White Horse : Sit back, relax, enjoy the ride and let us DRIVE you

White Horse Deluxe Coach berkapasitas 27 tempat duduk, mengantar aku dan teman-teman ke Pernikahan teman kami di Salatiga. Kami diantar 2 orang supir, yang menyetir bergantian dan 1 orang kenek yang sangat memperhatikan kebersihan didalam dan diluar bis serta membuat kami nyaman dalam perjalanan. Kami berangkat pada hari Jumat, 26 Juni 2009. Sesuai dengan rencana, kami berangkat pada pukul 08.30 pagi, bis dan crew telah siap di tempat sebelum waktu itu. Pada saat kami berangkat, bis terisi 19 penumpang, jadi bis terasa amat lenggang. Aku memilih duduk dekat jendela di sayap kiri, di baris kedua. Cukup nyaman untuk melihat ke kiri dan ke kanan. Begitu bis berjalan, crew didalam bis langsung menawari kami untuk berkaraoke-an, yang tentu saja langsung disambut oleh artis-artis kami didalam bis.

Kami berangkat menuju Solo melalui jalur Selatan. Udara cerah. Hati senang. Kendaraan nyaman. Haha…apalagi yang lebih merdeka dari ini? Inilah perjalananku ke Jawa yang pertama, setelah hampir 2 tahun tidak pergi kemana-mana (maksudnya tidak pergi ke Jawa), karena mulai pertengahan 2006 sampai dengan pertengahan 2008, aku disibukkan dengan kegiatan sekolahku di Pasca Sarjana FISIP UI. Aku juga bersyukur dan berterimakasih kepada suamiku yang telah mengijinkan aku untuk berlibur bersama teman-teman, tanpa memikirkan pekerjaan kantor, pekerjaan rumahtangga, yang ada hanya makan dan bergurau dengan teman-teman.

Perjalanan lancar, supir juga amat terampil mengemudikan bisnya dan kami tiba dengan selamat pada pukul 12.00 siang di Nagrek. Teman-teman pria yang akan melaksanakan sholat Jumat pergi ke mesjid setempat di Nagrek. Setelah itu kami lanjut mencari tempat makan siang, tampak oleh kami sebuah rumah makan yang menarik sekali yang memasang papan nama, Saung Bambu Racik Desa. Hm keren..sesuai dengan penampilannya di tengah persawahan dan dilengkapi dengan fasilitas outbound buat anak-anak. Makanan yang kami pesan, gurame bakar, ayam, tempe tahu, karedok dan sayur asam. Makanannya cukup enak (kami lapar banget sih), tapi pelayanannya minta ampun, lama sekali. Kami hampir 2 jam berada di tempat itu. Pyuih untung tempatnya enak, jadi ga terlalu bete. Setelah makan, kami lanjutkan perjalanan dan tidur…

Pukul 15.30, bis berhenti di obyek wisata Ciung Wanara, tepatnya di Situs Ciung Wanara, Karangkamulyan, Cijeunjing, Ciamis. Sebagian teman melaksanakan sholat, sebagian lagi termasuk aku, sekedar jalan dan duduk untuk meluruskan kaki. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Solo. Pukul 16.32, kami sudah mulai memasuki perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, jalan beraspal tampak baru dihotmix, walaupun jalan berkelok-kelok, tetap terasa nyaman didalam bis.

Malam ini, kami juga makan malam di tempat yang belum dapat direkomendasikan, karena baru saja buka, yaitu di Rumah Makan Pringsewu. Rumah makan yang luas dan besar, masih semrawut dalam pelayanannya. Jumlah yang kami pesan tidak sesuai dengan yang disajikan, tapi perut kami sudah lapar, lelah dan juga mengantuk…jadi apa yang ada kami lahap saja, tentu tidak lupa tetangga di sekitar. Jangan lupa ya, makanannya enak, aku kebagian gurame goreng dan capcai tapi pelayanan yang belum terkordinasi dengan baik.

Perut kenyang, badan lelah dan mata mengantuk, sambil tidur-tidur ayam kunikmati perjalanan. Malam semakin kelam, kuteringat suami dan anak-anakku, semoga mereka sudah tidur nyenyak malam ini. Solo mulai kuhampiri. Bis memasuki jalan Slamet Riyadi. Kota Solo tampak lenggang di waktu malam, kecuali pedagang makanan, angkringan, mbok-mbok lesehan tetap berjaga menanti pembeli. Bis berbelok ke kanan, memasuki kawasan Kraton Solo Mulyosuman. Badanku capek, aku perlu berselonjor. Setelah bertemu bu Santi, empunya rumah, berganti baju dan minum secangkir teh hangat, aku membaringkan tubuhku…ya ampyuun sudah pagi…jam 00.30….terimakasih Tuhan untuk kenyamanan ini. Terimakasih juga buat White Horse dan Crew yang telah mengantar kami pergi bersama-sama.

Kebersamaan adalah salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh White Horse. ”Kami memiliki fasilitas transportasi yang sesuai bagi kebutuhan masyarakat Indonesia, baik untuk keluarga maupun rombongan besar. Selain itu White Horse memiliki komitmen yang kuat terhadap kenyamanan dan keamanan. Kami sangat senang dapat membawa anak-anak yang sedang menjalani pengobatan dan yang memerlukan hiburan di saat liburan ini, “ tutur Dewi Astuti Suhendro, Marketing Communications PT. Panorama Transportasi Tbk. Ini adalah bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan oleh White Horse untuk berbagi kebahagiaan dengan masyarakat. White Horse berusaha memberikan yang terbaik melalui penyediaan fasilitas dan jasa yang baik. Sesuai dengan motto dari White Horse, Sit back, relax, enjoy the ride and let us DRIVE you!

 

Sumber : www.whitehorse.co.id dan Pribadi


Pernikahan Syarief dan Henny di Salatiga

Kami, aku dan teman-teman kantor, merencanakan pergi ke Salatiga untuk menghadiri pernikahan teman kami, Ahmad Sarifudin, S. Psi dengan Henny Cristian, S.Pd  pada tanggal 28 Juni 2009. Inilah sebenarnya yang menjadi inti acara dari kegiatan Tour de Java kami yang telah dimulai sejak tanggal 26 Juni 2009. Pagi itu, setelah sarapan, kami bersiap-siap berganti baju batik seragam kami dan berangkat menuju Salatiga pada pukul 8.30 pagi.

Tiba di Salatiga tepat pukul 10 pagi dan kami langsung menuju kediaman orangtua teman kami. Bis kami berhenti di ujung jalan. Rumah telah dipenuhi tamu yang hadir walaupun masih ada sederet bangku yang sepertinya disediakan khusus untuk kami, namun pelaminan masih kosong, pasangan pengantin belum hadir (mungkin juga menunggu kami). Sambil menunggu kehadiran pengantin, para tamu dihibur oleh 2 orang penyanyi cantik, yang bergantian membawakan lagu-lagu berlanggam Jawa ataupun Keroncong. Tak lama kami duduk, tampaklah iring-iringan rombongan pengantin memasuki jalan masuk yang kami lewati tadi. Serentak kami, rombongan berpakaian batik, ikut berdiri. Kami pikir, seperti resepsi yang biasa kami hadiri di Jakarta, pengantin akan langsung masuk dan duduk di pelaminan. Tapi ternyata tidak, sebelum memasuki rumah, ada keluarga yang melakukan ‘serah terima’ pengantin, yang diawali dengan penyampaian maksud kedatangan pengantin oleh ketua rombongan pengantin. Penyampaian maksud kedatangan ini pun diberi tanggapan oleh wakil penerima tamu dari pihak tuan rumah. Serah terima ini disampaikan dalam bahasa Jawa dengan ritme, volume dan tempo khas orang Jawa, yang membuat kami yang semula berdiri dengan penuh semangat, akhirnya duduk satu per satu.

Setelah serah terima disampaikan, didahului pengiring pengantin, pengantin didampingi orangtua kedua belah pihak masuk menuju pelaminan. Pengantin tiba di pelaminan, yang kemudian dilanjutkan dengan penyampaian kata sambutan. Perias pengantin memberi petunjuk kepada pengantin untuk melakukan tahapan Saling menyuapi. Pengantin perempuan menyuapi sang lelaki demikian sebaliknya, maksudnya bersuami istri hendaknya rukun, akrab lahir batin saling menerima apa adanya, untuk itu dalam bahasa Jawa bojo (istri) diganti menjadi Jodo (jodoh), mencari istri (bojo) lebih gampang ketimbang mencari jodo (jodoh). Dalam falsafah Jawa :  Kewajiban suami : Hangayani (memberi rejeki), Hangomahi ( memberi rumah), Hangayemi (membikin tenteram, ayem), Hangayomi (melindungi), Hangatmajani (memberi keturunan jiwa mulia), sedangkan Kewajiban istri : Gemi-nastiti (hemat cermat), Ngati-ati (hati-hati), Reti-surti (siap-teliti), Ngrukti (memelihara), Setya-bekti (setia berbakti).

Saling menyuapi dilanjutkan dengan Upacara sungkeman / Ngebekten yaitu kedua pengantin berlutut untuk menyembah  kepada Bapak dan Ibu dari kedua pengantin. Dalam hal ini bermakna bahwa kedua pengantin tetap berbakti kepada Bapak / Ibu pengantin, serta mohon doa restu agar Tuhan selalu memberikan rahmatnya. Suatu kewajiban moral tradisional bagi sang mempelai untuk secara fisik menunjukkan/menyatakan bakti dan hormatnya lahir batin kepada orang tua dan para pinisepuhnya dengan gerakan tertentu, seraya mohon do’a restu dan mendapat ridho dari Tuhan agar selalu mendapatkan bimbingan dan petunjuk di dalam membangun keluarga dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.

Sementara prosesi dilaksanakan dan pengantin berfoto sesuai petunjuk perias pengantin, kami disuguhi minum dan makan, yang diantarkan kepada kami para tamu. Ini yang semula agak janggal buat aku karena biasanya pesta pernikahan yang aku hadiri, makanan dihidangkan secara prasmanan. Namun menurut penjelasan temanku, memang beginilah tata cara disini. Mengantarkan makanan satu per satu kepada tamu, tentu akan melibatkan banyak petugas dan ini akan melibatkan tetangga dan kerabat dari empunya acara. Justru disinilah unsur gotong royong masih lekat terasa.

Setelah penyampaian Ayat Suci Al Quran dan Nasehat bagi kedua pengantin, acara berakhir, para tamu dipersilakan untuk memberikan ucapan selamat dan doa restu kepada pengantin dan keluarganya. Namun buat kami, rombongan teman Syarif belum diijinkan pulang. Keluarga masih menyediakan makanan buat kami, wuih makan lagi? Hm kami disediakan nasi hangat, sambal tempe tumpang, ikan goreng dan lalapan. Ini kesukaanku, sayang untuk dilewatkan. Aku ambil sedikit nasi dan sambal tempe tumpang, benar-benar sedap…dulu ini makanan kesukaan ayahku almarhum dan menurutku, ibukulah yang paling mantap membuat sambal tempe tumpang karena pasti ditambahi dengan potongan daging tetelan yang empuk.

Jam tepat menunjukkan pukul 12.00, sudah waktunya kami mohon pamit karena perjalanan masih akan dilanjutka menuju ke Semarang. Lagi-lagi kami mendapat buah tangan dari keluarga dan pengantin, ada kimpul, gula merah, jajanan dan lain-lain. Beginilah ketulusan dan kemurnian hati orang dari desa, semoga kebaikan mereka tidak luntur dengan polusi ibukota. Terimakasih buat temanku, Syarif…semoga pernikahan kalian langgeng sampai kakek nenek dan seterusnya…


Yes, Telur Bakar, Aslinya Telur Asin, Rasanya Luar Biasa

Hari ke-3 yang melelahkan tapi menyenangkan, naik turun bis dan selanjutnya menikmati perjalanan didalam bis. Setelah belanja oleh-oleh di Semarang, diganjal semangkuk bakso dan disegarkan segelas es dawet, aku dan teman-teman melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Waktu sudah menjelang magrib, jadi teman-teman yang akan melaksanakan sholat, mencari mesjid untuk beribadah. Setelah sholat di Batang, perjalanan kami lanjutkan menuju tempat makan malam, ntah dimana, pokoknya di jalur pantura, dan tempat yang kami tuju akhirnya adalah Rumah Makan Pringjajar, Pemalang…haha..ntah karena lelah atau memang lapar, aku menikmati makan malamku dengan lahap…nasi dan sup buntut dan segelas jus mangga ditambah cuwal cuwil udang goreng di piring tetangga…luar biasa, nikmat sekali. Tepat pukul 19.55, kami melanjutkan perjalanan arah Jakarta melewati Cirebon, dengan pesan kepada pengemudi bis White Horse kami, ’pak, mampir Brebes, mau beli telur asin”..yipii..nambah lagi nih oleh-oleh buat buah hatiku di rumah. Telur asin Brebes, siapa yang ga kenal, telur bebeknya pilihan, asinnya pas dan pasti masir…terbayang-bayang makan telur asin dengan nasi hangat…ufh untung baru makan malam, jadi ga ngiler….tidur dulu ah, kenyang nih, jalan mulai macet niih…..

Kabupaten Brebes adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Luas wilayahnya 1.657,73 km², jumlah penduduknya sekitar 1.767.000 jiwa (2003). Ibukotanya adalah Brebes. Brebes merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling banyak di Jawa Tengah. Bawang Merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trade mark mengingat posisinya sebagai penghasil terbesar komoditi tersebut di tataran nasional. Namun di sektor pertanian sebagai sektor dominan, Kabupaten Brebes tidak hanya menghasilkan bawang merah. Berbagai komoditi lain yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan bagi para investor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Kabupaten Brebes antara lain: kentang granula, cabe merah dan pisang raja. Di luar sektor pertanian, Kabupaten Brebes juga mempunyai potensi hijauan makanan ternak yang melimpah dan tersebar hampir di setiap kecamatan. Kondisi itu menjadikan kabupaten ini berkembang berbagai usaha peternakan baik jenis ternak besar maupun kecil antara lain; ternak sapi, kerbau, domba, kelinci rex, ayam petelur, ayam potong dan itik. Telur hasil ternak itik diolah oleh masyarakat setempat menjadi produk telur asin yang popularitas atas kualitasnya sangat dikenal dan tidak diragukan. Banyak yang menyebut Brebes adalah Kota Telur Asin. Sementara sebagai salah satu daerah yang terletak dalam wilayah pantai utara Pulau Jawa, Kabupaten Brebes mempunyai 5 wilayah kecamatan yang cocok untuk mengembangkan produksi perikanan yakni Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung dan Losari. Hasil produksi perikanan yang menonjol meliputi; bandeng, udang windu, kepiting, rajungan, teri nasi dan berbagai jenis ikan laut yang lain. Hasil produk perikanan ini oleh masyarakat setempat telah dikembangkan usaha pembuatan Bandeng Presto Duri Lunak dan Terasi.

Komposisi pembuatan telur asin sebetulnya tidak sulit. Hanya saja, menurt pakarnya, kondisi iklim selama pembuatan harus diperhatikan. Di musim kemarau, komposisi garam dan ketebalan adonan harus ditambah karena pada saat itu cuaca kering sehingga daya serap garam ke dalam telur berkurang. Sebaliknya, saat musim penghujan komposisi garam dan ketebalan adonan dikurangi karena udara lembap menyebabkan garam terlalu cepat masuk ke dalam telur. Akibatnya, belum waktunya masir, telur sudah asin duluan.

Untuk membuat telur asin bakar, telur harus dipilih yang segar, berukuran seragam, dan tidak retak atau pecah. Telur kemudian dicuci bersih dan ditiriskan. Selanjutnya, adonan yang terdiri dari campuran bata, abu, garam kristal, dan air ditempelkan setebal kurang lebih 2 mm ketika kemarau dan 1 mm pada musim hujan. Telur disimpan selama dua minggu. Setelah itu,  telur  dibersihkan dari adonan garam dan dicuci  untuk selanjutnya direbus selama 6 jam. Untuk membuat telur asin bakar, telur dioven selama dua jam. Jadi, total pemasakan telur asin bakar itu delapan jam, makanya telur nggak amis dan awet.

Pada dasarnya proses pembuatan telur asin ini ada beberapa cara. Namun kebanyakan orang lebih memilih dengan cara direndam atau di balut dalam adonan garam dicampur dengan serbuk bata merah, tanah liat, atau abu gosok. Selain itu juga ada yang merendamnya dengan cairan teh bercampur dengan adonan garam. Dalam hal ini kesemua cara tersebut bertujuan sama yaitu membuat telur itik menjadi telur yang berasa asin. Tetapi ada juga yang mencoba membuat telur asin dengan ditambahkan rasa jahe, rasa jeruk, bahkan rasa cabai kedalam larutan garamnya, sehingga rasa telur tersebut tidak hanya asin, melainkan berpadu dengan rasa lain yang telah ditambahkan kedalam adonan garam tersebut.

Telur Asin kualitas terbaik (Grade A), dimana dalam proses pembuatannya harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Bahan baku telur bebek yang merupakan bebek yang digembala (angon) atau dalam keseharian di daerah setempat disebut Pangon.
Telur yang digunakan hanya telur bebek yang masih segar
Diproses secara alami, tanpa bahan kimia dan pengawet.

Telur bebek pangon memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bebek ternak karena bebek pangon mengambil makanan secara alami yang terdapat di alam bebas, sedangkan bebek ternak sangat bergantung dari pangan yang diberikan. Kuning Telur bebek pangon berwarna agak kemerahan, sedangkan bebek ternak memiliki warna kuning telor yang lebih muda.

Tepat pukul 21.00, kami memasuki Brebes, sepanjang jalan di kota Brebes banyak toko yang menjual telur asin, dari toko yang kecil sampai besar, dari penjual asongan sampai gerobak. Bingung juga ya dan semua penjual mempromosikan telur asinnya yang paling enak. Brebes, memang kota Telur Asin, mungkin benar semua telur asin yang dijual disini, pasti dijamin kelezatannya. Akhirnya, pengemudi bis kami berhenti di sebuah toko yang cukup besar dengan board bertuliskan Yes, Telur Bakar, Aslinya Telur Asin, Rasanya Luar Biasa…wuih meyakinkan sekali. Tepatnya toko ini terletak di Jalan Diponegoro No 31, Brebes dan melayani pesanan dari luar kota. Hampir seluruh penumpang bis kami, turun dan masuk kedalam toko yang cukup luas ini (sayang toiletnya penuh dan kurang nyaman). Seorang ibu melayani kami dengan cekatan, ibu itu menyuruh karyawannya mengeluarkan sample kuning telur asin untuk bisa kami rasakan. Terus terang aku tidak ikut mencoba, tapi melihat dari warna kuning telur asinnya, ada dua pilihan warna orange dan kuning kemerahan, tergantung pakan dari bebeknya, aku sudah tahu bahwa ini pasti lezat. Aku membeli 1 lusin seharga Rp 25 ribu dan ditambah bonus 1 butir yang agak retak di meja kasir…..

Sumber (http://www.indomarketsite.com/category-regional/preview/JAV003, www.agrina-online.com, Pribadi)


Pusat Oleh-oleh Khas Solo di Pak Mesran

Jangan lewatkan untuk membeli oleh-oleh khas Solo. Ada banyak tempat yang menyediakan, namun di tempat Bapak Mesran, tersedia aneka penganan yang sangat lengkap. Tujuan aku ke tempat ini adalah membeli abon untuk sarapan bungsuku dan juga untuk ibuku. Abon disini rasanya pas sesuai dengan selera kami, tidak terlalu manis, seperti kebanyakan abon yang lainnya.

Bapak Mesran Mistopawiro adalah nama pemilik sentra penganan untuk oleh-oleh dengan harga yang sangat terjangkau ini. Terletak di daerah Gandekan Kiwo, kita akan menemukan banyak penjual oleh-oleh di sepanjang jalan tersebut, selain Toko Mesran ini. Pilihan ada di tangan kita dan pada dasarnya semua menyediakan penganan yang kurang lebih sama, yakni serundeng, abon sapi, abon ayam, keripik paru, usus, roti kecik dan banyak pilihan lain.

Bp. Mesran Mistopawiro, Jalan Kalilarangan No 71, Gandekan Kiwo RT. 05/IV, Tel: (0271) 647033


Yang khas dari Semarang….

Perjalanan selanjutnya, setelah menghadiri Pernikahan teman kami di Salatiga (maaf ya liputannya sampai hari ini belum kutuliskan), rombonganku dan teman-teman lanjut ke Semarang. Berangkat menuju Semarang pukul 13.30. Semula direncanakan mampir ke Yogyakarta, namun untuk efisiensi waktu dan dompet (hehe..dompet dah mulai menipis juga nih) maka kami memutuskan untuk langsung lanjut ke Semarang. Sudah terbayang olehku bahwa ke Semarang, berarti ada sederet makanan yang akan jadi oleh-oleh buat keluarga terkasih di rumah, bandeng presto untuk suamiku, bandeng otak-otak titipan adikku, bakpia untuk bungsuku Daniel (maaf ya Abang kecil, bakpianya dari Semarang aja, karena mama ga mampir di Yogyakarta, tapi rasanya ga kalah enak kok, malah bakpia disini di-vacuum, jadi lebih awet), selain itu tentu saja ada lumpia kesukaanku. Tentu semua ini butuh dana kaan, jadi ketika diputuskan tidak jadi ke Yogyakarta, walau sedikit kecewa (maklum aku yang wong Yogjo ini wis suwi ora ngirup hawane Yogjo), tapi yaa ga apalah, masih banyak dana yang diperlukan untuk membeli oleh-oleh di Semarang.

Butuh oleh-oleh dari Kota Semarang? Singgah saja di pusat oleh-oleh kota Semarang yang berada di Jalan Pandanaran. Berderet toko penganan menyajikan berbagai oleh-oleh khas ibu kota Jateng ini, seperti Wingko, Lumpia, Bandeng Presto dan lain-lain. Ada salah satu toko yang cukup besar yang menyediakan banyak pilihan oleh-oleh yaitu Toko Bandeng Juwana. Toko yang namanya diambil dari produk unggulannya ini memang menyajikan aneka ragam penganan untuk oleh-oleh. Berikut diantaranya:

Bandeng Duri Lunak. Bandeng Juwana dikenal sebagai salah satu merek bandeng presto yang banyak peminatnya. Untuk bandeng duri lunak biasa, dijual dengan harga Rp. 55.000,-/kg, berisi 4-5 ekor bandeng. Selain itu terdapat berbagai varian bandeng yang dijual disini, sebut saja : Bandeng Dalam Sangkar (digoreng dalam telur), Bandeng Otak-Otak, Bandeng Teriyaki, Bandeng Boneless, Bandeng Vacuum (tahan sampai 3 bulan), Bandeng Pepes, Bandeng Asap dan sebagainya. Aku baru kali ini memesan Bandeng Otak-otak, yang dipesan juga oleh adikku, dengan harga Rp 78.500,-/kg, wah rasanya benar-benar sedap dan lezat. Daging bandeng dikeluarkan, dipisahkan dari durinya, dihancurkan dan diberi bumbu, kemudian diolah sedemikian rupa, sehingga bandeng otak-otak ini tinggal kita goreng untuk dapat menikmati kelezatannya.

Wingko Babat. Dijual dengan brand Dyriana, wingko ini menyajikan berbagai pilihan rasa, seperti rasa kelapa (standar), nangka, coklat, aren sampai varian rasa lainnya seperti durian dan choco chip. Kita dapat membelinya dalam besek isi 20 pcs, dan isinya bisa kita pilih sesuka kita, tentunya dengan harga yang sedikit berbeda untuk setiap rasa. Aku pribadi lebih menyukai rasa yang standar aja, lebih orisinil…

Ayam goreng tulang lunak. Walaupun tidak terlalu khas semarang, tapi oleh-oleh yang satu ini bisa anda coba untuk dibawa pulang. Ayam yang renyah sampai ke tulang-tulangnya ini disajikan dengan bumbu keremes dan sambel yang serupa dengan sambel bandeng. Seekor bisa kita bawa pluang dengan merogoh kocek Rp. 42.500,-

Soft Cookies, Mini brownies & Brownies Kukus. Selain penganan tradisional, di toko ini juga menyediakan penganan “modern”. Soft Cookies salah satunya, berbentuk biskuit besar tetapi empuk dengan taburan butiran coklat. Ini sangat saya rekomendasikan buat para tukang ngemil n pencinta coklat. Selain itu ada juga mini brownies yang dicetak dalam bentuk2 mungil dengan 2 pilihan rasa yaitu coklat dan coklat kopi, dikemas dalam kemasan isi 6 dan isi 12. Ada juga brownies kukus yang besar dengan berbagai pilihan rasa seperti coklat, keju, stawberry dan mint. Dyriana juga memproduksi bakpia dengan berbagai rasa. Salah satu yang aku beli, bakpia vacuum rasa original, untuk menggantikan bakpia pathuk yang kujanjikan buat abang kecilku, Daniel….rasanya enak juga lho…

Masih banyak lagi pilihan penganan yang bisa dijadikan buah tangan dari toko ini, sebut saja Lunpia Semarang, Moaci, Enting-Enting Gepuk, Krupuk Tahu, Semprong, Madumongso, Jenang, Kripik paru, Gethuk, Wajik dan sebagainya… Liputan tentang Lunpia Semarang ada dalam tulisan tersendiri, tidak cukup untuk menuliskan liputannya disini, hehe…

Banyak gerobak penjual makanan didepan toko Bandeng Juwana ini untuk kita melepaskan lapar dan dahaga setelah lelah berbelanja, ataupun sambil menunggu teman yang masih sibuk memilih oleh-oleh.

Siapkan dana dan ekstra bagasi untuk menyenangkan hati dan perut anggota keluarga tercinta di rumah….slurp….mantep-tep-tep….


Serabi Notosuman

Salah satu jajanan khas kota Solo adalah “serabi”.salah satu penjual serabi yang terkenal di Solo adalah “Serabi Notosuman” yang terletak di daerah Notosuman. Banyak pendatang yang sering membeli untuk dijadikan oleh-oleh. Rasanya sangat gurih yang khas yang berasal dari santan kelapa, ada pula yang menjualnya dengan di beri taburan coklat butir pada bagian atasnya. Selain di jual di daerah Notosuman, di sepanjang jl. Slamet Riyadi juga banyak kita jumpai penjual serabi. Selain taburan coklat,pada perkembangannya serabi sering kali mengalami modifikasi dengan berbagai bahan tambahan untuk menambah aneka rasa dari serabi itu sendiri, antara lain nangka, pisang. tetepi modifikasi dari rasa serabi yang telah ada tidak akan menghilangkan rasa asli serabi, sebab setiap rasa memiliki penggemarnya masing-masing. Serabi Notosuman harganya lebih mahal dari serabi yang dijual di daerah pinggir jl. Slamet Riyadi.

Ini resep serabinya: 

* 500 gram tepung beras   
* 250 gram gula pasir dibikin jadi gula cair   
* 1 butir kelapa parut dibikin jadi santan kental   
* 600 cc air   
* Soda kue   
* Minyak goreng buat menggoreng (bubuhkan ke pancinya dengan kain yang diikat membentuk gumpalan)   
* Air pandan, kuning telur, coklat mesyes buat selera  

Catatan: Perbandingan gula: tepung harus 1:2

Cara membuatnya: Tepung beras dituangi air sedikit demi sedikit sambil diaduk agar rata membentuk adonan cairan yang kental. Masukkan gula putih cair ke dalam adonan, bubuhkan sedikit soda kue. Siapkan santan yang sudah dimasak matang. Siapkan wajan di atas api arang atau api gas yang kecil, tuangi sesendok sayur adonan (tepung dan gula) lalu ratakan. Setelah adonan setengah matang, tuangkan santan kental sesendok sayur lalu tutup wajannya dengan penutup dari keramik. Kalau suka bisa ditambahkan air pandan atau coklat atau kuning telur. Bila tepi serabi berwarna coklat itu adalah tanda serabi sudah matang.

Pesan dari pembuatnya: Api untuk memasak serabi jangan besar, kalau bisa kira-kira sepanas api arang. Wajan serabi tidak boleh terkena air agar tidak lengket. Wajan hanya boleh dibersihkan dengan minyak goreng saja. Tutupnya dari keramik karena keramik bisa menyerap uap air agar tidak jatuh ke serabi saat dimasak. Tutupnya ini boleh dicuci dengan air. Selamat menikmati.  

(Sumber : www.wisatasolo.net, www.kabaresolo.com, Pribadi)www.ojolali.wordpress.com


Nasi Gudeg vs Nasi Liwet

Nasi Liwet vs Nasi Gudeg ? Siapa yang berani menandingkannya? Ufh engga bangetlah ya, wong dua-duanya favoritku…nasi liwet biasanya dengan sayur labu siam, sedangkan nasi gudeg biasanya dengan sayur nangka. Bukan hanya itu cara memasak dan menyajikannya juga mempunyai keunikan tersendiri, tapi soal rasa, ya memang tetap tergantung selera, namun buatku, kedua-duanya sama-sama enak dan lezat, apalagi ditambah dengan ayam goreng ungkep yang gurih dan krupuk karak yang renyah. Kedua jenis nasi ini yang menjadi menu sarapan aku dan teman-teman selama di Solo, di rumah kediaman Ibu Santi di Kraton Mulyosuman.

Nasi liwet mungkin adalah makanan khas Kota Solo yang paling terkenal, bahkan nasi liwet sudah masuk menjadi menu di hotel-hotel berbintang di kota-kota besar di Indonesia. Di Solo sendiri, Nasi Liwet sudah sangat membumi, hingga setiap saat dan hampir dimanapun, anda akan dapat menemukan Nasi Liwet dengan mudah. Mulai dari Nasi Liwet yang paling terkenal di Solo, Nasi Liwet Wongso Lemu yang berlokasi di Keprabon (Jalan Teuku Umar) dan Nasi Liwet Yu Sani yang berlokasi di kawasan Solo Baru yang berjualan di malam hari hingga para mBakyu yang berjualan di pagi hari dengan berkeliling di perumahan.

 

Pada dasarnya Nasi liwet adalah beras yang dimasak dengan santan dan kaldu ayam sehingga hasil akhirnya membuat nasi terasa gurih, beraroma dan lezat. Kemudian, nasi tersebut dicampur dengan sayuran jipang (labu siam) yang dimasak pedas, telur pindang rebus, daging ayam yang disuwir, kumut (terbuat dari kuah santan yang dikentalkan). Sering juga ditambah dengan usus ayam, hati/ampela yang direbus, bacem tahu tempe atau rambak kulit sapi sebagai pelengkap. Penyajiannya pun tidak menggunakan piring, tetapi dengan daun pisang yang dipincuk.

Sedangkan bila kita mendengar nasi Gudeg Solo, pasti kita akan segera teringat gudeg adem ayem yang terkenal dengan krecek pedas nya. Ternyata di salah satu tempat di kota ini, masih ada gudeg Solo yang lain yang bisa dikatakan sebagai simbol dan legenda kota Solo. Stand  gudeg ini dinamakan sesuai dengan nama penjualnya, yaitu Gudeg Bu Mul. Berlokasi di sekitar Pasar Klewer, gudeg ini sudah cukup terkenal sejak dulu. Gudeg beliau merupakan gudeg tradisional dengan cita rasa asli Solo dan bahkan penyajiannya pun masih menggunakan daun pisang dan suruh (daun pisang untuk difungsikan sebagai sendok).

Yang menjadi favorit aku adalah bubur gudeg telor dengan sambal goreng krecek. Selain dengan bubur, beliau juga menyediakan nasi gudeg untuk yang suka sarapan berat. Rasa gudegnya sendiri mirip dengan Adem Ayem, meski tidak semanis yang di Adem Ayem (nama sebuah resto di Jawa Tengah). Sambal goreng nya dengan krecek dan kacang tholo yang nikmat, bertabur cabai utuh yang sedap. Semua itu ditambah dengan kenikmatan makan di emperan toko di pagi hari.

Bu Mul bisa dikatakan sebagai salah satu monumen dan legenda kota Solo. Konon beliau sudah berjualan gudeg sejak 50 tahun yang lalu. Bu Mul sendiri berasal dari Klaten dan hijrah ke Solo bersama orang tuanya sejak jaman Belanda, sekitar 1930 an akhir. Setiap pagi gudegnya selalu dipenuhi konsumen, baik yang datang berjalan kaki hingga bermobil Mercy. Jika mampir ke Solo, Gudeg Bu Mul ini cocok untuk anda yang ingin merasakan nikmatnya sarapan pagi gudeg dengan cita rasa dan suasana asli Solo.

Dengan usianya yang sudah sangat sepuh (tua), semangat dan tenaga beliau patut diacungi jempol. Untuk membuka stand dagangannya, setiap harinya beliau sanggup berjualan dalam 2 kloter. Kloter pertama adalah pagi jam 4.00 – 8.00 (Lokasi di Coyudan, dekat Klewer, depan toko grosir pakaian anak, seberang (dulunya) toko kelontong Bah Kobong) dan dilanjutkan dengan kloter ke dua siang jam 11.00 – 16.00 (Lokasi di seberang pasar Klewer, di luar Mesjid Agung).

Namun darimanapun asal nasi Gudeg dan nasi Liwet Solo yang kita nikmati, asalkan melalui pengolahan dan penghangatan yang benar, pasti akan menjadi makanan yang nikmat untuk sarapan pagi ataupun menghilangkan lapar kita di malam hari…..nah kalau sudah begini, siapa berani membandingkan antara Nasi Gudeg dan Nasi Liwet?

(Sumber : www.wisatasolo.net, www.kabaresolo.com, Google, Pribadi)


Gladak Langen Bogan, Solo

Gladak Langen Bogan, biasa disingkat Galabo, adalah tujuan kita berikutnya, setelah beristirahat sepulang dari Grojogan Sewu, Tawangmangu. Melelahkan, tapi siapa yang tidak semangat jika diajak icip-icip makanan khas Solo.

Kota Solo / Surakarta sangat terkenal akan wisata kuliner, bahkan salah satu potensi wisata terbesar kota ini adalah wisata kuliner. Tempat yang menjadi tujuan kuliner antara lain adalah tengkleng pasar klewer, susu shijack, nasi liwet, bubur lemu, wedang dongo, bestik lidah, gudek ceker Bu Kasno dan sate sapi “Yu Rebi” . Sebuah terobosan baru yang dilakukan pemerintah kota Solo adalah menggabungkan semua obyek wisata kuliner tersebut di dalam satu kawasan di daerah Gladak, Solo.

Kini wisatawan kuliner dapat dengan mudah menikmati kelezatan kuliner kota Solo / Surakarta dengan hanya mengunjungi satu kawasan. Tempat yang diberi nama Gladak Langen Bogan ( Galabo ) ini setiap harinya dapat dikunjungi antara 1500 – 2000 orang dan dapat meningkat hingga dua kali lipat pada hari sabtu / minggu / libur, pengunjung tempat inipun bahkan tidak hanya dari kota Solo melainkan juga dari kota-kota disekitar Solo. Keunikan dari tempat wisata kuliner ini adalah lokasinya yang terletak di jalan raya, wisatawan kuliner dapat menikmati makanan di tengah jalan yang bersih dan telah ditutup bagi kendaraan.

Di Galabo ini, juga ada pertunjukan Live Music, yang menambah semarak suasana. Makanan yang disajikan sangat bervariasi dan enak-enak. Aku sendiri memesan Sup Buntut Goreng, yang gurih dan empuk beserta sepiring nasi dan dilengkapi dengan semangkuk kuah sup. Yang perlu menjadi perhatian adalah sistem pemesanan dan pelayanan, karena tempat ini cukup panjang dan pengunjung juga banyak, sebaiknya pemesan menunggu makanan langsung di tempat makanan yang dipesan atau pemilik kios memberi tanda berupa bendera atau apapun yang memudahkan mereka mencari pemesan yang sudah membayar makanan pesanannya. Selamat menikmati wisata kuliner kota Solo di Galabo, pada satu tempat dan waktu, kita sudah dapat menikmati semua jajanan khas Solo, asal perut kita mampu menampung….

(Sumber : www.wisatasolo.net, www.kabaresolo.com, Pribadi)