Antologi Pentigraf : Nama-nama yang Dipahat di Batu Karang

Terbit, Buku Antologi Pentigraf dalam rangka HUT ke-5 Kampung Pentigraf Indonesia

WhatsApp Image 2021-06-08 at 19.56.39

Pentigraf merupakan akronim dari cerpen tiga paragraf. Karya sastra jenis baru ini, kali pertama digagas dan dikembangkan oleh sastrawan dan akademikus dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Dr. Tengsoe Tjahjono.

Beruntung aku, setelah mempelajari teknik ini pada akhir tahun 2020, dapat bergabung dengan para sastrawan Indonesia dan dibimbing langsung oleh Dr. Tengsoe, bahkan sebuku dengan beliau ? dengan 153 penulis lainnya dalam buku ini.

Tema yang diangkat dalam buku antologi ini adalah tentang Pahlawan. Ada satu naskahku di sana (Puji Tuhan). Pahlawan tidak selalu seorang yang berjuang di medan pertempuran, tapi seorang Pahlawan bisa saja seorang biasa yang menyelamatkan hidup dan menjaga keberadaan kita sehingga tetap bertahan untuk hidup. Baca ceritaku ya dan juga kisah yang dituliskan para sastrawan lain, yang keren-keren.

Belajar dan terus belajar #delaras #pentigraf #kampungpentigrafindonesia


Antologi Gogyoshi I : Hatosongu

Terbit buku Antologi Gogyoshi pertamaku “Hatosongu” bersama penulis dari Komunitas Elfa Mediatama dan PJ Mbak Genoveva Dian.

Gogyoshi adalah gaya puisi Jepang yang terdiri dari satu judul dan lima baris. Bentuk asli diterbitkan Tekkan Yosano pada tahun 1910 dengan jumlah suku kata tertentu setiap baris.

Pada tahun 2000 an, beberapa penyair Jepang menulis gogyoshi modern tanpa batasan. Mariko Sumikura menggunakan gogyoshi dengan kata dalam Bahasa Inggris pada tahun 2009. Dan semakin populer di negara lain termasuk Indonesia karena sangat simpel formulanya.

Gogyoshi adalah puisi 5 baris, sedangkan Hatasongu berarti Nyanyian Hati. Buku hasil belajar bersama dengan 25 penulis dalam Kelas Absolute Writing di awal tahun. Tentu menjadi sesuatu banget kan.

Dalam buku ini, aku mencoba menulis lima buah puisi gogyoshi bertema bebas. Bukan hal yang mudah bagiku untuk membuat puisi, terlebih lagi dalam lima baris setiap baitnya. Tapi inilah hasil belajarku. Bagaimana ketentuan penulisan gogyoshi ini, simak ya

  1. Tiap puisi diberi judul
  2. Judul ditulis dalam huruf kapital
  3. Tiap puisi terdiri dari lima baris
  4. Tiap baris dimulai dengan huruf kapital.
  5. Di akhir baris bisa diberi tanda titik (.), boleh juga tidak
  6. Di akhir puisi wajib dituliskan keterangan tempat dan tanggal

IMG-20210725-WA0116

Terima kasih pada para mentor di kelas Absolute Writing dan sudah mengkoordinir pembuatan buku ini. Buku ini imut cantik (kayak aku ?) berukuran A6 namun padat berisi. Minat? Yuk japri aku..

#delaras #gogyoshi

Sumber : Wikipedia


Buku Antologi Senandika I “Ruang Bernama Kenangan”

Ini buku Senandika ku yang pertama. Memalukan sesungguhnya saat pertama aku mengirimkan naskah pada PJ Buku Antologi ini aka Kak Kian Permana. Mengapa memalukan? Karena senandika ini, menurut aku seperti puisi yang diprosakan. Jadi perlu diksi yang halus dan cermat walau di awal pengumpulan, Kak Kian hanya mengatakan seperti menulis buku harian saja (POV 1). Tapi ternyata ga semudah itu. Bahasaku terkesan kaku. Kurang puitis (kurang romantis dan kurang mendayu, kurang… halah), ya kurang puitis lah menurut aku. Aku terlalu gamblang dan detil, jadi malah seperti cerpen atau pentigraf.

rind

Akhirnya berkat kepiawaian jiwa seni Kak Kian, dilakukanlah perombakan, sehingga tulisan Serenada Rindu ku ini jadi jreng…jreng.. keren banget. Untuk moodnya sebenarnya sudah kena banget, karena bercerita tentang penugasan dinas seseorang di masa pandemi. Perjalanan Dinas di masa seperti ini memang dobel khawatirnya ya. Apalagi dilakukan di akhir tahun, yang cuacanya tak menentu. (Note : Serenada Rindu, aku kirimkan pada Kak Kian tanggal 7 Desember 2020) Ah kena banget deh kalau mood dan suasananya. Hanya untuk diksi, aku belajar banyak dari Kak Kian, yang super sabar ini.

Jadi, Senandika itu apa sih? Simak di sini ya, penjelasan yang aku kutip dari Kak Kian di WAG Senandika.

Senandika adalah sebuah karya sastra yang termasuk dalam prosa modern. Di adaptasi dari sebuah wacana suatu tokoh kepada dirinya sendiri dalam karya sastra dari sebuah skrip drama.

Meski tergolong dalam prosa keindahan penyusunan senandika perlu diperhatikan, bisa menggunakan diksi atau majas, tapi harus seimbang dan memang sesuai dengan konteks senandika yang notabene diadaptasi dari bahasa tutur.

Namun, senandika tidak terikat majas, rima, diksi, dan lainnya seperti halnya puisi. Meski begitu senandika tetap estetik dan menarik.

Nah unik kan. Puisi tapi Prosa. Prosa minimalis tapi tetap estetik dan menarik. Wih, bolak balik naskah Serenada Rindu ku direvisi Kak Kian, tapi Puji Tuhan, hasilnya akan membuat kamu meleleh. Aku yakin bukan hanya naskahku yang membuat perasaan seperti berjalan di roll coaster tapi juga tulisan lain, karena benar-benar ditulis pakai hati….

Saat ini (5 Maret 2021), buku Antologi Senandika bertema Di Hujung Tahun, yang akhirnya berjudul Ruang Bernama Kenangan, yang ditulis sebanyak 37 orang penulis, masih dalam tahap menunggu proses layout. Mohon bersabar ya para penggemar 😉

Daftar Penulis Buku Ruang Bernama Kenangan

  1. Memeluk Takdir – Nurhayati
  2. Kunantikan Kepergianmu – R.S. Arti
  3. Desember, Secangkir Doa untuk Langit – Ocha Sawitri
  4. Menanti Hingga Ke Surga – Sari Sagitaria
  5. Ucapan terakhir di penghujung bulan – Salmaa Rahmania
  6. Cahaya Cinta – Sri Kusuma
  7. Thank You 2020 – Rinai Senja
  8. Resah Berujung Harap – Wira Asmara
  9. Ikrar Sang Pemimpi – Nia Kannia
  10. Ruang Uang – Ilda V. Siregar
  11. Menentang Kemaksiatan dalam Diri – Santhi Susyamthon
  12. Mendekap Harap – Arsyis Musyahadah
  13. Menggenapi Asa –  Siti Zubaidah
  14. Meskipun Tahun Berakhir, Asa Terus Lahir – Sri Wardani
  15. Memetik Hikmah di Kala Pandemi Setia – Restiani
  16. Menjemput Mimpi – Aditia Putri
  17. Mengalahkan Pandemi Tazkiyatun – Nafsiah
  18. Kepada Hati Yang Tenang Dalam Keabadian – Hanidar Fela Anandari
  19. Kemarin, Hari Ini, Esok dan Lusa – Siska Artati
  20. Cerita Di Ujung Hari – Sri Kustanti
  21. Kamu yang Masih Bernama di Hatiku – Sonya Mauludina
  22. Serenada Rindu – de Laras
  23. Perhatianku Akan Diriku – Khomsatun Zulaikha
  24. Dunia yang Terbalik – Atéjé
  25. Untukmu yang di Langit Biru  -Yuliyanti
  26. Gadis Pelayar Mimpi – Ran Maharani
  27. Mari Mulai Kembali – Gustepu
  28. Purnabakti di Ujung Tahun – Sirajuddin Jamal
  29. Terima Kasih, Waktu – Nuraeni Patma
  30. Apa Kabar Pak Guru? – Yuliyah
  31. Sebuah Janji – Sinta Arum
  32. Akhir Desember – Syara Nurtantri
  33. Teduh dan Teriknya – Perjuangan Jumiah
  34. Hal Yang Aku Syukuri di Tahun Ini – Nisaul Wafa
  35. Cinta Yang Dulu Ada – Airhyn Humairah

Mohon bersabar menunggu proses terbitnya buku ini. Kami dalam tahap Vote Cover di WAG hari ini, sedang seru-serunya 😀 dinamika kelompok buku Antologi

WhatsApp Image 2021-03-05 at 16.15.07

Final Cover (Updated 12 Maret 2021)

WhatsApp Image 2021-03-12 at 15.04.16

Salam literasi