Mengintip Morea Di Waiselaka

Sebuah tempat wisata yang juga ramai dikunjungi orang dan sempat aku datangi dalam perjalanan kegiatan Pesparawinas XI di Ambon adalah Sumber Air Waiselaka. Sumber air yang berada di Waai, Salahutu, Maluku Tengah ini tidak pernah sepi oleh pengunjung. Selain pengunjung yang datang dari luar kota, sumber air ini juga digunakan oleh ibu-ibu warga setempat untuk mencuci baju. Namun walaupun digunakan untuk mencuci baju, air di sumber air selalu tetap bening dan jernih.

Aku tidak tahu pasti berapa ekor jumlah belut, atau yang biasa disebut Morea ada di sumber air ini, namun dari beberapa ekor yang berhasil keluar dari lubang-lubang batu disana, aku melihat Morea berukuran panjang mencapai 1 meter lebih dengan ukuran besar. Kukatakan berhasil keluar, karena untuk mengeluarkan mereka harus menggunakan Pawang dengan doa khusus dari Pawang yang membawa telur yang sudah dipecahkan untuk Morea tersebut.

Sudah banyak tulisan yang menceritakan mengenai latar belakang kehadiran Morea disana, yang pasti aku tahu masyarakat turut menjaga kebersihan sumber air ini sebagai tempat hidup habitat Morea.

m1

m5

Pawang mengajak Morea keluar dari bebatuan dengan telur

m2 m3 m4 m6 m7Selain sebagai obyek pariwisata, mari kita juga terus menjaga kelangsungan hidup Morea, kelestarian alam dan sumber air satu-satunya bagi warga disini. Selamat berkunjung

 


Icip-icip Kuliner Tradisional Khas Ambon

Selama di Ambon, bersyukur aku sempat mencicipi aneka kue, makanan dan masakan khas Ambon dari Ibu-ibu yang bertugas menyiapkan makanan kontingen di Bapelkes. Aku jadi mengenal aneka kuliner

Lamet

Lamet

?????????????

Wajik

?????????????

Kohu – Urap Ambon

?????????????

Koyabu dari tepung beras ketan

Kue Lumpur

Kue Lumpur Ikan Cakalang

?????????????

Nasi Kuning

?????????????

Kue Sagu Natsepa

Ampas Terigu (Gula Merah Saparua) dan Lemper

Ampas Terigu (Gula Merah Saparua) dan Lemper

?????????????

Papeda dan Ikan Kuah Asam

Hm….semuanya sadap dan selamat makang …. 😀 tak pernah bosan walau dimakang berkali-kali, semua enak !!


Batu Sebagai Alternatif Hadiah, Mengapa Tidak ?

Saat aku merencanakan pergi ke Ambon, beberapa teman mengatakan begini, “wah bisa borong batu bacan dari sana,” aku yang sudah lama tidak lagi menaruh perhatian pada batu, hanya bisa mengiyakan saja, sambil mengingat-ingat, “batu bacan” dan ternyata benar, setelah tiba disana batu yang kabarnya sedang naik daun ini memang ramai menjadi pembicaraan orang, baik warga Ambon sendiri ataupun para pendatang, bahkan juga dipamerkan pada beberapa booth atau stand di Pameran Maluku Expo 2015.

Dulu, aku memang pernah menyukai batu-batu untuk cincin, namun sudah hampir sejak menikah, tidak terlalu tertarik untuk mengenakan cincin dengan batu, yang sekarang dikenal dengan nama gemstone. Namun, sejak tiba di Ambon dan orang banyak membicarakannya serta juga ternyata hampir semua orang yang aku temui di Ambon memakai cincin dengan batu-batu yang indah, aku juga jadi tertarik untuk mendengarkan pembicaraan mengenai “perbatuan” ini.

Pulau Bacan adalah sebuah pulau yang terdapat di Maluku, tepatnya di sebelah barat daya Halmahera. Secara administratif pulau Bacan masuk ke dalam Kabupaten Halmahera Selatan dengan ibukota Labuha di Maluku Utara. Namun, terjadi diskusi bahwa konon kabarnya yang disebut batu bacan itu bukan berasal dari Pulau Bacan tapi dari Pulau Kasiruta, di tenggara Pulau Bacan. Sebagai hanya pencinta keindahan, aku ga masalah lah batu itu berasal dari mana, yang penting aku tahu oh batu yang aku punya bernama batu bacan doko dan batu alang atau batu bacan palamea 😀

Hanya ketika bertemu dengan penggemar batu, aku sempat bertanya, mengapa batu bacan ini mahal harganya ternyata karena batu bacan adalah batu yang berproses, batu yang semula kita terima berwarna hitam atau hijau tua, lama-lama berproses menjadi berwarna lebih muda dan konon kabarnya jika disinari dari bagian bawah batu tembus cahaya tersebut maka boleh dikata bahwa batu itu batu yang bagus dan telah mengalami proses yang cukup lama.

Dan ternyata benar, ada begitu banyak jenis batu yang aku bisa temui dan lihat saat di Ambon, dan inilah sebagian yang aku lihat disana, milik pribadi dan milik teman-teman, ada yang beli sendiri, ada yang pemberian dari kerabat disana dan ada juga yang minta, ada yang sudah diikat, baru dipoles ataupun masih bongkahan….hehehe…indah bukan ?

b1????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????b11Kini batu dapat digunakan sebagai alternatif hadiah atau oleh-oleh, tentu saja, mengapa tidak ? Tentunya bagi orang yang suka pada keindahannya bukan, seperti saya 🙂 Selamat berburu….

 


Hiruk Pikuk Pasar Mardika Ambon

Aku suka pergi ke pasar. Mengapa ? Karena di pasar sangat ramai, ya iyalah….tapi bukan itu saja, melainkan karena di pasar banyak hal bisa aku lihat dan aku amati. Pasar, seperti umumnya tempat umum yang lain (Rumah Sakit, Sekolah dan Tempat Ibadah), aku yang dulu terbiasa “dititipkan” Ibu di sebuah toko sementara Ibu pergi blusukan kedalam pasar, bisa mengamati aneka ekspresi, aneka wajah, banyak percakapan atau dialog antara penjual dan pembeli, antara pembeli dengan pembantu rumah tangganya atau antara ibu dan anak dan juga tingkah dan perilaku tiap-tiap orang di dalam pasar, bahkan termasuk juga pemberi jasa yang lain, seperti kuli angkut barang dan pengemudi ojek.

Kerinduan akan suasana pasar, terlampiaskan juga akhirnya saat aku berada di Ambon. Pasar terdekat yang kami datangi adalah Pasar Mardika, hanya dengan Rp 3.000,- (tiga ribu rupiah) sekali jalan, dari jalan raya Kudamati depan RSUD, aku sudah bisa sampai kedalam Pasar Mardika dengan kendaraan angkutan umum yang full music.

penjual ikan asar dan ikan segar p2 p3 p4Aku memang tidak sampai blusukan kedalam pasar karena begitu sampai di Pasar, sepanjang jalan pasar itu sudah dipenuhi dengan aneka ragam apa yang kami perlukan. Disana ada aneka macam sayur segar, rempah-rempah, sagu manta, sagu kering, ikan segar, ikan asar, sayur pepaya dan bunga pepaya, juga buah-buahan. Bahan untuk membuat sambal colo-colo pun lengkap, dengan cabe dan lemon cinanya.

p5 p6 p7 p8 p9 p10Hiruk pikuk sangat terasa sejak pagi hari aku datang pertama ke pasar, bahkan sampai siang saat aku berkunjung yang kedua ke Pasar Mardika. Pedagang yang berjualan di sepanjang jalan ini sangat menjaga kebersihan dan tertib dengan pengawasan penjaga keamanan setempat.

Suasana pasar dan keramaiannya selalu mesti aku datangi kemanapun aku berada, mengobati rinduku saat pergi ke pasar bersama Ibu 🙂