Association of South East Asian Nations, telah tergabung sebanyak 10 (sepuluh) negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Filipina, Brunei Darusalam dan yang terakhir (akan) bergabung adalah Timor Leste.

Letak Geografis
Kesebelas negara diatas memiliki banyak kesamaan geografis karena memang letaknya yang berdekatan, dimana
• Letak geografis Asia Tenggara adalah di sebelah timur India dan di sebelah selatan Cina.
• Pada jazirah itu membentang pegunungan yang saling menyambung dari arah utara sampai ke selatan di Indonesia.
• Lembah sungainya di sebelah utara sempit, namun makin ke selatan, makin lebar, dan di dekat pantai berubah menjadi dataran rendah. Lembah sungai itu antara lain Sungai Mekong, Salween dan Irawadi
• Hawanya panas dan banyak turun hujan, akibatnya tumbuh rimba yang subur dan menghasilkan kayu, terutama di Thailang dan Myanmar
Oleh karena itu, kondisi sosial, ekonomi dan budayanya banyak memiliki kesamaan. Dari segi ekonomi, sebagian besar penduduk di Asia Tenggara bermata pencaharian sebagai petani, yang menanam tanaman tropis. Dari segi kebudayaan, walau sangat beraneka ragam antara lain bermacam-macam tarian, musik, pakaian, seni pahat, seni patung dan adat istiadat, juga keragaman bahasa dan kulinernya, namun ada kemiripan satu sama lain.

Rumpun Bahasa Melayu Austronesia diantara Rumpun Indochina dan Rumpun Melayu

Sejak jaman dahulu, sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi, kawasan Asia Tenggara merupakan daerah penyebaran rumpun Melayu Austronesia. Rumpun Melayu Austronesia tersebut berasal dari sekitar teluk Tonkin dan lembah Sungai Mekong. Kebudayaan dan bahasa Austronesia ini merupakan dasar tata kehidupan bangsa-bangsa yang ada di Asia Tenggara. Kemudian sekitar abad pertama Masehi, masuklah pengaruh dari luar yaitu kebudayaan Hindu dan Budha, sementara itu wilayah Vietnam, Laos dan Kamboja banyak dipengaruhi kebudayaan Cina.

Seiring dengan perjalanan waktu, di Indonesia juga lahir dua buah kerajaan besar yang mempengaruhi Asia Tenggara, yaitu kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Mulai abad ke-16 bangsa Barat seperti Inggris, Spanyol, Portugis dan Belanda, mulai berdatangan dengan tujuan mula-mula untuk berdagang, namun perkembangan selanjutnya mereka menjajah dan menguasai negara-negara di Asia Tenggara menjadi negara jajahan kecuali Thailand.

Bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara berasal dari dua rumpun ras yang berdekatan yaitu Rumpun Indochina dan Rumpun Melayu. Kawasan Asia Tenggara mempunyai cara pertukaran kebudayaan yang beragam melalui hubungan perdagangan dan hubungan politik. Pengaruh masuknya agama dan kebudayaan bangsa lain, memberikan pengaruh yang cukup signifikan diantara bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Namun kemiripan kebudayaan Indonesia dengan negara tetangga masih tampak, antara lain tari tradisional di Jawa mirip dengan di Thailand. Candi-candi yang ada di Indonesia pun mirip dengan di Kamboja. Bahasa Indonesia tidak banyak berbeda dengan bahasa Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand bagian selatan. Bahasa Tagalog Filipina juga memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Indonesia.

Asal-usul Nenek Moyang
Berdasarkan sejarah, kita mengetahui nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan atau Hindia Belakang. Bangsa Indonesia sebagian besar (khususnya di belahan barat) adalah bangsa Austronesia. Mereka serumpun dengan suku bangsa yang ada di Laos, Vietnam, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Kamboja.

Rumpun bangsa ini berasal dari Provinsi Yunan di China bagian Selatan dan terdesak oleh rumpun bangsa Mongol akibat perang. Dan mereka akhirnya “mengungsi” ke dataran Asia Tenggara termasuk ke Indonesia. Dengan kata lain, bangsa Indonesia pada dasarnya memang serumpun dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara lainnya, termasuk dengan Malaysia. Rumpun itu sering disebut juga rumpun Melayu.

Berbeda dengan itu, suku-suku yang tinggal di bagian Timur Indonesia tidak berasal dari Yunan atau Hindia Belakang. Mereka adalah pecahan dari ras Melanesia berkulit hitam, yang disebut juga Ras Pasifik. Suku-suku di Papua, Timor, dan Alor, sebagai contoh, mempunyai kemiripan dengan subrumpun Melanesia yang lain seperti Aborigin (Australia) dan Maori (Selandia Baru) dan juga dengan suku bangsa di Pasifik seperti Fiji, Solomon, Vanuatu, dan Kaledonia Baru.

Dengan melihat asal usul nenek moyang kita, betul bahwa Bangsa Indonesia berasal dari rumpun atau ras yang sama dengan bangsa lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, yang tentu saja ada bagian tertentu dari sifat dan karakter bangsa, budaya dan adat istiadat yang memiliki kemiripan satu sama lain.

Banjir Besar Membentuk Rute Migrasi
Stephen Oppenheimer dalam bukunya “Eden in the East” menuliskan bahwa sebelum banjir dahsyat terjadi, Asia Tenggara merupakan pulau besar yang membentuk sebuah benua berukuran dua kali India pada puncak Zaman Es sekitar 20.000 sampai 18.000 tahun lalu. Meliputi Indo-China, Malaysia, dan Indonesia, Laut Cina Selatan dan Teluk Thailand dan Laut Jawa yang dulunya kering, imembentuk bagian-bagian yang menghubungkan benua tersebut. Secara geologis, benua yang setengah tenggelam ini disebut paparan Sunda.

Banjir besar secara berturut-turut terjadi pada 14.000, 11.500, dan 8.000 tahun lalu, telah menaikkan air laut setinggi 120 meter. Daerah dataran rendah Asia Tenggara tenggelam seluas India. Yang tertinggal hanya pulau-pulau pegunungan yang terpencar-pencar. Daratan yang dulu membentang di antara Korea, Jepang, China, dan Taiwan, kini disebut Laut Kuning dan Laut China Timur. Pelabuhan-pelabuhan masa kini di sepanjang garis pantai selatan China, seperti Hong Kong, pada Zaman Es adalah daratan yang pan jangnya ratusan mil.

Ketika kenaikan air laut mencapai puncaknya pada 8.000 tahun lalu, rangkaian migrasi terakhir dari penduduk Asia Tenggara dimulai. Dengan rute-rute migrasi : ke selalan meuju Australia. Ke timur menuju Pasifik. Ke barat masuk ke Samudra Hindia.Dan ke utara masuk ke Daratan Asia.

Keturunan masa kini dari para pengungsi timur di Pasifik, mendiami banyak pulau Melanesia, Polinesia, dan Micronesia, menuturkan bahasa dari rumpun Austronesia, yang juga digunakan oleh penduduk Asia Tenggara. Dalam perjalanan, mereka membawa binatang domestik dan tanaman-makanan dalam kano-kano laut yang besar. Beberapa di antara mereka yang lari ke barat membawa tumbuhan beras (padi) ke India. Mereka yang berasal dari Asia Tenggara utara lari ke Indo-China dan Asia, membangun budaya-budaya rumit di China Barat Daya, Burma (Mynnmor), dan Tibet. Mereka menuturkan bahasa dari rumpun bahasa besar Asia Tenggara lainnya: Austro-Asiatik, Tibeto-Burman, dan Tai-Kadai.

Di atas itu semua, penyebaran awal akibat banjir besar itu telah membangun jalur-jalur komunikasi dan perdagangan ke seluruh Eurasia dan Pasifik Selatan yang kemudian memastikan arus yang cepat dan berkelanjutan berisi pemikiran, pengetahuan, dan keahlian, dan menyebarkan suku bangsa di Asia Tenggara ke berbagai belahan dunia akhirnya.

Angkor Wat dan Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, terletak sekitar 40 kilometer (25 mil) barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur terletak di atas bukit pada dataran yang dikeliling dua pasang gunung kembar; Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur laut, di sebelah utaranya terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat jajaran perbukitan Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah timur.

Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.

Angkor Wat, adalah sebuah kuil atau candi yang terletak di kota Angkor, Kamboja, dan dianggap sebagai salah satu dari keajaiban dunia. Ia dibangun oleh Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12. Pembangunan kuil Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun. Angkor Wat terletak di dataran Angkor yang juga dipenuhi bangunan kuil yang indah, tetapi Angkor Wat merupakan kuil yang paling terkenal di dataran Angkor. Raja Suryavarman II memerintahkan pembangunan Angkor Wat menurut kepercayaan Hindu yang meletakkan gunung Meru sebagai pusat dunia dan merupakan tempat tinggal dewa-dewi Hindu, dengan itu menara tengah Angkor Wat adalah menara tertinggi dan merupakan menara utama dalam kompleks bangunan Angkor Wat.

Pada akhir abad ke-13, Angkor Wat perlahan-lahan dialihfungsikan dari candi Hindu menjadi candi Buddha Theravada, hal ini berlangsung hingga kini.

Kesamaan kedua Candi, warisan dua bangsa berbeda di Asia Tenggara, yang fenomenal dan legendaris ini menunjukkan bahwa hubungan bangsa Indonesia dan Kamboja ternyata mulai terjalin sejak sebelum masa Raja Jayawarman II di Kamboja, yaitu sebelum abad ke-9. Demikian menurut kalangan cendekia dan pemerhati sejarah dalam seminar mengenai penelitan Candi Borobudur dan Angkor Wat di kota Siem Reap, 5-6 Desember 2009, seperti yang juga diungkapkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kamboja saat itu.

Berdasarkan peninggalan arkeologi serta catatan beberapa prasasti, interaksi dan hubungan antara masyarakat Kamboja dan penduduk Jawa bahkan telah terjadi pada abad ke-6. Interaksi ini terjalin melalui kegiatan perdagangan yang melibatkan kerajaan di Kamboja dan Indonesia pada masa itu. Bahkan, dari beberapa model relief yang terdapat di Candi Angkor Wat, ternyata banyak ditemukan kesamaannya dengan yang terdapat di Candi Borobudur dan Prambanan, yang menggambarkan interaksi kedua bangsa ini sejak ratusan tahun yang lalu.

Kesimpulannya, menurut pendapat saya, berdasarkan letak geografis, rumpun bahasa, rumpun bangsa, asal usul nenek moyang,arus migrasi yang terbentuk dan kemiripan dua buah candi dari dua bangsa yang terpisah letak dan jarak ini membuktikan bahwa bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan tergabung dalam ASEAN memang berasal dari rumpun yang sama, walau dalam kenyataan kesehariannya juga terjadi perbedaan, namun karena kita sesungguhnya “bersaudara” maka mari melangkah bersama dalam satu visi dan satu identitas ASEAN menuju satu komunitas ASEAN 2015 yang memiliki 3 pilar utama, yaitu Keamanan, Ekonomi dan Sosial Budaya, dengan kesadaran penuh untuk hidup berdampingan karena serumpun dalam keragaman itu indah.

Tulisan ke-2 dalam #10DaysforASEAN bersama ASEAN Blogger


(Salon Lokal) Percaya Diri Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015

Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community – AEC 2015) adalah salah satu dari 3 pilar ASEAN Community yang akan dibentuk oleh para Pemimpin ASEAN pada tahun 2015. Yang mana dalam penyusunan Cetak Biru Pilar Ekonomi itu memuat arahan sekaligus time frame untuk mencapai tujuan AEC, yaitu menciptakan integrasi perekonomian seluruh negara anggota ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan basis produksi yang memiliki iklim ekonomi kompetitif, pembangunan ekonomi merata dan berintegrasi dengan perekonomian global.

Mungkin ada yang belum tahu apa kepanjangan dari ASEAN, ASEAN adalah singkatan dari Association of South East Asian Nations, yang artinya adalah Perhimpunan dari Bangsa-bangsa di Asia Tenggara (disingkat PERBARA), yang berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, sehingga penandatanganan pendirian ini dikenal juga sebagai Deklarasi Bangkok, oleh 5 Pemimpin Negara yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina dan Singapura, yang awalnya bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan budaya di antara negara anggota dan untuk mempromosikan perdamaian regional serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai.

Lalu apa yang mesti dilakukan Bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Indonesia dalam mempersiapkan diri menyongsong terbentuk Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 ini ? Apakah ini ada pengaruhnya buat kita-kita, warga kelas biasa, yang tidak ingin sibuk-sibuk berurusan dengan dunia luar disana ? Ya tentu saja ada, ada pengaruhnya, ada tantangan dan ada peluang, bahkan ada juga ancaman disana, walau masyarakat Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar di Asia Tenggara ini juga punya kekuatan. Mengapa bisa terjadi ancaman, karena tantangan dan peluang didepan mata, jika tidak kita sambut dengan benar, dengan persiapan diri sendiri sebagai anggota masyarakat dari negara anggota ASEAN, maka yang terjadi, kita akan bisa ketinggalan jauh dengan anggota masyarakat dari negara yang lain.

Mari kita simak satu per satu, memasuki tahun 2015 nanti saat terbentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 akan terjadi pergerakan sumber daya manusia secara tak terbatas di seluruh negara anggota ASEAN 2015 ini. Warga dari negara yang satu dapat dengan bebas bergerak ke negara lain dalam lingkup Asia Tenggara dan melakukan kegiatannya sama seperti dia beraktifitas di negaranya sendiri. Seseorang bisa saja melamar pekerjaan dengan mudah tanpa harus menggunakan visa kerja, semuanya sudah akan sungguh terbuka, tidak ada lagi batas negara dalam masalah perekonomian karena memang inilah tujuan dari Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 ini, dimana ada Satu Komunitas, Satu Visi dan Satu Identitas. Lalu apa yang akan dapat membuat kita bertahan dalam melakukan kegiatan perekonomian ? Ya hanya satu hal, meningkatkan kemampuan agar menjadi manusia yang berkompeten, yang diperkuat bukti kompeten itu dengan sertifikasi kompetensi.

Aduuh apalagi ini ya, agar mampu menyongsong Komunitas Ekonomi ASEAN 2015, kita harus berkompeten dan dibuktikan salah satunya dengan sertifikasi. Lalu apa pengertian kompeten dan kompetensi ini. Kata “kompeten” berasal dari sebuah kata kerja dalam Bahasa Inggris – to compete, yang artinya bersaing, lalu mempunyai kata sifat – competent yang artinya memiliki kemampuan atau mampu serta mempunyai kata benda – competence yang artinya kompetensi atau kemampuan.

Secara umum menurut kamus Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Namun ternyata jika ditelaah lebih lanjut kompetensi memiliki makna yang jauh lebih komperehensif, sehingga kita tidak bisa secara mudah mengatakan bahwa seseorang itu kompeten atau belum kompeten.

Alasan pertama, bahwa kompetensi meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psimotorik atau dalam bahasa sederhana kita sebut dengan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attidude) dan biasa disingkat dengan KSA. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang melalui pengamatan akal yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk keterampilan. Keterampilan adalah kecakapan untuk memakai pengetahuan dalam bentuk nyata. Seseorang tidak bisa dikatakan kompeten bila salah satu aspek tersebut tidak terpenuhi. Sebagai contoh, seorang penata rambut yang kompeten harus mengetahui alat dan teknik penataan rambut yang ditentukan dan dipilih berdasarkan tipe rambut dan tujuan hasil penataan (pengetahuan), kemudian mampu menggunakan alat dan teknik tersebut sesuai prosedur yang berlaku (keterampilan) dan melayani serta mengkondisikan pelanggan aman dan nyaman selama proses penataan (sikap).

Jadi untuk menjawab pertanyaan apakah salon lokal akan tergeser jika di sekitar perumahan banyak berdiri salon-salon Thailand yang profesional dan mempunyai sertifikat tingkat internasional ? maka akan dapat dijawab bahwa itu adalah sebuah tantangan bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang bergerak di bidang Jasa Salon untuk memanfaatkan peluang yang sudah dimiliki dengan meningkatkan kemampuan sehingga mampu miliki daya saing untuk dapat berkiprah di Asia Tenggara dan bahkan di dunia. Belum tentu salon lokal akan tergeser dengan kehadiran banyak salon dari luar, asalkan penyedia Jasa Salon ini siap menghadapi kelemahan dan tantangan dengan kekuatan dan peluang yang dimiliki.

Bagaimana caranya ? Caranya dengan memiliki sertifikasi kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga otoritas yang sah, sebagai persyaratan kerja di pasar kerja nasional dan internasional. Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah pemberian sertifikat bagi seseorang yang memiliki kompetensi kerja sesuai dengan bidangnya, seperti definisi diatas sebelumnya, seorang dianggap memiliki kompetensi bila dia tidak hanya sekedar tahu, tapi juga mampu dan trampil serta bersikap sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilannya. yang mana proses pemberian sertifikasi dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi kerja baik yang bersifat nasional maupun internasional. Dengan memiliki sertifikasi kompetensi sesuai bidangnya maka seseorang akan mendapatkan bukti pengakuan tertulis atas kompetensi yang dikuasainya.

Di Indonesia, kompetensi kerja dalam bentuk SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) telah banyak dihasilkan oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) yaitu sebuah Badan yang dibentuk dengan Keputusan Presiden dan bertanggung jawab pada Presiden RI.

Selain memiliki sertifikasi kompetensi bagi para pekerjanya agar mampu bersaing, maka salon lokal juga perlu melakukan Analisa SWOT (Strength – Kekuatan, Weakness – Kelemahan, Opportunity – Keunggulan dan Threads – Tantangan ) yaitu

• menyadari adanya kekuatan dari jasa salon lokal ini berupa lokasi yang strategis (mudah dicapai baik oleh karyawan atau pelanggan), fasilitas salon yang dilengkapi dengan peralatan modern yang selalu dirawat dengan baik, harga yang ditawarkan mampu bersaing dengan salon Thailand, produk lokal yang sesuai dengan kulit pelanggan serta mengutamakan pelayanan kepada pelanggan dan tidak membiarkan pelanggan menunggu dalam waktu yang lama. Selain itu memiliki modal yang cukup dan berinovasi untuk melakukan usaha yang mendukung di sekitar salon seperti penjualan produk yang digunakan di salon, serta meningkatkan pelayanan ke rumah atau paket perawatan di salon.

• Menyadari kelemahan dari usaha jasa salon yaitu kesulitan mencari sumber daya yang terampil, sehingga perusahaan ini perlu meningkatkan kemampuan pekerjanya seperti penata rambut (Hair Stylist), pekerja yang melakukan manicure pedicure juga creambath ataupun facial. Sesudah meningkatkan kemampuan pekerja, mempertahankan pekerja yang sudah trampil dengan perjanjian kerja dan komunikasi yang baik sehingga mengurangi tingkat turnover yang tinggi di bidang ini

• Memanfaatkan keunggulan yang ada berupa tersedianya tenaga kerja dalam jumlah cukup banyak sehingga bisa dididik, upah kerja yang cenderung murah dibanding dengan Singapura, kebutuhan masyarakat yang cukup tinggi khususnya kaum perempuan, munculnya produk perawatan di media massa serta perkembangan teknologi peralatan perawatan yang semakin canggih seperti alat sedot lemak, peralatan untuk teknik laser dan lain-lain

• Menghadapi tantangan berupa ancaman pesaing di sekitar lokasi, ya termasuk munculnya salon Thailand tadi, adanya perubahan selera pasar (trend mode rambut dan tata rias wajah), teknologi yang sedang berkembang dengan munculnya teknologi baru yang mesti diikuti dan juga kondisi perekonomian yang cenderung berubah serta segmentasi pasar (wanita dewasa, wanita muda, remaja atau pria)

Jika pekerja di salon lokal sudah memiliki kompetensi yang memadai, maka berorientasilah pada pelanggan karena pelanggan adalah raja, keinginan pelangganlah yang harus diutamakan. Mempunyai prosedur yang jelas dalam melayani pelanggan juga sebuah hal yang penting, khususnya jasa kecantikan seperti ini, yang kebanyakan melayani kaum perempuan.

Saya pernah datang ke sebuah salon lokal, yang sudah mempunyai sertifikasi mutu ISO 9001 (Catatan : International Organization for Standarization 9001 adalah sertifikasi dengan standar internasional untuk sistem manajemen mutu) karena sudah teruji layanan dan kualitasnya. Saya dapat merasakan “perbedaan” hadir dalam situasi lokal yang bertaraf internasional, bagaimana karyawati salon menerima pelanggan mulai dari pintu salon dibukakan, menjawab pertanyaan pelanggan, menjelaskan aneka perawatan yang sesuai, melaksanakan tahapan dalam perawatan, mulai dari persiapan (menyimpan barang pribadi pelanggan), memberikan treatment dan sebagainya, semua dilakukan dengan profesional oleh orang-orang yang kompeten, sampai pelanggan selesai melakukan perawatan, diberi minuman dengan cara yang sungguh melayani pelanggan, membuat pelanggan pulang dan meninggalkan tempat itu, dengan kelegaan yang luar biasa dan terpuaskan atas pelayanan prima yang diberikan.

Dengan penuh percaya diri, membekali diri dengan peningkatan kemampuan dan memperoleh sertifikat kompetensi yang diakui secara internasional selaku pekerja di salon lokal, maka Indonesia akan bisa menyambut Komunitas Ekonomi ASEAN 2015, tidak perlu ragu bahwa salon asing akan menggeser salon lokal karena salon lokal juga memiliki segmen pasar yang jelas dan mampu bersaing di pasar internasional.

Tulisan ini disusun dalam rangka berpartisipasi dalam kegiatan #10DaysforASEAN (Hari ke-1)

Sumber Gambar : Ms Google