Paratur ni Parhundulon

Tulisan ini kudapat dari browsing di internet. Mohon maaf aku lupa sumbernya dari mana, karena sudah lama kusimpan dalam fileku dan baru sempat mengolahnya sekarang. Aku yang seorang Jawa dan menikah dengan pria keturunan Batak, maka sudah sepatutnyalah aku belajar sedikit-sedikit mengenai adat istiadat Batak. Salah satunya, belajar mengenai Paratur ni parhundulon.

Paratur ni Parhundulon berarti posisi duduk (kadang juga posisi berdiri), ini adalah salah satu istilah dalam ritual adat Batak, yang kemudian dimaknakan dalam kehidupan sehari-hari. Posisi duduk dalam suatu acara adat Batak sangat penting, karena itu akan mencerminkan unsur-unsur penghormatan kepada pihak-pihak tertentu. Dalam kehidupan orang Batak sehari-hari, kekerabatan (partuturon) adalah kunci pelaksanaan dari falsafah hidupnya, Boraspati (yang digambarkan dengan dua ekor cecak/cicak, saling berhadapan, yang menempel di kiri-kanan Ruma Gorga/Sopo/Rumah Batak). Kekerabatan itu pula yang menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah, menentukan sikap kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik.

Semula, aku tidak paham mengenai hal ini, aku rasa dan kupikir suamiku pun belum tentu paham betul mengenai adat. Jadi, kucoba mencari tahu sendiri sambil juga bertanya dan mengamati sekeliling. Dulu, di awal aku menikah, setiap kali ada acara, dimana kita harus berdiri atau duduk, aku biasanya dipanggil-panggil atau diberitahu Eda-eda(saudara perempuan suami atau ipar perempuan)ku, ”Eda, berdiri disana, di sebelah Ito” atau ”Eda, duduk dekat Angkang”. Dengan berjalannya waktu, aku lebih paham memposisikan diriku, aku harus berada dalam deretan Tuan dan Nyonya Silalahi, jika ada dalam acara keluarga Silalahi. Sedangkan bila dalam acara Keluarga Manihuruk, dimana aku sudah diangkat menjadi boru mereka, aku ada di posisi boru.

Oh ya, karena sumber informasi ini adalah seorang pria (amang/bapak), maka posisikan diri anda pembaca sebagai pihak pria tuk memahami tulisan ini. Kekurangan dan kelebihan dari tulisan ini mohon dapat dimaklumi, namun masukan dari para pembaca sangat aku harapkan untuk menambah wawasan dan pemahamanku mengenai adat batak.

Kita selaku orang Batak berbudaya sudah menanamkan ini sejak dulu kala, kita tentu masih ingat petuah nenek moyang kita, seperti :

–          Jolo tiniptip sanggar, laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan

–          Hau antaladan, parasaran ni binsusur, sai tiur do pardalanan molo sai denggan iba martutur

Ada tiga bagian kekerabatan, dinamakan ”Dalihan Na Tolu”, adapun isinya adalah sebagai berikut :

  1. Manat mardongan tubu = hati-hati bersikap terhadap dongan tubu
  2. Elek marboru = memperlakukan semua perempuan dengan kasih
  3. Somba marhulahula = menghormati pihak keluarga perempuan

Yang dimaksud dengan dongan tubu ( sabutuha ) :

  1. Dongan sa-ama ni suhut = saudara kandung
  2. Paidua ni suhut ( ama martinodohon ) = keturunan Bapatua/Amanguda
  3. Hahaanggi ni suhut / dongan tubu ( ompu martinodohon ) = se-marga, se-kampung
  4. Bagian panamboli ( panungkun ) ni suhut = kerabat jauh
  5. Dongan sa-marga ni suhut = satu marga
  6. Dongan sa-ina ni suhut = saudara beda ibu
  7. Dongan sapadan ni marga (pulik marga ), mis : Tambunan dengan Tampubolon

Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan dongan sabutuha :

  • Manat ma ho mardongan sabutuha, molo naeng sangap ho
  • Tampulon aek do na mardongan sabutuha
  • Tali papaut tali panggongan, tung taripas laut sai tinanda do rupa ni dongan

Yang dimaksud dengan boru :

  1. Iboto dongan sa-ama ni suhut = ito kandung kita
  2. Boru tubu ni suhut = puteri kandung kita
  3. Namboru ni suhut
  4. Boru ni ampuan, i ma naro sian na asing jala jinalo niampuan di huta ni iba = perempuan pendatang yang sudah diterima dengan baik di kampung kita
  5. Boru na gojong = ito, puteri dari Amangtua/Amanguda ataupun Ito jauh dari pihak ompung yang se-kampung pula dengan pihak hulahula
  6. Ibebere/Imbebere = keponakan perempuan
  7. Boru ni dongan sa-ina dohot dongan sa-parpadanan = ito dari satu garis tarombo dan perempuan dari marga parpadanan ( sumpah ).
  8. Parumaen/maen = perempuan yang dinikahi putera kita, dan juga isteri dari semua laki-laki yang memanggil kita ‘Amang’

Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan boru :

  • Elek ma ho marboru, molo naeng ho sonang
  • Bungkulan do boru ( sibahen pardomuan )
  • Durung do boru tomburon hulahula, sipanumpahi do boru tongtong di hulahula
  • Unduk marmeme anak, laos unduk do marmeme boru = kasih sayang yang sama terhadap putera dan puteri
  • Tinallik landorung bontar gotana, dos do anak dohot boru nang pe pulikpulik margana

Kata-kata bijak perihal bere :

Amak do rere anak do bere, dangka do dupang ama do tulang

Hot pe jabu i sai tong do i margulanggulang, tung sian dia pe mangalap boru bere i sai hot do i boru ni tulang

Yang dimaksud dengan hulahula :

  • Tunggane dohot simatua = lae kita dan mertua
  • Tulang
  • Bona Tulang = tulang dari persaudaraan ompung
  • Bona ni ari = hulahula dari Bapak ompung kita. Pokoknya, semua hulahula yang posisinya sudah jauh di atas, dinamai Bona ni ari.
  • Tulang rorobot = tulang dari lae/isteri kita, tulang dari nantulang kita, tulang dari ompung boru lae kita dan keturunannya. Boru dari tulang rorobot tidak bisa kita nikahi, merekalah yang disebut dengan inang bao.
  • Seluruh hulahula dongan sabutuha, menjadi hulahula kita juga ( ya ampunnn )

Kata-kata bijak penuntun hubungan kita dengan hulahula :

  • Sigaiton lailai do na marhulahula, artinya ; sebagaimana kalau kita ingin menentukan jenis kelamin ayam (jantan/betina), kita terlebih dulu menyingkap lailai-nya dengan ati-hati, begitupula terhadap hulahula, kita harus terlebih dulu mengetahui sifat-sifat dan tabiat mereka, supaya kita bisa berbuat hal-hal yang menyenangkan hatinya.
  • Na mandanggurhon tu dolok do iba mangalehon tu hulahula, artinya ; kita akan mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan, kalau kita berperilaku baik terhadap hulahula.
  • Hulahula i do debata na tarida
  • Hulahula i do mula ni mata ni ari na binsar. Artinya, bagi orang Batak, anak dan boru adalah matahari ( mata ni ari ). Kita menikahi puteri dari hulahula yang kelak akan memberi kita hamoraon, hagabeon, hasangapon, yaitu putera dan puteri (hamoraon, hagabeon, hasangapon yang hakiki bagi orang Batak bukanlah materi, tetapi keturunan)
  • Obuk do jambulan na nidandan baen samara, pasupasu na mardongan tangiang ni hulahula do mambahen marsundutsundut so ada mara
  • Nidurung Situma laos dapot Porapora, pasupasu ni hulahula mambahen pogos gabe mamora

A. Dalam keluarga satu generasi :

(1) Amang/Among : kepada bapak kandung

(2) Amangtua : kepada abang kandung bapak kita, maupun par-abangon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun kita bisa juga memanggil ‘Amang’ saja

(3) Amanguda : kepada adik dari bapak kita, maupun par-adekon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun bisa juga kita cukup memanggilnya dengan sebutan “Amang’ atau ‘Uda’

(4) Haha/Angkang : kepada abang kandung kita, dan semua par-abangon baik dari amangtua, dari marga

(5) Anggi : kepada adik kandung kita, maupun seluruh putera amanguda, dan semua laki-laki yang marganya lebih muda dari marga kita dalam tarombo. Untuk perempuan yang kita cintai, kita juga bisa memanggilnya dengan sebutan ini atau bisa juga ‘Anggia’

(6) Hahadoli : atau ‘Angkangdoli’, ditujukan kepada semua laki-laki keturunan dari ompu yang tumodohon ( mem-per-adik kan ) ompung kita

(7) Anggidoli : kepada semua laki-laki yang merupakan keturunan dari ompu yang ditinodohon ( di-per-adik kan ) ompung kita, sampai kepada tujuh generasi sebelumnya. Uniknya, dalam acara ritual adat, panggilan ini bisa langsung digunakan

 (8) Ompung : kepada kakek kandung kita. Sederhananya, semua orang yang kita panggil dengan sebutan ‘Amang’, maka bapak-bapak mereka adalah ‘Ompung’ kita. Ompung juga merupakan panggilan untuk datu/dukun, tabib/Namalo.

(9) Amang mangulahi : kepada bapak dari ompung kita. Kita memanggilnya ‘Amang’

(10) Ompung mangulahi: kepada ompung dari ompung kita

(11) Inang/Inong : kepada ibu kandung kita

(12) Inangtua : kepada isteri dari semua bapatua/amangtua

(13) Inanguda : kepada isteri dari semua bapauda/amanguda

(14) Angkangboru : kepada semua perempuan yang posisinya sama seperti ‘angkang’

(15) Anggiboru : kepada adik kandung. Kita memanggilnya dengan sebutan ‘Inang’

(16) Ompungboru : lihat ke atas

(17) Ompungboru mangulahi : lihat ke atas

B. Dalam hubungan par-hulahula on

(a) Simatua doli : kepada bapak, bapatua, dan bapauda dari isteri kita. Kita memangilnya dengan sebutan ‘Amang’

(b) Simatua boru : kepada ibu, inangtua, dan inanguda dari isteri kita. Kita cukup memangilnya ‘Inang’

(c) Tunggane : disebut juga ‘Lae’, yakni kepada semua ito dari isteri kita

(d) Tulang na poso : kepada putera tunggane kita, dan cukup dipangil ‘Tulang’

(e) Nantulang na poso : kepada puteri tunggane kita, cukup dipanggil ‘Nantulang’

(f) Tulang : kepada ito ibu kita

(g) Nantulang : kepada isteri tulang kita

(h) Ompung bao : kepada orangtua ibu kita, cukup dipanggil ‘Ompung’

(i) Tulang rorobot : kepada tulang ibu kita dan tulang isteri mereka, juga kepada semua hulahula dari hulahula kita (amangoi…borat na i )

(j) Bonatulang/Bonahula : kepada semua hulahula dari yang kita panggil ‘Ompung’

(k) Bona ni ari : kepada hulahula dari ompung dari semua yang kita panggil ‘Amang’, dan generasi di atasnya

C. Dalam hubungan par-boru on

(1) Hela : kepada laki-laki yang menikahi puteri kita, juga kepada semua laki-laki yang menikahi puteri dari abang/adik kita. Kita memanggilnya ‘Amanghela’

(2) Lae : kepada amang, amangtua, dan amanguda dari hela kita. Juga kepada laki-laki yang menikahi ito kandung kita

(3) Ito : kepada inang, inangtua, dan inanguda dari hela kita

(4) Amangboru : kepada laki-laki ( juga abang/adik nya) yang menikahi ito bapak kita

(5) Namboru : kepada isteri amangboru kita

(6) Lae : kepada putera dari amangboru kita

(7) Ito : kepada puteri dari amangboru kita

(8) Lae : kepada bapak dari amangboru kita

(9) Ito : kepada ibu/inang dari amangboru kita

(10) Bere : kepada abang/adik juga ito dari hela kita

(11) Bere : kepada putera dan puteri dari ito kita

(12) Bere : kepada ito dari amangboru kita

Alus ni tutur tu panjouhon ni partuturan na tu ibana ( hubungan sebutan kekerabatan timbal balik ) Kalau kita laki-laki dan memanggil seseorang dengan : Orang itu akan memanggil kita:

  • amang, amangtua VS amanguda amang
  • inang, inangtua VS inanguda amang
  • angkang VS anggi(a)
  • ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) VS anggi(a)
  • ompungboru ( suhut ) VS anggi(a)
  • ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) VS lae
  • ompungboru ( bao ) VS amangbao
  • inang ( anggiboru ) VS amang
  • anggia VS angkang
  • anggia ( pahompu ) VS ompung
  • inang ( bao ) VS amang
  • inang ( parumaen ) VS amang
  • amang ( simatua ) VS amanghela
  • inang ( simatua ) VS amanghela
  • tunggane VS lae
  • tulang VS bere
  • nantulang VS bere
  • tulang na poso VS amangboru
  • nantulang na poso VS amangboru
  • bere VS tulang
  • ito VS ito
  • parumaen/maen VS amangboru
  • amang ( na mambuat maen ni iba ) VS amang

Kalau kita perempuan dan memanggil seseorang dengan : Orang itu akan memanggil kita:

  • amang, amangtua, VS amanguda inang
  • inang, inangtua, VS inanguda inang
  • angkang VS anggi(a)
  • ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) VS ito
  • ompungboru ( suhut ) VS eda
  • ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) VS ito
  • ompungboru ( bao ) VS eda
  • inang ( anggiboru ) VS #####
  • anggia VS angkang
  • anggia ( pahompu ) VS #####
  • inang ( bao ) VS #####
  • inang ( parumaen ) VS inang
  • amang ( simatua ) VS inang
  • inang ( simatua ) VS inang
  • tunggane VS #####
  • tulang VS bere
  • nantulang VS bere
  • tulang na poso VS #####
  • nantulang na poso VS #####
  • bere VS nantulang
  • ito VS ito
  • parumaen/maen VS nanmboru
  • amang ( na mambuat maen ni iba ) VS inang

Beberapa hal yang perlu diingat :

  • Hanya laki-laki lah yang mar-lae, mar-tunggane, mar-tulang na poso dohot nantulang na poso
  • Hanya perempuan lah yang mar-eda, mar-amang na poso dohot inang na poso
  • Di daerah seperti Silindung dan sekitarnya, dalam parparibanon, selalu umur yang menentukan mana sihahaan (menempati posisi haha ), mana sianggian ( menempati posisi anggi ). Tapi kalau di Toba, aturan sihahaan dan sianggian dalam parparibanon serta dongan sabutuha sama saja aturannya.

Selamat belajar…..


2 thoughts on “Paratur ni Parhundulon

  1. waahhh untung aku ngga (jadi) nikah sama orang batak hihihi.
    ribet banget (jepang juga ribet tapi ngga segitu-gitunya)

    EM

  2. hehe…terimakasih, kamu setia banget mengunjungi aku…Emang ribet Mel, tapi ya seru juga…nanti kutulis yang lain-lain ya, yg aku tahu karena aku ya msh belajar…kalau ttg Jepang, ada cerita di blog TE mu? nanti kubaca2…bye

    DL

Comments are closed.