“Perubahan Dinamika Kerja : Dari Mutualisme ke Parasitisme”

Aku kerap menganalogkan sifat tumbuhan dengan aspek perilaku dan karakter manusia dalam tulisanku. Ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa periset terkait hal ini, salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dorothy Retallack. Retallack melakukan eksperimen pada tahun 1970-an yang menunjukkan bahwa tanaman yang terpapar musik tertentu tumbuh lebih baik. Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Cleve Backster. Backster melakukan eksperimen pada tahun 1960-an yang menunjukkan bahwa tanaman dapat merespons emosi manusia, meskipun hasilnya masih diperdebatkan.

Dari beberapa penelitian ini, aku meyakini adanya kesamaan antara manusia dengan tumbuhan, yang kemungkinan disebabkan terutama dalam cara tumbuhan beradaptasi, berkembang, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Sama seperti manusia, tumbuhan juga memiliki hubungan baik dengan sesamanya (intraspesifik atau interspesifik), maupun dengan jenis tumbuhan yang lain. Pada masa duduk di sekolah dasar, kita sudah mempelajari ada tiga hubungan dasar yang dapat terjadi, dalam kurun waktu tertentu dan memberikan dampak menguntungkan atau merugikan yaitu yang disebut simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensialisme.

Seperti tumbuhan, manusia berhubungan dengan sesamanya, pada umumnya karena ada prinsip saling menguntungkan, ingin bekerja sama untuk dapat saling bertukar pendapat dan berdiskusi karena berasal dari kepakaran yang berbeda dan berharap mendapatkan solusi dari kerjasama tersebut atau ada goal atau tujuan berupa temuan atau karya tulis yang dapat memberikan dampak dan manfaat pada banyak pihak dari penelitian bersama tersebut. Atau bisa juga kerjasama yang terjadi karena satu pihak memiliki dana dan mengharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dimanfaatkan di institusi atau negaranya, sementara pihak lain, tidak punya dana tapi punya keahlian dengan kapasitas periset yang mumpuni. Ini salah satu hubungan yang mungkin terjadi dan memberikan dampak yang menguntungkan pada kedua belah pihak, yang jika menggunakan istilah dalam hubungan pada tumbuhan adalah simbiosis mutualisme.

Contoh pada tumbuhan adalah hubungan antara lebah dan bunga, di mana lebah mendapatkan nektar, sedangkan bunga terbantu dalam proses penyerbukan. Atau kalau dalam dunia penelitian, pihak yang satu punya cuan, pihak yang lain butuh dana penelitian untuk publikasi jurnal, membuat prototipe atau paten, yang digunakan untuk memenuhi angka kredit dalam Keluaran Kerja Minimal (KKM) atau sekedar menambah pendapatan berupa honor sebagai narasumber dari kegiatan tersebut.

Lalu apa yang dimaksud dengan simbiosis parasitisme? Simbiosis parasitisme adalah suatu bentuk hubungan yang terjadi kala satu organisme mendapat keuntungan, sementara organisme lain dirugikan. Contoh: kutu yang hidup di tubuh hewan dan memakan darahnya. Contoh lain yang sering kita dengar adalah kehidupan benalu, tanaman benalu yang menempel pada pohon inangnya. Benalu mengambil air dan nutrisi dari pohon tersebut, sementara pohon inang mengalami kerugian. Kerugian yang dialami adalah batang pohon akan semakin kurus kering dan lama-lama lapuk karena kehabisan air dan nutrisi.

Apakah bisa dalam sebuah hubungan, yang semula simbosis mutualisme lalu menjadi simbiosis parasitisme atau komensalisme? contohnya pada tanaman apa dengan apa? Ya, tentu saja hal itu bisa terjadi. Dalam hubungan simbiosis, interaksi antara dua organisme bisa berubah dari simbiosis mutualisme menjadi parasitisme atau komensalisme, tergantung pada kondisi lingkungan atau perubahan perilaku salah satu organisme. Ini bisa terjadi karena faktor seperti perubahan ketersediaan sumber daya, perubahan iklim, atau tekanan lain di lingkungan.

Contoh perubahan hubungan simbiosis pada tanaman, misalnya adalah Jamur Mikoriza dan Tanaman. Semula, hubungan keduanya adalah simbiosis mutualisme, dimana Jamur mikoriza hidup di akar tanaman dan membantu tanaman menyerap air dan nutrisi (seperti fosfor) dari tanah. Sebagai imbalannya, jamur mendapatkan karbohidrat yang dihasilkan oleh tanaman melalui fotosintesis. Hubungan ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak pada awalnya. Lalu bagaimana hubungan ini dapat berubah menjadi Parasitisme? Hal ini disebabkan karena jika kondisi tanah menjadi sangat subur (misalnya karena penggunaan pupuk yang berlebihan), tanaman mungkin tidak lagi memerlukan bantuan jamur untuk mendapatkan nutrisi. Namun, jamur tetap mengambil karbohidrat dari tanaman, sehingga hubungan ini berubah menjadi parasitisme, di mana tanaman malah dirugikan.

Selanjutnya, apakah hubungan simbiosis mutualisme ini dapat berubah menjadi parasitisme pada manusia? Ya, perubahan dari simbiosis mutualisme menjadi parasitisme atau komensalisme juga bisa terjadi dalam hubungan manusia, terutama dalam konteks sosial, bisnis, atau personal. Hubungan ini bisa berubah seiring waktu karena berbagai faktor, seperti perubahan kebutuhan, kekuatan, atau tujuan dari individu yang terlibat, yang disebut sebagai perubahan dinamika, yang bisa saja terjadi tanpa diduga atau bisa juga disengaja karena harapan keuntungan berupa materi atau immaterial (tak berwujud). Dan bisa saja tidak dapat saling melepaskan karena unsur balas budi atau keterikatan yang sudah terjadi.

Yang dimaksud dengan perubahan dinamika kerja adalah perubahan yang merujuk pada perubahan dalam cara individu, tim, atau organisasi bekerja dan berinteraksi satu sama lain. Ini dapat mencakup berbagai aspek seperti struktur kerja, komunikasi, kolaborasi, dan adaptasi terhadap kondisi baru. Perubahan dinamika kerja sering dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor profesional termasuk teknologi, budaya kerja, kebijakan organisasi, serta perubahan dalam pasar dan ekonomi dan faktor non profesional seperti perilaku individu didalamnya.

Contohnya ketika salah satu pihak mulai mendapatkan lebih banyak keuntungan tanpa memberikan imbalan yang setara, atau bahkan mulai memanfaatkan sumber daya perusahaan lain tanpa izin, hubungan ini bisa menjadi parasitisme. Misalnya, jika satu pihak hanya “menumpang” popularitas atau jaringan distribusi pihak lain tanpa memberikan kontribusi nyata.

Atau dapat juga terjadi hal-hal yang “melenceng” dari perjanjian kerja sama, ketika salah satu pihak atau oknum tertentu mulai menuntut lebih dari apa yang telah disepakati dan bahkan mulai melakukan tindakan yang merugikan atau mengganggu, seperti meneror atau memanipulasi pihak lain, baik yang berada dalam tim atau diluar tim, maka hubungan ini bisa disebut sebagai hubungan parasitisme atau bahkan eksploitasi. Dalam konteks manusia, perilaku semacam ini dapat dianggap sebagai tindakan manipulatif atau abusive.

Tindakan menyimpang yang dilakukan seperti intimidasi, pemerasan, penguntitan (stalking), teror melalui media digital (cyberbullying atau cybercrime), jika memenuhi unsur-unsur yang diatur dalam undang-undang, pelaku tetap dapat dikenakan sanksi pidana dan sanksi perdata.

Nah, jangan sampai terjadi ya, hubungan kemanusiaan yang semula menguntungkan kedua belah pihak atau banyak pihak, jadi hubungan yang berujung di meja hijau, seperti benalu yang menggerogoti pohon inangnya, salah satu mati atau mati semua atau temannya yang mati.

Selamat bekerja.

Sumber gambar : AI


Menyambut Pagi di Selong Belanak

“The ocean stirs the heart, inspires the imagination and brings eternal joy to the soul.” – Robert Wyland: Ocean Life Themed 12 Month Undated Planner

Lokasi ini sesungguhnya masuk daftar ittenary kami di hari pertama, dengan tujuan melihat matahari terbenam dan iringan kerbau pulang kandang, namun karena sesuatu dan lain hal terutama karena angin mulai kencang berhembus di sore hari pertama itu, maka kami membatalkan menuju Selong Belanak. Jadilah kami menyambut pagi terakhir di Lombok di sini.

Bersyukur rasa penasaran kami terobati, memaksa diri untuk bangun lebih awal, kami berempat menuju ke Pantai Selong Belanak.

Selong Belanak adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Desa ini sebagian besar penduduknya bersuku Sasak. Di desa ini terkenal dengan keindahan Pantai baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing. (Wikipedia)

Langit biru, pasir putih, angin sepoi berhembus, semburat sinar matahari pagi yang mulai nampak di balik awan mendung di belahan yang lain.

Dengan menggunakan angkutan mobil online, kami menuju Pantai Selong Belanak, jaraknya sekitar 21 kilometer dari hotel tempat kami menginap di Swiss Belcourt Penujak, Praya, Lombok, atau sekitar 30 menit perjalanan. Dalam kendaraan, kami harap-harap cemas, apakah cuaca akan bagus, dapatkah kami menikmati pantai ini karena kami melihat jalan basah habis diguyur hujan dan ada terpaan rintik hujan.

Tujuan kami memang Laut Biru Bar and Restaurant, jadi maps googling kami mengarah ke sana. Kendaraan berhenti di gang masuk menuju pantai dan kami mulai berjalan menyusuri pantai, yang menurutku cukup bersih dan tenang sekali. Ada beberapa pedagang di pinggiran pantai, termasuk Laut Biru BR, namun mereka memang masih belum buka, bahkan payung pantai mereka pun belum berkembang. Kami menikmati pantai sebebas-bebasnya, membuat beberapa foto dan bahkan video berulang-ulang, sembari menunggu Laut Biru BB yang baru akan dibuka pukul 08.00.

Aku lupa tidak sempat menanyakan kapan persisnya Laut Biru BB ini beroperasi, namun dari ulasan yang aku baca, Bar dan Restaurant ini sudah ada sejak tahun 2013. Kami dipersilakan duduk walau waktu masih menunjukkan pukul 08.00 kurang. Karena kami masih ingin menikmati sarapan di hotel dan juga dibatasi waktu untuk segera kembali ke hotel, kami memesan minuman hangat dalam poci, pancake dan roti (hot fresh ginger, toast and preserved and stacked pancake with homemade jam) Lumayan untuk mengisi dan menghangatkan perut kami di pagi itu.

Laut Biru Bar and Restaurant, adalah tempat kuliner paling ujung di pantai Selong Belanak untuk saat ini, didominasi warna putih dengan perabot kayu di bagian depan resto. Suasananya cukup nyaman dan pelayanannya juga baik, semoga bukan karena kami pelanggan pertama pagi itu ya. Pelayannya juga ramah dan sabar menjawab pertanyaan kami.

Sebenarnya kami ingin memesan pizza atau makanan lain, tapi karena masih pagi, yang tersedia hanya menu sarapan pagi saja. Semoga lain kali kami dapat berkunjung lagi kemari dengan waktu yang lebih leluasa, untuk menikmati matahari terbit dan terbenam dengan melihat sekawanan kerbau, berangkat dan pulang kandang.

Selain itu, di area resto ini, ada sebuah galeri kecil yang apik dan aku suka banget, menjual banyak pernak pernik, mulai dari asesoris, pakaian, kain tenun dan juga gerabah cantik. Sesungguhnya aku naksir dengan gerabah yang sebagian berwarna biru ini namun kebayang bagaimana harus membawanya ya.


Sugeng Ambal Warsa ke-88

18.09.2022 adalah HUT Bapak Prof Bambang Hidayat yang ke-88. Buat aku, Bapak sudah seperti orangtuaku sendiri. Aku mengenal beliau sejak penyusunan buku antologi cerita anak yang berjudul Aku dan Alam Semesta, pada akhir Desember 2018. Beliau banyak memotivasiku untuk banyak membaca dan menulis serta berbudipekerti.

IMG-20220918-WA0032

Puji syukur, Bapak masih diberi sehat dan semangat yang luar biasa sampai dengan saat ini. Walau belum bisa hadir pada hari ini, aku berterimakasih pada mbak @dyahdey untuk buket bunganya, kak Betty dari @bettys.kitchenbandung untuk apple pie nya, yang menambah sukacita Bapak. Terima kasih juga mbak @arianiwulandari untuk foto bunganya.

Slide ke-5 adalah foto bersama di HUT Bapak tahun lalu (2021) bersama bu Sunartri dan keluarga yang penuh kehangatan.

Mengenal Keluarga Bapak Bambang, aku jadi ingat tulisan, yang mengatakan bahwa family isn’t always blood. As we go through life, we meet people who inevitably become so close to our hearts that they might as well be real family.

Family isn’t always blood. It’s the people in your life who want you in theirs. The ones who accept you for who you are. The ones who would do anything to see you smile, and who love you no matter what.

I’m starting to realize that family isn’t always blood…it’s the people who are there for you when no one else is. – Ashley Jade

Sugeng ambal warsa Bapak Prof Bambang Hidayat

4 I.C. Reunion

Aku memiliki beberapa sahabat dekat, baik di SD, SMP maupun SMA, bahkan sampai kuliah di Akademi dan Universitas. Yang kumaksud dengan sahabat dekat, mungkin sama dengan istilah anak angkatan milenial dengan istilah “genk”. Ha ha iya, boleh dikata demikianlah, aku juga punya genk.

4ic

Di SD, aku “menganggap” genk ku yang lagi, selalu terdiri dari empat orang termasuk aku adalah Marisol F Raket, Ramona Panggabean dan Yohana Siahaan. Sedangkan di SMP adalah Soraya Ratna, Rafaella Rumantir dan Yosephine Tobing. Sedangkan di SMA, yang mau aku ceritakan kali ini terdiri dari Natalia Kirana, Benedicta Zenny AT dan Agnes Retno Sukengsih. Di Akademi dan Universitas juga demikian.

Kami berteman sejak duduk di kelas II IPA -2 SMA Tarakanita, tepatnya setelah penjurusan IPA-IPS-Bahasa (Angkatan lulus tahun 1986). Kami bertemu tanpa sengaja, selain karena kami duduk berdekatan, ternyata oh ternyata kami juga sama-sama penggemar grup musik The Beatles dan pada masa itu kami juga sama-sama menyukai sosok perwira (maklum kami berada di sekolah yang semuanya perempuan), jadi sosok pria idaman selalu menjadi bahan pembicaraan kami 😀

Mengapa genk kami bernama 4 IC ? 4 I C adalah singkatan dari Four Innocent Children, atau kalau kami baca, bisa menjadi “For I See” yaa…. kami adalah empat anak tanpa dosa di masa itu, empat anak remaja menjelang pemudi, yang sedang mencari jati diri namun tak sempat gaul karena berkutat dengan materi pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Aritmatika, Calculus, Aljabar, Trigonometri, di antara jadwal padat praktek di laboratorium dan kewajiban mengikuti ekstrakurikuler, belum lagi terengah-engah mengikuti kegiatan belajar, ntah karena standar sekolah kami yang sangat tinggi, sebagai salah satu sekolah terbaik di kawasan elite Jakarta Selatan, atau kemampuan otak kami yang pas-pasan 😀 (ngakak guling-guling)

Materi SMA yang ekstrim berat, berseling juga dengan pelajaran PKK yang ga kalah sulit, yaitu menjahit, dengan bu guru senior, bu Yus plus pelajaran Gambar yang mengajarkan gambar ruang bersama pak guru muda yang waktu itu masuk dalam kategori ganteng, ntah karena tidak ada lagi yang muda di masa itu atau kami yang kelewat usil, namun cukuplah kehadiran pak Gofar mencerahkan hari-hari kami, walau tugas gambar dari beliau juga bisa membuat kami tidak tidur.

Pertemanan kami di SMA juga bukan tanpa masalah, ntah karena masalah kami di rumah, tugas atau nilai-nilai kami yang amburadul atau pun masalah kami dengan diri kami sendiri, membuat kami kadang bisa saling manyun satu sama lain. Biasanya kami secara berurutan menuliskan itu dalam buku curhat kami berempat. Namun ya walau maksud mengisi buku itu untuk curhat, kerap buku itu tidak beredar-edar juga di antara kami, ya boro-boro mau curhat, wong kami sendiri juga sedang sibuk. Tapi pada saatnya, buku itu akan menjadi saksi tumpahan ke-bete-an kami, sampai berlembar-lembar halaman, pada banyak hal 🙁

Demikianlah kami waktu itu, yang berjuang mati-matian untuk bisa lulus dari SMA favorit idaman (orang tua) kami 😀 haha bukan, bukan, buat aku yang lulusan (perempuan) dari SMP Pangudi Luhur, memang sebagian besar akan melanjutkan ke SMA Tarakanita karena SMA Pangudi Luhur hanya untuk anak laki-laki.

Setelah sekian lama tak berjumpa (terakhir kami bertemu, awal 2016), akhirnya kami merencanakan bertemu pagi hari ini, 9 Februari 2019, untuk tujuan yang berbeda. Aku juga lebih menyukai reuni dalam kelompok-kelompok kecil seperti ini karena kebutuhan jiwa raga untuk saling mengisi, selalu lebih mengena. Seperti yang kami lakukan hari ini. Tujuan yang berbeda karena kami akan berada di tempat reuni yang berbeda, yaitu di TPU Kampung Kandang. Betul, salah satu dari kami, sudah menyelesaikan tugasnya di dunia dan dipanggil pulang oleh Bapa Sang Pencipta, walau ia selalu berada di hati kami, Agnes, sahabat kami, teman sebelah mejaku, sudah tiada sejak 10 Desember 2016.

f3f2a f1

Terima kasih teman sahabatku, untuk pertemuan hari ini, selain mengenang kebersamaan kami bersama Agnes, kami juga banyak saling bercerita mengenai kehidupan yang kami jalani, anak-anak, suami, pekerjaan, orang tua dan kehidupan pribadi kami sendiri. Tak cukup rasanya pertemuan selama empat jam hari ini, namun setidaknya tali silaturahmi ini tersambung lagi dan dapat mengobati rindu, kami bisa saling menguatkan dengan apa yang kami jalani.

Dilanjutkan dengan mie special di Bakmi GM PIM dan diakhiri dengan obrolan di warung kopi Starbucks, pertemuan ini berakhir namun bukan untuk yang terakhir, kami akan jumpa lagi, Pasti.

Reuni PSDM UI X : Tiada Kesan Tanpa Kehadiranmu

Yess, akhirnya jadi juga kami pergi reuni ke Cirebon !! Begitulah kira-kira yang ada di benak kami para alumni PSDM FISIP Universitas Indonesia Angkatan X yang lulus tahun 2008-2009 sekian tahun lalu. Sebegitu girangnya kah ? Ya iyalah…karena setelah beratus-ratus kali batal eh (lebai) berkali-kali gagal berkumpul walau hanya untuk berbuka puasa bersama.

Setelah 7 tahun...nambah bobot

Setelah 7 tahun…nambah berbobot

Akhirnya bisa juga kami berangkat hanya dalam gebrakan dua minggu saja dari Ketua Panitia, mas Henky Hidayat dan Tuan Rumah eh Nyonya Rumah yang Nona, halah apa ini, mbak Nona Putu maksudnya, yang langsung memesan tiket kereta api, booking hotel, sewa mobil dan menyusun ittenary, jadilah kami ber-12 kumpul bersama.

Tiba di Cirebon

Tiba di Cirebon

Dua belas orang dari 24 alumni, berarti sudah 50% dari kami akan berkumpul di Cirebon. Berawal dari Gambir, kami berangkat dengan kereta api menuju Cirebon. Sungguh rasanya mengharukan bisa bertemu akhirnya, walau tidak lengkap. Perjalanan Jakarta menuju Cirebon yang menempuh waktu kurang lebih 2 jam 30 menit, kami isi dengan bincang-bincang sambil ngemil dan membalas jam tidur kami yang berkurang karena berangkat pagi hari ke Stasiun.

 

Antri di Nasi Jamblang Ibu Nur...wajah lapar ?

Antri di Nasi Jamblang Ibu Nur…wajah lapar ?

Sesuai ittenary, reuni kami memang “hanya” diisi dengan kuliner cemilan dan belanja batik. Jadi setelah kereta sampai di Cirebon dan kami disambut rekan kami Nona, maka kami langsung diajak menuju ke Rumah Makan Nasi Jamblang Ibu Nur, padahal waktu baru menunjukkan pukul 10.30 lho, cemilan pertama…..Nasi Jamblang

Ini pesananku....

Ini pesananku….

Iya ini pesananku….hm porsi nasinya kecil (ngeless dot com) jadi minta dua porsi, plus tahu sepotong, perkedel imut satu, terong balado bagi dua sama bu Ita dan cumi dipotong-potong, dimakan ramai-ramai….nah imut kan, cocok buat cemilan 😀

lihat, pilih, taruh, lihat, pilih, beli....Batik Hafiyan Lega bisa ngeganjel perut (maklum hanya cemilan), adalah tenaga buat ngacak-ngacak kain batik di Batik Hafiyan di Kampung Batik Trusmi. Kalaaaap….mau yang murmer Rp 100.000,- untuk 3 lembar, sampai yang ratusan ribu juga ada. Sesuai tujuan semula, selain beli yang murmer dan satu lembar kain Dobi, aku juga milih satu kemeja buat suami….ehm supaya exit permit berjalan lancar 🙂

Empal Amarta

Empal Amarta

Walau belum puas benar, tapi apa daya toko Batik Hafiyan semakin banyak pengunjung, juga para alumni kaum Bapak mulai bosan menunggu, kami sepakat lanjutkan perjalanan, kemana ? menuju cemilan kedua, yaitu Empal Gentong Amarta. Niat pertama saat masuk ke rumah makan ini adalah makan empal gentong dengan lontong saja. Namun setelah duduk manis di lantai dua, pelayan memberi info kalau lontong habis. Baiklah, diganti nasi saja mbak, setengah porsi. Saat piring nasi setengah porsi disajikan, beberapa wajah tampak kecewa, karena porsi imut tadi, akhirnya setengah porsi menjadi sekian porsi, apalagi ditambah dengan bau daging sate kambing yang begitu menggoda….

Empal Gentong

Empal Gentong

e2

Sate Kambing….oh

Di rumah makan ini, menyediakan dua macam empal, yaitu empal gentong dan empal asem. Empal Gentong hampir sama dengan soto daging (atau jerohan) bersantan, sedangkan Empal Asem hampir mirip dengan asem-asem daging (atau jerohan) dengan kuah bening. Buat aku, sate nya yang ga nahanin, empuk dengan gajih (lemak) bening….uh kolesterol mana tahan 😉 lupakan kata teman-teman, ada lipitor…

Perut kenyang, hati senang, rencana selanjutnya menuju ke Kesultanan Cirebon. Dengan dipandu pemandu yang masih kerabat keluarga Sultan, kami berkeliling kedalam Kesultanan, mulai dari Bale Pertemuan, sampai ke Museum dan Sumur Agung.

Berfoto di depan Kereta Sultan

Berfoto di depan Kereta Sultan

Cukup lelah dengan perjalanan sampai dengan sore ini, kami menuju hotel Bentani, untuk check in dan beristirahat sejenak, sebelum melanjutkan makan malam di Salt Resto Seafood di daerah Geronggong

r7Kami mengakhiri malam reuni ini, dengan berkaraoke di Inul Vista, walau dengan perut kenyang dan sempoyongan setelah menikmati kepiting lada hitam dan es campur sempoyongan, jagonya Salt Resto 🙂

Akhirnya pagi pun tiba, waktunya check out. Pukul 10.00 kami berkumpul di lobi setelah sarapan pagi dan ngobrol banyak hal di ruang makan hotel

r9Destinasi pertama sebelum pulang adalah sarapan kedua di Empal Gentong Bu Darma, yang rencananya dinikmati dengan lontong, namun ternyata lontong juga hanya ada tiga porsi, jadilah kembali menikmati empal gentong dengan nasi (lagi) 😀

 

r10Perjalanan dilanjutkan membeli oleh-oleh di Toko DAUD, disana tersedia berbagai pilihan khas Cirebon seperti sambal nasi Jamblang, sambal ikan jambal roti, bumbu empal gentong, tape ketan Sari Wangi, teh Upet dan sirup Cimpolay. Juga tersedia paket mangga gedong dan tahu gejrot.

Karena masih ada banyak waktu untuk ke Stasiun, Pak Cepy yang mengantar jemput kami, menyarankan untuk mampir di Rumah Kerang Multi Dimensi, wah benar-benar surprise dengan produk kerajinan yang ada disana, mulai dari aksesoris perhiasan ukuran kecil sampai tempat tidur ukuran besar, semua terbuat dari kerang ada disana.

Rumah Kerang

Rumah Kerang

Akhirnya waktu pula yang mengakhiri Reuni yang penuh canda sepanjang perjalanan ini, kami harus berpisah dan kembali ke Jakarta dengan kereta api menuju Stasiun Gambir. Mohon maaf lahir batin jika ada canda dan salah tindak selama pertemanan, reuni perlu dihadiri untuk mengingat bahwa bersama teman-teman inilah kami pernah berjuang mengerjakan tugas yang diberikan para dosen di perkuliahan di kelas PSDM FISIP Universitas Indonesia, lulusan tahun 2008-2009.

Bye bye Cirebon

Bye bye Cirebon

Sampai jumpa lagi di Reuni berikutnya, yang lebih ramai, lebih banyak, lebih heboh dan lebih seru. Semoga kita semua diberi kesehatan dan panjang umur serta waktu untuk bertemu lagi 🙂

Foto2 : Pribadi n P Pupung

Reuni Dalam Pesta Emas 50 Tahun SMP Pangudi Luhur

#sahabatselamanyaTepat dua minggu yang lalu, aku hadir dalam gegap gempitanya Pesta Emas 50 Tahun Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pangudi Luhur. Tepatnya Pesta Emas ini jadi ajang reuni semua angkatan, dari angkatan termuda sampai dengan angkatan tertua 🙂 terus terang aku sendiri sejak tamat dari SMP pada tahun 1983 dan melanjutkan ke SMA Tarakanita, tidak pernah lagi berkunjung ke SMP dan bertemu teman-teman, khususnya teman-teman pria dari SMP Pangudi Luhur karena SMA Tarakanita hanya dikhususkan untuk wanita. Seandainya ada kegiatan bersama dengan SMA Pangudi Luhur, dimana sebagian besar teman pria melanjutkan kesini, tidak banyak yang bisa kutemui dalam kegiatan yang aku ikuti.

 

Singkat cerita, 1 Agustus yang lalu, adalah pertama kalinya sejak tamat 32 tahun yang lalu aku kembali menginjakkan kaki di sekolah dan bertemu banyak temanku semasa SMP serta tentu saja dengan Para Guru. Ada berbagai rasa yang kurasakan saat itu, mulai dari saat berjalan dari rumah sahabatku, tempat aku bermain setelah pulang sekolah atau menunggu jemputan, di Jalan Haji Raya menuju ke sekolah. Jalan yang hampir sering aku lalui masa itu sangat berbeda saat aku lewati kemarin bersama dua dari tiga sahabatku. Sambil berjalan kami tertawa dan terus bercerita mengenang masa-masa kami di SMP.

r1Ber-3, kurang 1 lagiReuni akbar Pesta Emas 50 Tahun SMP PL yang kabarnya dihadiri kurang lebih 1.500 lulusan ini memang sudah mulai membuat kepadatan lalu lintas di Sabtu Pagi sepanjang jalan Haji Nawi meningkat. Memasuki pintu gerbang halaman perparkiran sekolah sudah banyak umbul-umbul dipasang untuk menyambut kedatangan kami. Sudah tampak alumni baik senior maupun yunior dengan seragam angkatan berkumpul dalam kelompok-kelompok sejak kami masuk. Di pintu masuk sekolah, kami disambut Bruder Kepala Sekolah dan para Guru dengan salam hangat mereka.

Kami berfoto di lobi gedung sekolah dengan latar belakang foto para Kepala Sekolah yang pernah memimpin SMP Di lobi Gedung SMP PLKami mulai memasuki halaman sekolah yang sudah sangat berubah dengan masa aku di SMP dulu. Halaman sudah dipenuhi banyak alumni. Kami berusaha mencari teman-teman satu angkatan tapi hanya tampak beberapa orang di bagian registrasi angkatan.

Lapangan Tengah dan Ruang KelasRegistrasi Per AngkatanSelanjutnya kami menuju tribun lapangan Olah Raga di belakang sekolah dan disana ternyata telah banyak teman kami berkumpul. Banyak sekali teman yang tidak pernah aku temui sejak tamat sekolah, bahkan tidak pula melalui social media. Kami saling bersalaman dan membuat foto bersama. Saling mengobrol satu sama lain dan menanyakan kabar satu dengan lainnya.

Angkatan 83Acara ini akhirnya dibuka tepat pukul 09.00 pagi, diawali dengan lantunan musik dan lagu keroncong dari adik-adik SMA Pangudi Luhur dan performance “Colour Guard” dari adik-adik SMP Pangudi Luhur serta Youth Choir yang telah banyak memenangkan kejuaraan tingkat dunia. Sebagai puncaknya, adalah dialog kesan dan pesan dari alumni SMP Pangudi Luhur yang telah menjadi orang penting di Indonesia, diantaranya Agus Martowardoyo, Gubernur Bank Indonesia dan Bambang Wijayanto, Menteri Keuangan.

Dialog dengan MC : KepraDi akhir acara, hiburan dari para alumni yang gerak dan lagu. Sebelum meninggalkan tempat karena ada kegiatan lain, angkatan kami berfoto bersama di booth Panitia

!Akhirnya, aku yang biasanya lebih menyukai reuni dalam kelompok-kelompok kecil, bersyukur bisa hadir dalam reuni akbar kali ini. Getar rasa bahwa aku pernah berada disini begitu terkesan mendalam. Sampai terharu saat menyanyikan lagu Mars Pangudi Luhur. Semoga kita semua diberi kesehatan dan umur panjang sehingga bisa hadir di reuni berikutnya, lima atau 10 tahun mendatang. Hiduplah SPL, sahabat selamanya !!

friend

Selalu Bersama Saat Jalan-jalan

Setiap orang yang sering jalan-jalan atau melakukan perjalanan pasti punya benda yang wajib kudu harus dibawa saat bepergian. Dulu, waktu aku masih muda, setiap pergi keluar kota untuk tugas kantor, aku mesti bawa buku cerita dan buku catatan plus alat tulis tentunya, karena masa itu gadget belum sepopuler sekarang. Masa-masa menunggu di bandara atau stasiun, lebih banyak aku gunakan untuk membaca atau membuat coret-coretan. Jadi kedua benda itu mesti ada didalam tasku.

Nah kalau sekarang, dengan bertambahnya usia dan perkembangan jaman, hampir semua berita dan segala sesuatu yang layak dibaca ada dalam genggaman yang namanya gadget. Jadi yang membuat aku kalang kabut dalam perjalanan kalau sampai tidak membawa tiga benda ini, yaitu buku, kaus kaki dan tutup kepala.

Apa nih kegunaan tiga benda ini. Yang pertama kaus kaki, sudah pasti untuk mengurangi dingin di kaki. Maklum semakin tua ini, baik di ruangan hotel yang ber AC atau pun tidak, kaus kaki menjadi penyelamat dari gigitan nyamuk dan serangga selain sebagai penahan dingin. Sedangkan tutup kepala digunakan sebagai penyelamat rambutku yang kriwil-kriwil dari tiupan angin. Untuk buku ya sudah pasti, untuk menemani kalau mesti tidur di hotel sendirian saat dinas keluar kota, daripada jalan-jalan keluar hotel, kalau sendirian ya mending baca buku sambil menunggu telpon dari rumah.

Sebenarnya kalau pun thoh barang-barang ini tertinggal, masih bisa kita membeli penggantinya di toko di Bandara, banyak bahan bacaan bisa dibeli disana, dari koran baik berbahasa Indonesia maupun bahasa Asing, buku cerita bergambar sampai novel hebat. Demikian juga untuk kaus kaki dan tutup kepala. Namun kadang saat bepergian, tidak banyak waktu kita untuk memilih buku. Ataupun untuk kaus kaki dan tutup kepala, seandainya kita mendapatkannya di bandara atau stasiun, tentu perlu waktu untuk mencucinya lebih dahulu, padahal barang itu akan langsung digunakan, bisa jadi didalam pesawat ataupun dalam kereta api. Jadi ya lebih baik membawa barang-barang ini masuk kedalam tas tangan, selain membawa cadangannya masuk kedalam koper.

Kalau jalan-jalannya dekat saja, ke mall misalnya apa benda yang wajib dibawa, hehe kalau aku yang wajib dibawa ya alat make up standard aja seperti bedak compact, lipstick dan sisir. Tiga benda wajib seperti kaus kaki dan tutup kepala, tidak wajib dibawa jika hanya pergi jarak dekat, sedangkan buku tetap wajib adanya karena bisa dimanfaatkan saat menunggu antrian di kasir atau menunggu kendaraan penjemput atau kendaraan umum. Hanya tebalnya halaman buku yang membedakan, bawa yang tipis-tipis aja kalau pergi ke mall atau ke sekolah anak.

Untuk Myra Anastasia, terimakasih ya untuk kesempatan berpartisipasi dalam Give Away pertamanya 1st GA Jalan-Jalan KeNai. Hadiahnya keren-keren. Aku mau semuanya deh, paket buku Ilana Tan suka banget, buat nemenin di jalan. Handmade planner juga oke. Buku-buku yang lain juga jempol. Mau semuanya niiih. Sukses ya Myra, semoga semakin produktif berbagi dan bermanfaat buat banyak orang 🙂

1st GA Jalan-Jalan KeNai

Temu Kangen di Warung Ku, Tebesaya, Ubud

Menemui sahabat di luar kota tentu menyenangkan sekali, apalagi jika sudah lama tak bertemu. Aku bertemu Marisol, sahabatku semasa SD terakhir saat reuni SD beberapa tahun yang lalu, maka setelah tahu Marisol ada di Tebesaya Ubud, tentu aku ingin sekalian bertemu di tempat usahanya sekarang, Warung Ku

Bertempat di Tebesaya Raya akhirnya aku dan suami berhasil menemukan “Warung Ku” (setelah sehari sebelumnya terburu-buru mencari tempat ini), tepatnya berlokasi dekat Pasar Peliatan. Jika datang dari arah Andong, maka Jalan Tebesaya ada di sebelah kanan sebelum Pasar Peliatan. Sedangkan jika dari Tegalalang, melewati Andong, sampai Patung Arjuna berwarna putih, terus sampai ketemu pertigaan. Warung Ku juga berada satu deret dengan Gedung Olah Raga dan Kesenian Desa Peliatan, pasti semua orang di sekitar sana tahu tempat ini.

Usaha yang dirintis belum lama ini dengan sang suami, mulai menampakkan hasil berkat keahlian suami Marisol meracik bumbu sendiri dan memilih bahan baku sehingga kaldu masakan dan bumbu-bumbu nya mempunyai rasa yang khas dan sedap. Suami Marisol menyiapkan masakan sementara kami ngobrol kesana kemari 😉

Pada kesempatan berkunjung ini, kami mencicipi satu porsi menu andalan Warung Ku yaitu Soto Ayam, yang ayamnya langsung disiapkan saat kami datang. Kuah soto nya kaya rasa, wangi, sedap dan segar. Sambalnya enak, pedes nya pas dan nendang juga. Pas banget dimikmati dengan teh tawar hangat ataupun es teh manis di hari yang cerah di Ubud siang itu.

Ada banyak menu andalan mereka dan harganya sama sekali tidak mahal, tapi Warung Ku tutup lho kalau hari Minggu, kali ini khusus dibuka karena tahu kami akan datang. Baik banget kan pasangan ini. Yuk mampir dan rasakan kelezatannya, ga kalah lho dengan resto berbintang. Sukses selalu buat Marisol dan suami 🙂 Makasih ya atas jamuan makan siangnya, maknyuzzz