Hujan masih turun, tapi perut kami sudah mulai lapar. Jadi kami segera keluar kamar untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Kami memilih Mak Uneh, yang ternyata, maaf..tidak seperti yang kami bayangkan. Rumah makannya, yang di jalan Setiabudi ini, dibangun dengan model elegan, padahal kami sebenarnya ingin gaya yang santai. Meja makannya panjang dengan kursi bersandaran tinggi. Tidak ada jarak antara satu kursi dengan kursi yang lain, mungkin kebanyakan kursi. Namun apa mau dikata, hujan masih deras, untuk turun dari mobil saja, kami masih menggunakan payung untuk menghindari sakit kepala, jadi ya sudah, ayo mulai pesan makanan.
Suami memesan ikan pepes mas, yang dipatok harga Rp 30.000,- aku sendiri tidak ikut mencicipi (kurang selera untuk hujan yang dingin ini), tapi menurut suami, terlalu berminyak, ntah bagaimana proses membuatnya, mungkin diungkep atau dibumbui dahulu supaya bumbu meresap, baru dipepes. Suami juga memesan ikan jambal goreng dengan sambal seharga Rp 9.000,- yang ini benar-benar mengundang selera untuk tak sekedar dicicip.
Aku dan si sulung memesan sop buntut dengan porsi semangkuk besar, dengan harga Rp 35.000,- benar benar mantap karena daging buntutnya sangat empuk dan mudah lepas dari tulangnya, hangat yang pas, dengan diberi beberapa potongan wortel dan emping.
Si tengah, aneh-aneh memesan cumi, mungkin bayangan dia, cumi goreng mentega seperti yang biasa dimasak di rumah, tapi ternyata yang hadir adalah cumi sayur yang dimasak dengan potongan cabe merah dan cabe hijau. Sepertinya cumi nya bukan cumi segar, maaf ya kalau salah, cumi asin ukuran besar. Sayangnya untuk masakan yang tidak habis dimakan oleh aku dan si tengah ini, kena harga Rp 30.000,- juga…oh ampuni kami Tuhan karena tidak menghabiskan makanan yang mahal ini. Makanan ini kami bungkus akhirnya, rencananya kami akan makan untuk sarapan besok, tapi ternyata…sudah tidak ada selera….
Si bungsu masih (tak bosan) memesan ayam goreng kampung, yang sepotongnya dikenakan harga Rp 14.500,- Selain itu kami juga memesan jus alpukat dan jus jeruk. Dan semua pesanan kami ini, kami membayar dengan harga Rp 258.000,- termasuk pajak restoran sebesar 10%.
Malam yang masih disapu gerimis ini, dengan berjalan-jalan ke sebuah toko (saja) di Cihampelas dan diakhiri dengan Martabak manis Liana, yang terkenal dengan martabak bolunya, dengan harga Rp 40.000,- rasanya benar-benar enak dan lembut di lidah, beda dengan martabak Bangka, yang biasa kami beli dekat rumah.
(Maap…ga ada fotonya…dah kelaperan sih…hehe)