Mulai siang itu, ibu harus dirawat di RS. Aku mulai mengurus administrasi, mencari kamar dan memberi deposit. Sementara adikku menemani ibu. Eda dan ibu mertuaku kembali ke penginapan karena malam ini mereka akan kembali ke Jakarta. Ibu memang tampak lemah dan lelah. Hasil lab pagi itu menunjukkan gula darah diatas 400 dan tekanan darah yang cukup tinggi. Hal ini bisa saja disebabkan karena faktor kelelahan dalam perjalanan dan tegang dari diri ibu sendiri. Aku menangis dalam hatiku, ibuku yang baru berusia 63 tahun itu tampak jauh lebih tua dari ibu mertuaku yang berusia 82 tahun.
Setelah kamar perawatan ibu selesai disiapkan, ibu masuk kedalam ruangan, berganti pakaian dan beristirahat. Suster dan dokter mulai berdatangan bergantian, mulai dari mengukur tekanan darah dan suhu tubuh, infus, suntikan insulin dan juga meminumkan obat. Akhirnya ibu bisa tidur dan beristirahat. Malam ini, adikku yang bertugas menjaga ibu. Aku kembali ke apartemen untuk sekedar memejamkan mata, karena aku tidak bisa tidur, aku ingat ibu…semoga keputusan kami membawa ibu berobat adalah keputusan yang benar.
Hari ke-2, pagi-pagi aku datang ke rumah sakit. Pertama, sudah tidak ada temanku di apartemen dan kedua, aku ingin cepat-cepat bertemu ibu. Aku berjalan kaki menuju RS, sebelumnya aku mampir di kedai pinggir jalan untuk membeli sarapan pagi, aku membeli kuetiau goreng dan teh susu. Pagi ini kami berdua menemani ibu. Kondisi ibu membaik, gula darah mendekati normal dan tekanan darah normal. Dr. Lim mengunjungi ibu dua kali dalam sehari. Kami menyempatkan pergi ke pertokoan dekat RS dan membeli bakpia kesukaan anakku, yang biasa dibawa Eda untuk si bungsu, di Wah Thai Native Product. Malam ini aku giliranku untuk menemani ibu di RS.
Hari ke-3, pagi-pagi aku terkejut luar biasa. Suster jaga berteriak karena ibu sudah turun dari tempat tidur dan berjalan sendiri ke RS. Aku kesal, aku takut ibu terjatuh. Kenapa ibu tidak membangunkan aku? Ibu tidak mau membangunkan aku karena kasihan melihat tidurku, ibu tidak tega. Aku kesal, kan sudah tugasku menjaga ibu, kalau sampai ibu terjatuh lagi, kita bisa tidak pulang hari ini, kataku. Kubawa ibu kembali ke tempat tidur. Kepalaku sakit sekali karena mendadak bangun. Aku mencoba untuk tidur lagi. Hari ini adalah hari penentuan kepulangan ibu. Kalau kondisi ibu membaik, terutama hasil CT Scan baik, maka ibu diijinkan pulang. Demikianpula harapan kami karena tiket kepulangan kami dijadwalkan hari ini dan telah diusahakan untuk reschedule tidak bisa karena tiket yang kami beli adalah tiket promo.
Dr Lim melakukan kunjungan pagi ini dan sudah mengijinkan ibu untuk pulang serta memberikan sejumlah obat untuk dua bulan kedepan. Namun, ijin terakhir masih menunggu keputusan Dr. Ng Cheok Man, dokter muda, ahli neurosurgery berdasarkan hasil CT Scan yang akan dilakukan pagi ini. Pagi-pagi kami mengantar ibu untuk CT Scan, sesudah itu kami konsul ibu ke dokter mata. Menurut dokter mata, pecahnya pembuluh darah ibu juga sudah terjadi di mata, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan, selain berdiet dan memakai obat tetes mata setiap hari. Oh Tuhan…..
Setelah dr. Ng Cheok Man mengunjungi kami dan menyampaikan hasil CT Scan ibu tadi pagi, dokter memberi ijin ibu untuk pulang dan juga diberi sejumlah obat. Ahli gizi juga datang mengunjungi ibu untuk memberi arahan mengenai diet yang harus dijalani ibu. Kami menebus obat-obat di apotik dan selanjutnya aku mengurus administrasi agar kami dapat pulang. Kira-kira pukul 14.00, urusan di RS selesai dan kami segera meninggalkan RS untuk melanjutkan pengepakan barang-barang kami karena kami akan pulang ke Jakarta sore ini.