Batik, pemersatu hati bangsaku

Jauh-jauh hari sebelum tanggal 2 Oktober 2009, banyak aku baca himbauan kepada masyarakat Indonesia untuk mengenakan batik pada hari tersebut. Himbauan bermunculan, mulai dari facebook, sekolah, koran, televisi ataupun dari Bapak Presiden sendiri. Himbauan ini muncul setelah melalui proses yang panjang, akhirnya United Nations Educational Scientific and Cultural Organizations (UNESCO), organisasi PBB yang bergerak di bidang pendidikan, ilmiah dan budaya secara resmi memasukan batik sebagai bagian dalam 76 warisan budaya yang diakui dunia.

Murid Stella Maris School berbatik riaAlhasil, pagi itu, aku yang harus mengambil rapot anakku, Arum di sekolah, mendapati banyak sekali orang yang berpakaian batik dan cinta budaya Indonesia…luar biasa…mulai dari sekolah tempat anakku di Stella Maris dan Ora Et Labora, dari murid sampai guru dan Kepala Sekolah berpakaian batik. Aku yang kebetulan juga ke kantor dengan menggunakan bis Feeder Bus BSD menemui hampir sebagian besar penumpang termasuk awak bis berpakaian batik, dari batik yang murah meriah sampai dengan yang harga ratusan ribu ada…seru banget, keren karena aneka corak yang kaya dengan warna warni yang indah.

Pelataran Gedung I BPPTTak ketinggalan, di kantorku, BPPT, sejak sehari sebelumnya telah dipersiapkan untuk menggelar Pameran Batik yang bertemakan “Batik : Kreatifitas Budaya dan Teknologi Indonesia”, yang liputannya dapat dibaca dibawah. Mulai dari pelataran parkir, telah dipasang bendera dan spanduk-spanduk batik dengan motif-motif batik Jawa kuno…hm menarik sekali…luar biasa gaung cinta bangsa Indonesia, ditengah carut marut bangsa ini, ternyata masih ada batik, yang bisa mempersatukan hati kita.

BPPT DAN KEMENTERIAN RISTEK DUKUNG PENGUKUHAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DUNIA

Bangsa Indonesia telah lama mengenal batik, hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki corak batik tersendiri. Berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “nitik”, batik sudah menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia. Dalam perkembangannya, batik ternyata juga banyak ditemukan di banyak negara seperti di Malaysia, Iran, Srilanka dan Thailand. Setelah melalui proses yang cukup panjang, United Nations Educational Scientific and Cultural Organizations (UNESCO), organisasi PBB yang bergerak di bidang pendidikan, ilmiah dan budaya akhirnya secara resmi memasukan batik sebagai bagian dalam 76 warisan budaya yang diakui dunia.
“Kita memang pantas bersyukur atas dijadikannya batik sebagai salah satu warisan dunia asal Indonesia”, ungkap Marzan A Iskandar Kepala BPPT yang hadir dalam acara yang digelar Kementerian Negara Riset dan Teknologi bersama BPPT di lobi Gedung II BPPT (2/10). “BPPT dan Kemenegristek mendukung upaya pelestarian batik dari sisi teknologi, seperti
membuat zat pewarna batik yang selama ini masih impor”, lanjutnya.

Acara yang bertemakan “Batik: Kreatifitas Budaya dan Teknologi Indonesia” memamerkan berbagai motif batik daerah, antara lain motif dari Irian, Lasem dan Banyumas. Ditampilkan juga Buku Fisika Batik karya tim Fe Institute Bandung, yang melihat sudut pandang pembatik dari segi fisika. Selain pameran batik, diselenggarakan pula demo teknologi pembuatan batik, dan
pagelaran busana.
Perwakilan dari UNESCO berkesempatan hadir dan memberikan pernyataan resmi tentang pengukuhan batik Indonesia. Iwan Tirta, pakar batik  Indonesia, hadir sebagai pembicara dalam talkshow “Batik Indonesia dari masa ke masa di seluruh Indonesia”, mengatakan bahwa pengukuhan ini dianggapnya sebagai puncak perkembangan dalam karier. Batik hasil karya
Iwan secara resmi telah dipakai oleh seluruh Kepala Negara yang hadir dalam KTT OPEC yang diselenggarakan di Indonesia beberapa waktu silam. Begitu pula pengusaha dan pengrajin Batik Komar, Komarudin Kudiya yang ikut memamerkan produk batik pada acara tersebut, mengungkapkan apresiasinya atas langkah yang diambil UNESCO. Batik Komar dikenal
dengan motifnya yang berbeda, seperti motif kristal air dan mollusca.

Pada kesempatan yang sama, Meutia Hatta, Menteri Pemberdayaan Perempuan berpesan bahwa generasi muda Indonesia hendaknya tidak hanya senang memakai pakaian batik, tetapi juga harus mengerti tentang filosofi sejarah batik dan proses pembuatannya. Selain pejabat Pejabat Ristek dan LPND Ristek, diantara para tamu undangan tampak pula Jaya Suprana,
pengusaha jamu dan pendiri Museum Rekor Indonesia.(YRA/humas). Sumber : Siaran BPPT No : 1/X/2009