Pura Poten, Pura Masyarakat Suku Tengger Bromo

Setelah melihat sunrise di Pananjakan sejak subuh tadi, dilanjutkan ke Pasir Berbisik dan Padang Savana, perjalanan dilanjutkan ke lokasi wisata terakhir yaitu menuju Kawah Bromo. Di pelataran parkir beberapa ratus meter menuju kaki kawah, jeep sudah dilarang memasuki kawasan. Untuk mendekati kaki kawah dapat ditempuh dengan naik kuda dengan uang sewa sebesar Rp 100.000,- sampai dengan Rp 125.000,- tergantung kesepakatan dengan pemilik kuda.

Larangan kendaraan memasuki kawasan itu juga beralasan karena di kaki gunung tersebut terdapat Pura Luhur Poten, pura yang diagungkan menjadi tempat sembahyang masyarakat Tengger Bromo yang penduduknya mayoritas beragama Hindu.

Sebagai tempat ibadah, Pura ini mencapai puncaknya setiap tahun pada Perayaan Kasada. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. Diawali dengan tata upacara di Pura, yang kemudian dilanjutkan ke Kawah Gunung Bromo. Setiap tahunnya, Upacara ini mengundang perhatian baik wisatawan asing dan domestik.


Padang Savana Bromo, Riwayatmu Kini

Setelah berpuas menikmati lautan pasi di Pasir Berbisik, kami melanjutkan perjalanan dengan konvoi jeep kami ke Padang Savana Bromo, yang lebih dikenal dengan sebutan Bukit Teletubies. Mengapa disebut Bukit Teletubies tokoh kartun yang digemari banyak anak, mungkin karena Padang Savana Bromo ini sama juga kondisinya yaitu berupa padang rumput dengan bukit-bukit pepohonan di sekitarnya, kebanyakan pohon cemara dan pohon lamtoro.

Kesan pertama saat tiba disana yang kurasakan adalah padang savana ini sangat kering, namun memang bagus digunakan untuk mengambil gambar karena suasananya yang berbeda. Beberapa waktu setelah aku kesana (18 Oktober 2014) disiarkan dalam berbagai mass media terjadi kebakaran seluas 400 hektare yang dapat dibaca disini salah satunya dari Metro TV News. Sayang sekali ya. Dugaan sementara kebakaran terjadi karena ketidakpedulian pengunjung terhadap lingkungan dengan membuang puntung rokok di padang ini.

Padahal menurut informasi yang kuperoleh, dulu Padang Savana merupakan padang rumput hijau yang dipenuhi dengan tanaman jenis pakis, lavender, ilalang dan tanaman lain yang biasa tumbuh di wilayah tropis dan sub tropis.

Tanaman yang kutemui disana

Berfoto di Padang Savana

Setelah masing-masing meninggalkan jejak di Padang ini, kami pun melanjutkan perjalanan ke lokasi terakhir yaitu Kawah Bromo,

Padang Savana yang gersang dan kering ku tinggalkan dengan kesan yang dalam, sebelum mengetahui bahwa padang ini terbakar lagi minggu lalu, yang ternyata kasus kebakaran pada 2007-2011 sudah terjadi sebanyak 61 kali seluas 1.688,05 ha di Resort Tengger laut pasir, Ranupani, Ngadas, Senduro, Pasrujambe, Pananjakan, dan Coban Trisula. Kebakaran dan kerusakan wilayah ini tidak hanya merusakkan flora tapi juga kepunahan fauna, ditambah lagi kurangnya curah hujan di wilayah ini, menambah keprihatinan melihat wilayah ini.


Bisikan Pantai Berbisik di Keheningan

Sekitar 30 menit berkendara dalam guncangan mobil jeep sewaan, akhirnya aku dan rombongan tiba di salah satu obyek wisata Gunung Bromo yang dinamakan Pasir Berbisik. Konon sebutan ini memang benar adanya, karena saat angin bertiup maka akan terdengar bisikan dari pasir yang ikut beterbangan.

Selain terpukau dengan hamparan pasir Bromo yang berbeda dengan pasir di pantai yang hitam keabuan, aku juga terpukau dengan keheningan yang dapat kurasa di tempat itu, sekalipun kami datang beramai-ramai dan teman sibuk saling berfoto dan mengambil gambar untuk mendokumentasikan keindahan alam disana.

Wilayah seluas 5.920 meter ini sesungguhnya sudah ditata agar bagian tengah tidak dilewati kendaraan wisatawan untuk tidak merusak hamparan pasir yang ada, apalagi jumlah kendaraan jeep yang keluar masuk wilayah ini bisa mencapai 400 an kendaraan setiap harinya

Lautan Pasir Berbisik dengan latar belakang Gunung Batok, menjadi pusat untuk pemotretan atau pengambilan gambar

Walau hanya merupakan lautan pasir diantara bukit-bukit pasir, namun menurut aku tempat ini unik dengan keindahannya tersendiri.


Menikmati Detik Terbitnya Matahari di Pananjakan Bromo

Pananjakan Bromo adalah lokasi strategis di Bromo untuk melihat matahari terbit. Ada beberapa jalur wisata yang bisa ditempuh untuk menuju ke lokasi ini. Jalur yang aku gunakan bersama teman-teman adalah jalur dari Kota Malang, karena kami sudah menginap di Malang.

Berangkat dari Hotel kami di Malang, pukul 24.00 menuju lokasi tempat mobil Jeep yang kami sewa karena tanpa mobil Jeep, maka lokasi menuju Pananjakan tak mungkin dicapai. Alternatif lain dengan sewa kendaraan bermotor.

Persiapan menuju Pananjakan yang cukup dingin adalah menggunakan baju dan celana yang cukup tebal, tutup kepala, masker muka, sarung tangan dan kaos kaki serta sepatu yang cukup tebal. Selain itu tentunya makanan dan terutama minuman hangat.

Saat kami datang ke Pananjakan, hari masih menunjukkan pukul 03.00 sehingga kami masih bisa bebas memilih tempat duduk, beberapa fotografer dengan kamera dan lensa yang canggih juga sudah memilih posisi yang baik agar dapat menangkap dan mendapat gambar yang bagus

Namun makin lama makin banyak orang berdatangan tanpa bergeming menikmati detik terbitnya matahari walau pagi menggigit dengan suhu dingin yang mampu membuat badan menggigil

Antuasisme pengunjung tidak hanya dari wisatawan lokal saja, banyak wisatawan asing yang datang dan menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan yang Maha Agung ini

Pengunjung mulai banyak berdatangan ke Pananjakan Bromo, waktu menunjukkan pukul 04.40

Pengunjung masih enggan meninggalkan lokasi meskipun sinar matahari mulai berpendar dan tertutup awan. Mereka masih asyik berfoto baik untuk mengikuti geraknya bumi maupun berfoto dengan teman dengan latar belakang keindahan panorama ini

Aku sendiri karena kulihat matahari mulai tinggi, aku mulai beranjak meninggalkan titik Pananjakan itu, menuruni tangga untuk kembali ke tempat mobil jeep kami di parkir. Pada perjalanan turun, banyak pedagang mulai berdatangan menawarkan dagangan mereka seperti jagung bakar, pisang atau kentang goreng. Warung di sekitar Pananjakan juga siap menyajikan minuman panas penghangat tubuh.

Setelah puas menikmati detik-detik terbitnya Matahari di Pananjakan, mari kita lanjutkan lokasi wisata berikutnya di Bromo yang tak kalah indahnya yaitu Pasir Berbisik


Keelokan Wisata Gunung Bromo

Gunung Bromo yang terletak di Tengger Semeru, Ngadas, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, menjadi salah satu obyek wisata yang terkenal di Jawa Timur karena keindahan panorama alamnya. Keindahan ini salah satunya dikarenakan letusan gunung berapi Bromo yang boleh dikata masih aktif ini, sejak tahun 1767 sampai dengan yang terakhir tahun 2011.

Bromo yang berasal dari Bahasa Sansekerta, yang berarti Brahma, Dewa Agama Hindu, dianggap sebagai Gunung Suci. Sebagian besar penduduk di wilayah ini adalah Suku Tengger yang memeluk agama Hindu. Setiap setahun sekali, suku Tengger akan memperingati Upacara Kasada. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.

Sebagai obyek wisata, Bromo mempunyai 5 titik obyek yang wajib dikunjungi yaitu :

Untuk menuju lokasi wisata ini, hanya bisa ditempuh dengan mobil Jeep 4×4 karena sulitnya medan yang juga berbatu dan berpasir.

Saat ini sudah banyak agen wisata yang menawarkan jasa ini, untuk empat sampai dengan lima orang, wisata ke wilayah ini sudah termasuk mobil sewa Jeep dan pengemudi, BBM,  tiket wisatawan lokal, snack selama di Penanjakan, air mineral dan biaya retribusi. Dengan kesepakatan harga, wisatawan bisa dijemput di tempat menginap.

Harga yang disepakati biasanya tidak termasuk dengan sewa kuda saat menuju ke Kawah Gunung Bromo karena harga bisa berubah menyesuaikan musim liburan.

Setiap lokasi wisata di wilayah Bromo dapat disimak dalam link-link postingan diatas. Selamat membaca, selamat berwisata, jadikan Gunung Bromo sebagai salah satu destinasi yang wajib dikunjungi 🙂