Judul Buku : Snow Country
Penulis : Yasunari Kawabata
Penerbit : Gagas Media
Tgl terbit : Oktober 2009
Jenis novel : Novel Terjemahan
Penerjemah : A.S. Laksana
Jml halaman : vi + 190 halaman
Ukuran : 13 x 19 cm
Jenis cover : Soft Cover
Semula agak sulit buat aku pribadi memahami novel ini. Cerita diawali oleh sang Penulis, dengan menceritakan perjalanan didalam kereta yang ditumpangi oleh Shimamura, yang akan melancong ke gunung daerah yang bersalju.
Shimamura, lelaki yang hidup dari warisan orang tua dan tak memiliki pekerjaan jelas ini hendak berlibur. Tujuan liburannya itu, sekaligus untuk menyegarkan dirinya dari kepadatan Tokyo dengan mengunjungi gunung-gunung di awal musim dingin.
Dalam perjalanan di kereta itu, ia melihat seorang gadis cantik, Yoko. Gadis ini naik kereta degan seseorang yang pucat seperti sedang sakit. Shimamura terhenyak oleh kecantikan gadis itu dengan cara yang tak terduga.
Yoko sedang memandangi telunjuk kirinya. Telunjuk itulah satu-satunya bagian tubuhnya yang masih bisa mengingat dengan samar-samar seorang wanita lain, Komako. Perempuan yang akan dikunjunginya di gunung nanti, di sebuah desa bersalju.
Pada saat yang demikian kalut karena ingatan yang mengkhianatinya dan hanya telunjuknya saja yang masih terhubung. Ia angkat telunjuk itu, digerakkan di kaca jendela kereta yang berembun, kemudian ia buat sebuah garis. Kaca itu, lantas menjadi sebuah cermin. Saat itulah, ia melihat mata seorang wanita yang menyeruak dan mengagetkannya. Mata yang demikian indah itu, mata milik Yoko.
Di sebuah daerah bersalju yang selalu dingin, Shimamura pertama kali bertemu dengan Komako. Ia adalah seorang geisha yang sangat cantik dan menarik dibandingkan dengan geisha lainnya. Sebenarnya, ia hanya seorang gadis biasa. Menjadi geisha bukanlah keinginan dari dirinya tetapi keadaan yang memaksanya. Dimata Shimamura, Komako adalah sosok gadis yang menarik dan dapat memikat hati setiap pria tidak terkecuali Shimamura. Komako dapat menciptakan suasana yang membuat hati menjadi tentram dan Shimamura merasa nyaman berada di dekatnya. Selain itu, hal lain yang membuat Shimamura tertarik pada Komako karena Komako sangat suka sekali menulis. Ia selalu menuliskan setiap kejadian yang ia lihat dan alami dalam buku hariannya. Dan tanpa mereka sadari ternyata mereka berdua telah saling jatuh cinta. Sebenarnya, hal itu mereka rasakan sejak pertama kali mereka bertemu. Namun mereka berdua tidak yakin apakah dapat mempertahankan cinta itu mengingat banyak sakali hal yang akan menghalanginya. Karena sebenarnya, Shimamura telah memiliki istri yang tinggal di Tokyo. Yang istrinya ketahui bahwa Shimamura pergi untuk bertemu temannya di daerah bersalju itu.
Shimamura dan Komako terus berusaha untuk mempertahankan cinta mereka. Berbagai cara telah mereka tempuh namun akhirnya mereka berdua menyerah dan menyadari bahwa cinta mereka memang tidak seharusnya terjalin karena akan banyak yang tersakiti.
‘Snow Country’ membawa kita pada sebuah daerah bersalju di Jepang sana dengan gunung-gunungnya. Bagaimana serangga berwarna kuning melesat-lesat di pintu masuk hutan pohon suji. Suasana di desa wisata itu dengan atap-atap rumah yang tertimbun salju. Pula, sebuah cinta terlarang geisha kepada pelancong. “Dan, aku tidak mengeluh. Bagaimanapun hanya perempuan yang bisa sungguh-sungguh mencintai.” Begitu kata Komako, sang geisha, seperti mengeluh, mirip bergumam sendiri. Namun, sebenarnya ditujukan pada Shimamura.
Saya kurang tahu, tetapi mungkin begitu pula yang akan dikatakan istri Shimamura yang ditinggalkan di Tokyo. Istri yang justru sangat jarang disebut dalam novel ini. Mungkin, begitu pula yang dirasakan Yoko kepada lelaki sakit di kereta. Lelaki di mana dalam sakitnya mendapatkan pelayanan yang tulus dari Yoko, padahal senyatanya ia adalah calon suami Komako. Bahkan, setelah penyakit itu merenggut kehidupannya, Yoko-lah yang setia menziarahi pusaranya saban hari. Tak boleh lupa pula, bagaimana Komako begitu benci kepada Yoko. Bukan karena Yoko merawat calon suaminya. Namun, karena Shimamura terpesona pada suara bening Yoko.
Dalam sebuah novel yang tidak terlampau tebal, Tuan Kawabata mampu melukiskan peliknya sebuah hubungan cinta, yang bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Hubungan cinta diantara tokoh-tokoh diatas, namun yang berakibat pada ketiadaan cinta diantara satu dengan yang lain. Sungguh sesuatu yang menyedihkan bukan. Cinta antara Shimamura dengan istrinya sesungguhnya tidaklah lebih besar dibandingkan dengan cinta Shimamura kepada Komako. Ada cinta, namun mereka tidak dalam ruang waktu dan tempat yang sama.
Kawabata mampu menjelmakan keindahan kebudayaan dan mitologi Jepang dalam novelnya ini. Maka selayaknyalah, novel ini meraih penghargaan Nobel Sastra karena dianggap sebagai sebuah master piece .
Yasunari Kawabata (?? ?? ,Kawabata Yasunari?, lahir di Osaka, 14 Juni 1899 – meninggal di Kamakura, 16 April 1972 pada umur 72 tahun) adalah seorang novelis Jepang yang prosa liriknya membuat ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1968. Ia menjadi orang Jepang pertama yang memperoleh penghargaan tersebut. Karya-karyanya hingga kini masih dibaca bahkan di dunia internasional.