Acara selanjutnya setelah Mar Ria Raja yang diadakan menjelang pernikahan OLWIYN MARGARETH ASTRID br SILALAHI SIDABARIBA, S.Sos dengan TUMABER MANULANG, SH adalah Pemberkatan (Pamasu-masuon). Sesuai dengan Tata cara Adat Batak, Pemberkatan selalu didahului dengan kegiatan Sibuhaibuhai, yang biasanya diadakan di rumah calon mempelai perempuan. Namun, untuk menghemat waktu dan tempat, saat ini biasanya diadakan di halaman Gereja atau di ruang pertemuan Gereja.
Asalnya istilah Suhi ni ampang na opat adalah sebagai berikut :
Pada pagi hari pesta perkawinan, keluarga terdekat dari calon mempelai bersama calon mempelai itu sendiri, datang ke rumah calon mempelai wanita dalam rangka pelaksanaan perkawinan itu, sebab pesta dan adat perkawinan itu akan diadakan di rumah pengantin wanita yang disebut mangalap jual. Kedatangannya pagi itu sekaligus membawa “makanan adat” yang disebut sipanganan sibuhabuhai. Inilah dianggap sebagai pembukaan semua kegiatan pada pesta hari itu untuk seterusnya disambung dengan acara catatan sipil (setelah adanya U.U. Perkawinan).
Makanan adat Sibuhabuhai tadi bawa oleh Boru dari keluarga lelaki yang diberi nama “Sijujung Ampang” di dalam satu bakul yang kuat yang disebut “ampang” dengan empat suhisuhi (empat sudut) ditutup dengan satu ulos biasanya ulos Sibolang atau dengan Ulos Ragi Hotang.
Yang menerima/menyambut mereka di rumah pengantin wanita adalah unsur dari Suhi ni ampang na opat yaitu Suhut Bolon, Pamarai, Pariban dan Tiilang semuanya kelompok parjambar na gok penanggung jawab penuh dari semua keadaan dan pelaksanaan perkawinan sebagai keluarga terdekat sekali dari mempelai perempuan yang kemudian dinamai Suhi ni ampane bersama-sama dengan undangan lainnya.
Pasahat Sipanganon Sibuhabuhai “Rajanami, Raja ni Hulahula, angka amanta Raja dohot Inanta soripada na pinarsangapan Tangan Marsomba ma dohot Soara marhuhuasi di sipanganon na saotik na huboan hami on. I ma da Rajanami na margoar sipanganon Sibuhabuhai di Pesta na tapamasa di ari na uli ari na denggan on. Asa marhite asi ni roha ni Tuhanta asa buha parsaulian, panggabean, dohot parhorasan di hita saluhutna Bosur ma hita mangan na godang mokmok mangan na otik. Bulung ni dapdap ma langkop ia i ma jolo na tarpatupa bai i ma taparhajop. Sititi ma sihompa golanggolang pangarahutna. Tung songon i ma jolo na tarpatupa sai Tuhanta ma na manggohi pasupasuna Boti ma.
Setelah selesai acara adat Sibuhabuhai, di rumah pihak parboru pada pagi hari itu diberikan kesempatan pengantin laki-laki dan pengantin perempuan untuk acara tukar Bunga. Kemudian BERDIRILAH SEORANG DARI PIHAK hulahula pihak parboru memimpin doa restu dan seterusnya untuk berangkat ke Gereja.
Perkawinan anggota jemaat Kristen selalu mengutamakan pemberkatan di Gereja lebih dahulu yang disampaikan oleh Hamba Tuhan sesuai dengan Agenda Huria. Setelah selesai acara kebaktian dari Gereja itu baru kemudian dilangsungkan acara pesta perkawinan yang sekaligus merupakan pemenuhan norma-norma adat istiadat Batak, biasanya dilakukan di halaman rumah, dan di kota. Kota biasa dilakukan di dalam sebuah gedung pertemuan umum.
Bole juga dibukukan da…atau kirim ke email…
Trimakasih Eda dah mampir ke blogku. Dah liat tulisan2 yang lain? Kasi koment jg ya..Tentang adat batak, aku br belajar Eda, hehe…cari2 di internet, tanya teman dan pengamatan langsung, kasi masukan dong, bener ga sih tulisanku ini n buat memperkaya wawasanku…
DL