Hotel Sopo Toba, Ambarita

Hotel Sopo Toba, adalah sebuah hotel yang terletak di desa Ambarita, Pulau Samosir. Hotel ini didirikan pada tahun 1983 dan mulai beroperasi pada tahun 1985.Lokasinya terletak di sebelah kanan jalan dari Tomok arah Pangururan, jadi sudah dapat dipastikan bahwa penginapan ini akan berhadapan langsung dengan Danau Toba.

Mulanya kami memilih hotel ini, karena searching di internet dan referensi dari teman, yang baru saja pulang dari Samosir. Ada satu hotel lagi yang sudah aku hubungi sebelum berangkat menuju Samosir dan berlokasi di Tuk Tuk. Namun karena kami tiba di Samosir, setelah proses menyeberang dengan antrian yang cukup panjang, sekitar pukul 21.00 malam, tidak ada kesempatan bagi kami untuk memilih. Kondisi malam itu cukup gelap dan lokasi termudah untuk dicapai ya hotel Sopo Toba ini. Jadilah, suamiku membelokkan kendaraan kami masuk kedalam pelataran parkir hotel.

Sebelumnya, aku sudah melakukan reservasi hotel sejak bulan Juli 2011 (kami berangkat akhir Agustus 2011), dan sesuai informasi yang kami peroleh dari pengelola, Rismawati Simarmata, kami reservasi kamar Junior Suite, yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari tepian Danau Toba.

Menikmati pagi dari tepi hotel

Atau bisa juga duduk-duduk disini, menikmati pagi

Ruang Makan dan Pertemuan di Sopo Toba

Kamar yang kami tempati adalah tipe Junior Suite dengan harga sewa Rp 450.000,- Kamarnya terdiri dari 2 ruang besar. Ruang pertama adalah ruang tamu dengan sofa dan TV. Ruang yang kedua adalah kamar tidur dengan kamar mandi yang cukup besar.

Secara keseluruhan, kami cukup puas berada disana, terutama karena suasana yang nyaman, pemandangan yang indah bisa kami nikmati dari sana, hanya karena lokasi yang cukup jauh kebawah dari tempat parkir ke kamar kami, membawa jalan naik turun menjadi kurang nyaman. Juga saat kami datang, air minum panas dalam termos tidak siap pada waktunya, memang kami datang kemalaman akibat padatnya jalur penyeberangan.

Silakan kunjungi website nya di www.hotelsopotoba.com

 

 


Danau Toba dari Menara Pandang Tele

Perjalanan kami lanjutkan ke Menara Pandang Tele, sebenarnya tempat ini tidak berada lagi di Pulau Samosir melainkan sudah terletak di daratan Sumatera namun masih masuk dalam Kabupaten Samosir. Setelah check out dari penginapan kami di Aek Rangat, kami pun mulai memasuki daratan Sumatera dengan jalur berkelok-kelok dan menanjak ciri khas jalan menuju tempat yang lebih tinggi dengan kondisi jalan rusak dan berdebu. Banyak orang, terutama pendatang, yang tidak berani melewati jalan jalur Tele ini menuju kota Medan karena jalannya yang sempit untuk berpapasan dua kendaraan dan curamnya tebing di salah satu sisi jalan. Namun memang indahnya pemandangan tak terelakkan untuk dinikmati dalam perjalanan ini. Jarak antara ibu kota Kabupaten Samosir atau kota Pangururan menuju Menara ini sekitar 22 km melalui Tele, yang merupakan satu-satunya akses jalan darat dari Pangururan ke Tele. Sekitar 40 menit akhirnya sampailah di Menara Pandang Tele. Konon kabarnya titik tepat di Menara ini merupakan titik dimana bangunan tertinggi ada di tempat ini, karena setelah melewati Menara Pandang, jalan yang kami lalui akan menurun sampai ke kota berikutnya.

Menara Pandang di Tele ini merupakan bangunan berlantai 3, yang hanya bisa dinaiki dengan tangga saja. Terletak tepat di tikungan jalan yang menanjak, bersyukur ada pelataran parkir untuk memarkir kendaraan, sehingga mobil bisa di parkir dengan aman. Dari tiap lantai, pemandangan indah dan luasnya Danau Toba tampak, dan tentu saja terindah berada di lantai teratas, juga keindahan alam di sekitarnya, seperti air terjun. Wah benar-benar terpuaskan mata memandang Danau Toba dari puncak Menara. Konon kabarnya, biasanya tempat ini dimanfaatkan banyak orang untuk menikmati matahari terbit dan terbenam. Setelah berfoto disana, kami beristirahat sejenak di warung yang ada, maklum hari sudah siang dan kami belum makan siang, sambil menikmati dinginnya hawa udara di Tele dengan semangkuk mie panas pedas cabe rawit dan teh manis hangat, keindahan ini kami hayati dan enggan untuk meninggalkannya.


Menyambut Pagi di Ambarita

Tulisan mengenai Ambarita akan dibagi dua judul, yang pertama mengenai Ambarita dan kedua mengenai Hotel Sopo Toba di Ambarita.

Ambarita merupakan salah satu desa di kecamatan Simanindo, kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Dari desa ini, kecantikan Danau Toba dapat kita tengok. Membicarakan Danau Toba memang tidak akan habisnya, sama seperti posisinya yang terletak di beberapa kabupaten, diantaranya yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi di Sumatera Utara, maka keelokan danau yang luas nan magis ini pun juga dapat dinikmati dari beberapa tempat di sekitarnya, tidak hanya dari beberapa kabupaten, dari beberapa desa pun kita bisa menikmatinya. Salah satunya dari Desa Ambarita, sebuah desa di Kabupaten Samosir. Menuju Desa Ambarita ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 1 jam atau 30 menit dengan kendaraan bermotor dari Tuk tuk, atau lebih indah lagi, jika langsung menikmatinya dengan berperahu dari Tuk tuk selama 20 menit. Kita bisa menikmati sekitar Danau Toba yang dikelilingi dengan perbukitan dan panorama yang indah, amat sangat tenang dan nyaman di hati.

Mencapai Danau Toba dari Pulau Samosir, itulah yang biasanya dilakukan banyak orang, melalui pintu gerbang Prapat di pelabuhan Ajibata, jika kita datang dari Medan melalui Pematang Siantar. Mulai dari ujung penyeberangan, Ajibata, Tuk tuk, Tomok, Silintong dan semua desa di Pulau Samosir, kita bisa mensyukuri keindahan ciptaan Tuhan ini, salah satunya dari Desa Ambarita, tempat kami menginap di Samosir dalam liburan kali ini, dimana keindahan pagi dari tepian Danau Toba di Ambarita dapat kita nikmati.

Dari Ambarita – – –


Wisata Kuliner (Malam) di Kota Medan

Malam ini, kami berencana untuk berwisata kuliner di kota Medan, setelah perjalanan dari Berastagi yang dilanjutkan berenang di kolam renang Hotel Tiara, ada beberapa tempat yang kami rencanakan kesana, salah satunya adalah pecinan pusat jajanan di Jalan Semarang dan Jalan Selat Panjang.

Ada aneka makanan disana, dari yang halal sampai non halal, dari makanan ringan sampai makanan berat,  dari masakan lokal sampai masakan luar, dan tentu semuanya lezat dan patut dicoba.

Kami sempat berputar-putar karena salah jalan, dan kesulitan tempat parkir, namun itu semua terbayarkan dengan suasana makan yang open air dan tidak membosankan. Saat kami datang, seorang pelayan yang menyebut nama dirinya Bang Iwan, dengan sigap menyambut kedatangan kami, mencarikan tempat kami duduk dan mencatat pesanan kami, sementara kami masih berorientasi di lokasi.

Daniel, Arum dan suami sudah menetapkan pilihan, Kuetiau goreng dan Nasi goreng (standar pilihan mereka, tapi karena disini tempatnya, ya pasti enak dan mantabs), aku sendiri memesan Nasi Campur, sedangkan kak Dita akhirnya memilih Nasi Simangunsong (ini baru beda 🙂 )

Perut kenyang, hati senang, mata ngantuk poll…..Puji Tuhan….


Obyek Wisata Bukit Gundaling, Berastagi

Selama di Berastagi, kami menginap di Berastagi Cottage di Gundaling, yang letaknya tidak jauh dari obyek wisata Bukit Gundaling. Jadi, tentu kami ga melewatkan kesempatan untuk mampir kesana. Bukit Gundaling ini memiliki ketinggian 1575 meter dari permukaan laut dan dari sana, kami bisa melihat keindahan panorama menghadap kedua buah pegunungan besar yaitu Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung, yang mengapit kota Berastagi.

Gunung Sinabung, gunung berapi aktif di dataran tinggi Karo dengan ketinggian gunung 2460 m. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara, terakhir meletus tahun 1600, dan kembali meletus September 2010. Sedangkan Gunung Sibayak adalah gunung yang menghadap ke kota Brastagi. Orang Batak Karo menyebutnya Gunung Raja, dan meletus terakhir tahun 1881. Gunung ini berada di sekitar 50 kilometer barat daya Kota Medan.

Bukit Gundaling, kurang lebih sama seperti Puncak, Jawa Barat, disana hawanya sangat sejuk, banyak pepohonan dan tanaman yang indah, ada dokar atau andong yang siap membawa kita berkeliling seputar Bukit Gundaling, ada penjual kelinci dan yang jelas, pengunjung dapat bersantai menikmati pemandangan disana.

Patung pasangan dari Tanah Karo menyambut kami

Pemandangannya

Dijual juga aneka satwa seperti kelinci…yang menggemaskan buat anak-anak

Suasana di Bukit Gundaling, nyaman untuk bersantai …

dan disini, bisa dibeli aneka souvenir khas Brastagi, Gundaling ataupun Sumatera Utara, seperti aneka kerajinan kayu, kain khas daerah, kaos-kaos dan banyak lagi

Selamat menikmati Bukit Gundaling dan kesegaran di sekitar bukit ini.

 

 


Awali Hari di Jamin Ginting

Berastagi, tepatnya di Jalan Jamin Ginting, buat aku, ga ada habisnya kalau urusan kuliner atau makanan, dari pagi sampai malam mau cari makan selalu ada. Kalau sebelumnya kuliner malam dalam tulisanku, itu bisa buka dari sore sampai subuh. Nah setelah subuh, bisa nih ke tempat-tempat yang kami kunjungi di seputar ruko dan pasar di Jalan Jamin Ginting, Berastagi….yakin deh bakal puas, sepuas-puasnya sarapan ini dan itu…

Di pagi itu, kita bisa sarapan lontong sayur Medan, mie keriting pangsit Medan, mie kwetiau goreng, nasi hainam, nasi campur, dan lain-lain, yang pasti semuanya murah meriah dan porsi besar …

Ini salah satu pojok nyam-nyam, ada lagi pojok yang lebih ramai di depan bekas bioskop lama, di belakang tempat ini.

yuk mari mulai mencari

sepertinya yang ini oke, rame banget

tuh liat si encik masak nya cepet banget, yang antri untuk dibungkus juga banyak, emang enak banget kwetiau gorengnya

lontong sayur, mau ? ini ambil dari toko sebelah

atau mie ayam ? ga ada pangsit nya nih ..payah … ga sesuai dengan judul gerobaknya 🙁

hmm mantabs kan…tunggu ya foto yang lain dari sekitar jalan ini

 


Wisata Agro dan Pemandian Air Panas PARIBAN, Sidebuk Debuk

Perjalanan kami lanjutkan ke Pemandian Air Panas Lau Sidebuk Debuk, yang terletak di kaki Gunung SIbayak, dimana banyak terdapat sumber air panas belerang, yang dikelola oleh masyarakat setempat sebagai tempat pemandian umum dan memiliki temperatur antara 27 sampai 35 derajat celcius.

Ada banyak tempat pemandian disana, tapi satu yang ingin kuceritakan disini dan merupakan salah satu yang terbaik dikelola yang aku temukan di Sidebuk Debuk ini, yaitu Wisata Agro dan Pemandian Air Panas PARIBAN, yang dimiliki oleh seorang yang mengaku ‘petani’ bermarga Surbakti.

Sebelum kami berada disana (PARIBAN-maksudnya), kami telah berkeliling mendatangi beberapa tempat dan geli melihat tempat dan tingkah laku orang yang mandi di pemandian, kami bersyukur menemukan tempat ini, walau akses jalan menuju kesana sangat sempit sekali, tapi jalur datang dan kembali sudah diatur satu arah, tapi ya tetap ada yang bandel, macam ini

Masuk menuju PARIBAN

Tempat pemandian menghadap Gunung SIbayak

Dan mari kita mulai berwisata agro, dari ikan, kelinci, kebun buah dan stroberi

dan kolam ikan…

dan kebun stroberi…tapi buahnya belum banyak 🙁

kebun daun bawang

pelataran parkir yang luas dan pondok pemandian yang tertata rapi

arena flying fox

dan pondok tempat jajan dan makan

hm…menyenangkan sekali berada disini, apalagi jika berada disini di malam hari, air panas belerang tentu akan benar-benar terasa menghangatkan badan di udara yang dingin di tanah Karo ini.