Sate P Kardi dari Ngawi

Apa yang paling kami rindukan saat pulang kampung ke tempat kelahiran ibuku, di Ngawi? Jawabannya adalah Sate Ayam p Kardi. Tidak ada yang lain, hanya sate ayam buatan p Kardi sajalah yang menjadi kerinduan kami setiap tiba di Ngawi.

P Kardi, ntah sudah berjualan sejak kapan, namun yang kuingat, sejak aku kecil, ia sudah berjualan. Mula-mula, dijual dengan dipikul, semakin lama, semakin berkembang, sampai akhirnya sekarang sudah menggunakan gerobak dorong yang ditata apik dan rapi.

P Kardi juga pernah membuka angkringan di dekat terminal, namun pelanggan yang biasa menunggu di depan rumah, jadi kesulitan untuk mencapai bakaran p Kardi yang lezat itu. Akhirnya ia menutup angkringannya dan kembali berjualan keliling.

P Kardi juga sudah bertambah tua, walau tetap mempertahankan cita rasa masakannya, terutama bumbu sambal kacangnya, dan juga teknik pengolahan potongan ayam mentah menjadi sate ayam yang sedap, akhirnya p Kardi memilih tinggal di rumah, dan menyerahkan tongkat estafet gerobak sate ayam kepada anak dan menantunya.

Inilah sate ayam p Kardi, yang selalu kami tunggu di rumah pamanku di jalan Yos Sudarso, sejak hari pertama menginjakkan kaki di kota Ngawi. Lontongnya yang lembut, satenya yang empuk dan gurih, serta sambal kacangnya yang kental dengan rasa manis pedas asli kacang tanpa campuran. Duh wanginya bau bakaran sate itu…membuat ngeceesss saat membuat tulisan ini…hyaah…keluntung keluntung…begitu bunyi suara dari gerobak sate p Kardi…suara itu berasal dari lonceng yang biasa dipakai kerbau di sawah.

Perhatikan isi dan susunan dalam gerobak sate ini, tumpukan tusukan sate ayam yang belum dibakar, sambal kacang, air dalam termos, tumpukan daun untuk pembungkus…semua tersusun rapi. Kapan ya aku berkunjung kesana lagi, selain mengunjungi keluarga ibuku, juga menikmati kuliner yang satu ini.