Puji Tuhan, itu yang bisa aku ucapkan dengan pertemanan atau persahabatan kami ini. Enam tahun yang lalu, secara tidak disengaja kami bertemu, awalnya hanya karena masing-masing kami ingin mengantar dan menemani anak-anak kami yang baru pertama kali berlomba di luar kota. Dari beberapa ibu yang belum saling kenal sebelumnya, kami bergabung untuk berangkat bersama dan sharing kamar bersama, benar, tujuannya hanya satu, bersama-sama melihat anak-anak kami. Tapi ternyata kehadiran kami dalam Pesparawi VIII di Medan tahun 2006 bukan hanya untuk anak-anak kami saja, melainkan untuk semua anak dalam PSA Kontingen Banten (PSAB). Kami bukan official waktu itu, tapi kami peduli pada semua anak, kami ikut sibuk mendandani mereka saat mereka tampil.
Tahun 2009 dalam Pesparawi IX di Samarinda, kami menjadi official PSAB, dengan meningkatnya usia anak kami dan keterbatasan usia dalam kategori PSA, hanya beberapa dari kami yang bisa ikut dalam Pesparawi tersebut. Dan kali ini, pada tahun 2012 dalam Pesparawi X, kami tinggal bertiga, walau juga dibantu dengan beberapa pendamping anak-anak yang lain. Entah mengapa kami masih bisa bertiga, walau anak dari tante mami Ruth dan tante mami Ratna tidak ikut dalam kelompok PSAB ini, tapi kedua tante ini sangat bersuka hati terlibat dalam kegiatan ini. Intinya hanya satu, pelayanan dan besarnya kecintaan mereka berdua pada anak-anak.
‘Tante Mami’ begitulah anak-anak PSAB memanggil kami. Tante Mami adalah kami ini yang ikut merasa sedih kalau anak-anak sakit atau lapar. Walau secara materi, kami berusaha mencukupi kebutuhan jasmani kepada mereka selama latihan, tidak kurang juga perhatian kami secara spiritual kami sampaikan dari hati ke hati kepada anak-anak. Menjaga semangat anak-anak usia antara 12 sampai dengan 15 tahun ini bukanlah hal yang mudah buat kami, apalagi mereka berasal dari latar belakang keluarga dan budaya yang heterogen. Ada kala anak-anak ini susah dan sedih tanpa sebab yang jelas, disinilah tugas ‘Tante Mami” memperhatikan mereka satu per satu, memberi semangat, menegur mereka, menampung curhat mereka di kala diperlukan.
Kesibukan ‘Tante Mami” semakin bertambah terutama detik-detik menjelang keberangkatan Kontingen ke Kendari, dimulai dari Pelepasan Kontingen di Pendopo Gubernur Propinsi Banten,
Tante Mami juga heboh di Malam Pembukaan Pesparawi di Tugu Persatuan, Kendari
Di sela-sela kesibukan anak-anak PSAB berlatih, Tante Mami juga belanja semua kebutuhan ekstra makanan buat anak-anak, seperti susu, roti, mie dan lain-lain, dan diantara waktu itu (namanya juga) Tante Mami menyempatkan diri berlari-lari mampir melihat-lihat cindera mata dan kerajinan yang ada di Kendari 🙂
Disini salah satunya, pusat tenun dan bordiran khas Kendari, bagus kan warna warni tenunannya ? Pengen borong semua rasanya buat seragam kalian, anak-anak PSAB !!
Atau disini nih, di Pusat Kerajinan Propinsi Sulawesi Tenggara, di Jalan Ahmad Yani, tidak jauh dari penginapan kami, sementara anak-anak masih sarapan, Tante Mami udah lari duluan kesini 😀
Di saat anak-anak PSAB istirahat siang, Tante Mami membawa kabur pelatih dan Om Noke Sahusilawane untuk berfoto di Teluk Kendari
Sebelum pulang, tentu dong Tante Mami tidak lupa berjalan-jalan ke Pasar Tradisional dan Tempat Oleh-oleh. Apa sih yang dibeli Tante Mami di pasar ? Ya semua yang khas Kendari deh, ada ikan sunu, ikan bete-bete, ikan teri, gula kelapa, kacang mete, kue bagea, kue membiri, coklat khas Kendari buat menghibur orang-orang yang Tante Mami tinggal di rumah…. 😉
Entah kapan lagi kami bisa bersama seperti ini, semoga dalam Pesparawi XI, tiga tahun mendatang di Ambon ? Semoga kami semua diberi kesehatan dan panjang umur dan Tante Mami yang lain, teman-teman kami dulu bisa ikut bergabung bersama kami dan yang terpenting, semoga orang-orang terkasih di sekitar kami juga bersedia mendukung bentuk pelayanan kami yang unik ini.