Menikmati Libur Di De Paviljoen, Bandung

Libur panjang menyambut hari raya Idul Fitri 1439 H, kami sekeluarga minus kakak Dita menuju ke Bandung dan sepulang dari sana, seperti biasa teman bertanya bagaimana review hotel selama tiga hari menginap di Hotel De Paviljoen, yang terletak di Jalan RE Martadinata, Bandung ?

20180613_061545Alasan memilih hotel ini, setelah melihat review-review sebelumnya, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan reservasi di hotel ini. Prosesnya mudah banget melalui website dan malah lebih murah.

Tiba di sana disambut dengan semua pelayanannya yang ramah, mudah dan yang terpenting, ga pakai lama, mulai dari registrasi sampai dengan check in dan masuk ke dalam kamar.

Ada tempat ngopi di @koffiestory atau sarapan sampai dengan makan malam di @keuken_paviljoen atau pun menikmati langit berbintang dari sky bar di @vesper

20180612_220226

1528946336065

20180612_220145

 


Fasilitas lengkap, ga usah ke mana-mana pun, di hotel saja sudah terasa man man nyaman. Gym, kolam renang air hangat yang bisa digunakan selama 12 jam (mulai dari pukul 07.00 sampai dengan19.00). Kolam renang seperti ini penting banget buat yang punya bocah yang suka main air, mereka ga cukup nyemplung cuma satu kali, pasti pengen bolak balik masuk ke air, apalagi airnya hangat. Selain itu juga ada kids area, tidak jauh dari kolam renang, di bawah Gym.

20180613_080202Oh ya di teras hotel juga tersedia sepeda dengan aplikasi yang dapat digunakan untuk bersepeda sambil berolahraga.

IMG-20180612-WA0032Letaknya strategis banget karena berada di Jalan RE Martadinata (Jalan Riau) yg terkenal dengan deretan factory outlet dan wisata kuliner komplit sekitar hotel, membuat pak suami ga keluarin mobil di malam hari, hehehe emang itu yang dicari, mau kemana mana tinggal jalan kaki aja.

Kamar hotelnya ? Yang pasti, kita teratur tidur siang sebelum renang di sore hari. Review kamar hotel kami sebagai berikut  ya :

Kami reservasi dua kamar Deluxe, yang satu dengan twin bed dan yang satu dengan double bed. View kamar hotel kami menghadap samping dari hotel Tebu tapi karena mendapat posisi cukup di depan sehingga kami masih dapat menikmati view ke arah Jalan RE Martadinata atau Jalan Riau.

20180611_133526Di dalam kamar, cukup luas dan lega, ada meja tulis, sofa, meja TV, refrigerator, pemanas air dan dgn kopi teh gula creamer serta 2 botol air mineral.

1528946496437Kamar mandi dibagi dua, antara shower dan closet, walau agak kecil dan kurang gantungan baju tapi ya pas ajalah. Disediakan juga hairdryer (penting ini hehe). Kita juga bisa minta ganti sprei dan handuk kering (penting banget…*)

20180612_064830Nah apalagi coba ? Direkomendasikan banget buat yg mau nginep di Bandung lho. Ini bukan endoser dr hotel atau voucher gratisan dari manajemen dari @depaviljoenbandung tp semua bener2 oke punya (walau ya ga nolak banget kalau dapat undangan nginap gratis hehehe), ayo cepat tetapkan pilihan staycation di hotel De Paviljoen Bandung.


Hummingbird Guest House, Jalan Progo Bandung

Maaf ini benar late posting, terlambat posting tapi kalau ga diposting ya sayang banget. Libur lebaran kemarin, kami menyempatkan liburan ke Bandung, haa Bandung lagi ? Ya iyalah Bandung emang ga pernah mbosenin untuk dikunjungi, selalu ada aja yang baru dan patut dicoba. Selain itu kenapa juga ke Bandung karena pertama Bandung dekat dan ga terlalu jauh. Kedua, walau libur kali ini cukup panjang karena disambung dari Libur Kenaikan Kelas, kami hanya punya waktu terbatas berhubung mesti mempersiapkan keberangkatan sulung untuk studi.

Ah kembali lagi ke Liburan, kami pilih Bandung yang terkenal macet ini di hari libur, lokasi mana yang enak ya, yang kita bisa parkir mobil tapi lengkap kuliner dan cuci mata. Akhirnya setelah browsing mencari info, pilihan jatuh ke Hummingbird Guest House yang terletak di Jalan Progo. Info tentang Jalan Progo ada di postingan berikut ya.

Hummingbird Guest House yang terletak di Jalan Progo ini, berupa bangunan berlantai tiga yang terletak di belakang Hummingbird Eatery (tempat makannya yang wow makanannya). Tiap lantainya terdiri dari empat kamar karena letaknya di belakang walau Jalan Progo ramai banget, kami bisa tidur dengan nyaman, tenang dan nyenyak, kecuali di saat pertama kami datang, agak terganggu dengan dering telpon dari front office yang langsung bergema ke telinga kami….setelah kami info ke petugas, kami bisa istirahat dengan asik.

Kamarnya cuma delapan dan harganya di hari libur Lebaran, naik sekian kali lipat, tapi membaca review tentang tempat ini, kami penasaran untuk tetap berlibur disini. Guest house yang diinspirasi dari seekor burung kolibri atau hummingbird, nuansa tempat ini dari depan sampai belakang dan lantai ats banyak dipenuhi dengan gambar hummingbird.

Yuk kita lihat gambar-gambarnya

Hummingbird Guest House berlantai 3

Hummingbird Guest House berlantai 3

Kunci kamar dengan nama-nama burung

Kunci kamar dengan nama-nama burung

Menyambut pagi di Hummingbird GH

Menyambut pagi di Hummingbird GH

Ruang Duduk Di Lantai 3

Ruang Duduk Di Lantai 3

Nyaman buat santai

Nyaman buat santai

Pintu Kamar Hummingbird GH

Pintu Kamar Hummingbird GH

Tangga menuju Lantai 2 dan 3

Tangga menuju Lantai 2 dan 3

Cookies menjelang malam....

Cookies menjelang malam….

Tempat yang recommended banget dan layak dicoba, petugasnya ramah mulai dari sejak komunikasi reservasi sampai kami pulang. Benar-benar cozy dan nyaman. Selamat berlibur


Sate dan Gulai Kambing HM Harris, Asia Afrika

Seperti biasa, sebelum mendatangi suatu tempat, walau cuma ke Bandung saja, aku selalu searching dan browsing dulu kuliner apa yang wajib dikunjungi dalam perjalanan kali ini. Kebetulan kali ini aku menginap di Jalan Braga, maka setelah searching aku mendapat informasi tempat kuliner yang wajib dicoba yaitu Sate dan Gule Kambing HM Harris di Jalan Asia Afrika No 151 (Simpang Lima) Bandung

Jadilah Sabtu malam, kami menuju kesana. Lokasinya tidak jauh dari tempat kami menginap tapi karena berlaku sistem arus lalu lintas satu jalur, maka kami mesti memutar jalan melalui Jalan Dalem Kaum. Jika sudah tiba di Simpang Lima, perlambatlah kendaraan dan ambil jalur kanan karena Rumah Makan ini ada di sisi kanan.

Hari sudah menunjukkan pukul 20.30, namun antrian mobil masih banyak dan terus pendatang datang bergantian, maklum Rumah Makan ini buka 24 jam. Saat kami tiba di pintu rumah makan, kami sudah berada pada posisi antrian ke-3. Rumah makannya memang tidak besar, mungkin hanya sekitar 15 meja disana, yang dibagi bagian depan dan belakang, rumah makan tidak tingkat pula, jadi memang harus antri. Sambil menunggu, kami mulai memesan makanan.

Setengah jam menunggu, akhirnya kami dapat menikmati pesanan kami. Sesuai judul rumah makannya, maka disini memang hanya menyajikan SATE dan GULAI saja, tidak ada SOP. Jadi pesanan kami dua macam yaitu sate daging dan gulai. Sebetulnya ada variasi sate yang lain seperti ginjal, lidah dan hati tapi mungkin karena malam minggu dan ramai pengunjung, variasi lain habis. Disini memang hanya tempat untuk makan, kita tidak bisa santai-santai atau ngobrol lama-lama karena selama kami makan, pengunjung yang antri juga terus bertambah.

Sebenarnya sulit dicerna dengan kata-kata karena memang enak. Gulai kambingnya hampir seperti masakan Ibu tapi kuah santannya kurang kental menurut aku, tapi untuk rasa ya okelah. Sate nya disajikan di hot plate, jadi tetap hangat, empuk, matang luar dalam. Harganya standard lah, kurang lebih antara Rp 30 ribu per mangkuk gulai.

Sampai kami pulang, pengunjung bergantian datang dan pelayan rumah makan terus sigap mengipasi daging kambing untuk sajian. Selamat mencoba


Geliat Pagi Di Cikapundung Timur

Cikapundung, Bandung sudah dikenal sejak lama sebagai Bursa Penjualan Koran. Sejak pagi buta, sopir dari bagian Sirkulasi Koran menurunkan ribuan eksemplar disana untuk didistribusikan agen koran ke loper yang selanjutnya diteruskan kepada pelanggan.

Kegiatan yang hidup dan berjalan sepanjang pagi, terasa dikejar waktu karena koran pagi selalu dinanti pelanggan. Jika terlambat tiba pasti ditinggal pelanggan, apalagi era sekarang dimana berita terkini sudah ada didalam genggaman, tak banyak orang yang masih menantikan kehadiran koran pembawa berita baru.

Agen membagi koran untuk para loper sesuai wilayahnya

Menghitung

Menerima dan menghitung koran yang baru tiba

Sibuk

Melayani pembeli yang lewat

Geliat kegiatan pagi hari di Cikapundung nyaris identik dengan koran, ntah sampai kapan


RASA Bakery and Cafe, Tamblong

Hari kedua kami berada di Bandung, kami isi dengan banyak berjalan kaki sejak pagi, mulai dari bangun pagi berjalan di sekitar hotel, melewati Jalan Asia Afrika, Jalan Cikapundung Timur dimana loper koran banyak berkumpul disana, lanjut ke Jalan Naripan, Jalan Braga., Jalan Merdeka, Jalan Lembong, Jalan Telpon dan kembali ke hotel melalui Jalan Lengkong Besar.

Setelah sarapan di Hotel, kami berjalan-jalan di sekitar Jalan Riau, tempat beberapa Factory Outlet disana dan makan siang di Bandung Indah Plasa. Dalam perjalanan kembali ke Hotel, karena Bandung banyak menggunakan sistem satu arah kendaraan, kami melewati Jalan Tamblong dimana sebuah toko kue, rumah makan dan cafe yang menyajikan kuliner tempo dulu berada.

Nama tempat itu adalah RASA Bakery & Café yang berdiri pada tahun 1936, semula bernama Hazes, Pada tahun 1963, Hazes dibeli oleh Ny. Kamarga yang kemudian mengganti nama menjadi Rasa Bakery & Café dengan salah satu produk unggulannya yaitu ice cream buatan sendiri atau home made

Walau sudah berdiri puluhan tahun, Bakery dan Cafe yang serupa dengan Ragusa Italia di Jakarta dan Zangradi di Surabaya ini, tampak bersih dan modern walau kesan jadulnya tetap ada. Suasananya menyenangkan, tempatnya bersih tidak berdebu, pelayannya ramah dan siap membantu, juga makanannya enak-enak berdasarkan review dari beberapa orang yang pernah berkunjung kesana.

Karena kami baru saja makan siang, maka kami mencari yang ringan saja, yang pasti Ice Cream. Kami juga memesan Belgium Wafel dan beberapa potong pastry, yang sangat lembut dan enak sekali. Satu cup Ice Cream diberi harga Rp 12.000,- sesuailah untuk es seenak itu.

Selain makanan ringan seperti ice cram, cake, kroket, bitterballen, pizza dan mini lasagna serta aneka kue kering lainnya, RASA juga menyediakan menu sarapan pagi seperti laksa dan makanan utama lainnya seperti Sup Buntut dan Rawon.

Oh ya jika akan menuju ke tempat ini, dari arah Jalan Merdeka, lokasinya ada di sebelah kanan jalan, jadi bersiaplah mengambil jalur di sisi kanan. Tertulis ada papan nama “RASA Celebes” yang merupakan papan nama untuk menuju ke Rasa Bakery & Cafe dan Toko Olah raga “Celebes”. Selamat mencoba.

Rasa Bakery & cafe
Jl. Tamblong No.15
Bandung , Jawa Barat – Indonesia
Buka dari jam 08.00 sd jam 22.00
022 4205330


Review Hotel Ibis Style Braga Bandung

Setelah kami memutuskan memilih Jalan Braga sebagai wilayah liburan kami sekeluarga kali ini, aku kemudian searching hotel yang ada di sekitar Braga. Setelah mengetahui ada hotel Ibis disana dan membaca review dari beberapa orang yang pernah menginap, aku mencoba menghubungi teman yang bekerja di Ibis Gading Serpong. Teman disana memberitahuku PIC di Hotel Ibis Braga, oh ya jangan salah, di Bandung ada dua buah hotel Ibis, yang pertama Hotel Ibis Style Braga dan yang kedua adalah Hotel Ibis Trans Studio Bandung.

Tidak banyak referensi persisnya yang menggambarkan dan juga foto-foto mengenai situasi di Hotel Ibis Style Braga ini. Jadi memang lebih enak langsung berkomunikasi dengan pihak hotel. Sebelumnya aku berencana untuk melakukan reservasi dua kamar yang berdekatan untuk dua malam karena jumlah kami 5 (lima) orang. Lalu pihak Hotel memberitahukan bahwa mereka punya tipe kamar Family Room, yang terdiri dari satu tempat tidur besar dan dua single bed di ruang yang berbeda, dengan TV di masing-masing ruang (yang sebenarnya tidak terlalu penting buat kami) serta sebuah kamar mandi di dalam kamar. Kami memilih tipe Family Room karena kami bisa satu kamar dengan anak-anak.

Namun sebagai catatan, Family Room yang berkapasitas 4 orang ini hanya menyediakan makan pagi dan handuk besar untuk dua orang saja. Jadi bagi keluarga yang tentunya lebih dari dua orang karena menyewa Family Room harap membawa persediaan handuk sendiri.

Hotel berlantai 12 ini memang baru dibuka pada tahun 2014, semuanya masih tampak bersih dan tertata rapi. Lobby tampak luas, dengan tersedia ruang duduk tamu, bar kecil dan ruang untuk melakukan akses internet, walau semua ruang terkoneksi dengan jaringan WiFi juga. Petugas mulai dari keamanan, di front office sampai office boy, semua tampak ramah dan menjalankan tugasnya dengan baik.

Kamar kami berada di lantai 7, tepatnya di kamar 702, depan pintu lift. Kamar menghadap ke Jalan Asia Afrika, tepatnya persis menghadap ke Hotel Savoy Homann, Hotel tua yang mengalami renovasi beberapa kali sejak berdirinya pada tahun 1871. Jendela yang besar dan luas membuat ku dapat dengan lega memandang keluar jendela, mulai dari matahari terbit sampai dengan matahari terbenam.

Kamar mandinya semi transparan walau tidak terlihat dari luar dan tidak mempunyai pengunci pintu.

Ruang makan untuk sarapan pagi tersedia di lantai 2, sebuah ruangan yang luas dan masih tertata dan terawat baik. Menu makan pagi standar seperti bubur ayam, nasi dan aneka lauk, roti,donat, telur bisa berupa omelet atau telur mata sapi, jus dan minuman hangat seperti kopi hitam, susu, teh dan lainnya, serta buah-buahan. Walau merupakan menu standard tapi boleh dikata semua makanan yang disajikan punya “rasa” yang enak.

Buat aku pribadi dan keluarga, hotel ini nyaman, tenang dan menyenangkan. Kami bisa beristirahat dengan tenang selama berada disana. Sayangnya tidak ada fasilitas olahraga dan kolam renang. Lokasinya juga dekat dengan banyak tempat. Kami hanya berjalan kaki menyusuri Braga, Asia Afrika, Cikapundung dan juga banyak makanan di sepanjang Asia Afrika yang tidak jauh dari hotel kami. Selamat mencoba dan berlibur bersama keluarga 🙂


Braga, The Bandung Heritage

Paling enak memang kalau diberi kejutan ya, walau kadang kejutan membuat kita kelabakan. Seperti kali ini dan memang seperti biasanya, suami jarang bisa punya perencanaan jangka panjang mengenai liburan mengingat kesibukan kerjanya. Tiba-tiba di suatu pagi, sebelum aku berangkat ke kantor, suami bilang, “saya mau liburan ke bandung.” oh iya iya, jawabku waktu itu karena sedang kondisi mau berangkat ke kantor. Pembicaraan dilanjutkan via BBM setelah tiba di kantor.

Singkat cerita, kami akan pergi ke Bandung selama 3 hari 2 malam, mulailah searching lokasi dan hotel yang memungkinkan, sesuai dengan budget dan tujuan perjalanan kami. Tujuan perjalanan kami kali ini hanya untuk sekedar santai saja, tidak ada rencana untuk belanja-belanja (walau belanja juga akhirnya 🙂 ) tapi lebih sekedar berganti suasana, mengingat padatnya kesibukan kami dan anak-anak pada dua bulan terakhir. Oleh karena itu, kami yang biasanya lebih sering menginap di daerah Lembang dan daerah Jalan Riau, maka kali ini kami memilih ke wilayah Jalan Braga, yang dikenal sebagai Pusat Perdagangan tempo dulu dan terkenal sejak masa pemerintahan Hindia Belanda.

Jalan Braga, yang pada awalnya merupakan sebuah jalan kecil dan sunyi menjadi jalan yang ramai karena banyak warga Belanda membuka usahanya dan mendirikan bangunan usaha disana. Bangunan-bangunan itu beberapa sudah berubah fungsi dari awal pembangunannya namun bangunan yang menjadi legenda jalan Braga tetap ada hingga saat ini, mulai dari LKBN Antara, Sumber Hidangan Bakery, French Bakery, Braga Permai, Gedung Merdeka, De Vries, bahkan hotel tempat kami menginap yang sebelumnya adalah Hotel Wilhelmina yang dibangun pada tahun 1919.

Menurutku, sepatutnya Braga memang terus dilestarikan sebagai Cagar Budaya Kota Tua, karena selain banyak bangunan tua yang dibangun di masa Hindia Belanda, di ujung jalan Braga terdapat Gedung Merdeka dimana Konferensi Asia Afrika yang menjadi tonggak perdamaian dunia diselenggarakan pada tahun 1955. Braga layak disebut sebagai salah satu The Bandung Heritage, yaitu warisan budaya masa lalu, yang patut dilanjutkan dan dilestarikan pada generasi berikutnya

Perjalanan selama 3 hari di Kota Bandung ini banyak kami isi dengan menjelajahi jalan-jalan di sekitar penginapan kami di Hotel Ibis Style Braga dengan berjalan kaki, yaitu Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika, yang dapat disimak di postingan berikut.