Sore itu entah kenapa aku lelah sekali dan saat pulang kantor ada salah paham dengan ibu. Aku memang kadang agak emosi jika seseorang tidak menuruti apa yang sudah menjadi ketetapan aturan, demikian pula yang terjadi dengan ibu sore hari itu. Menurut laporan dari pembantu dan anakku, siang itu Eyang ingin keluar rumah, padahal kondisi ibu tidak memungkinkan untuk keluar rumah, tentu saja itu menjadi kerepotan tersendiri buat orang-orang di rumah mengawasi ibuku. Aku kesal dan aku mengganggap ibu tidak menurut dan tidak mengikuti aturan. Sementara ibuku sendiri menganggap dirinya tidak bersalah, dengan keinginannya sebagai hak pribadinya. Aku kesal dan tiba-tiba aku meneteskan airmataku di sofa, di depan televisi, aku teringat bapakku, aku rindu bapakku. Sewaktu beliau masih ada, aku bisa langsung menelpon atau bicara pada Bapak. Air yang menetes setitik-titik menjadi bertambah deras, setelah anak-anak gadisku berangkat les dan aku tinggal berdua di kamar dengan si bungsu. Aku menangis sejadi-jadinya.
Si bungsu yang sedang belajar menulis, terdiam, berhenti menulis dan bertanya, ‘mama… nangis? Kenapa ma?’
Aku menjawab sambil sesegukan, ‘iya….mama kangen Yang Kung’
‘Hehhh……………,’ Daniel menarik napas panjang, melanjutkan tulisan tangannya, ‘Mama berdoa aja’, jawabannya singkat.
Aku update status di FB sambil mendengarkan kata-kata Daniel. Di FB aku tulis… suddenly miss you, Bapak.
Yah, aku memang kangen Bapak, dulu waktu beliau masih ada, aku sering berdiskusi tentang apa saja, termasuk soal pekerjaan dan pujaan hati saat itu, dan bisa dimana saja, di mobil, ketika Bapak mengantar aku ke sekolah atau di rumah, walau kadang aku takut-takut masuk ke kamar atau ke ruang kerjanya, takut mengganggu istirahatnya, tapi setelah itu kami bisa berdialog panjang lebar dan aku saling curhat, ntah karena masalah di kantor ataupun hal-hal lain. Aku memang lebih sering ngobrol dengan Bapak daripada dengan Ibu, karena Ibu biasanya lebih sibuk dengan urusannya dan sering lebih panik untuk hal kecil sekalipun.
Dulu, waktu kami masih kumpul bersama dalam 1 rumah, setiap makan malam, selalu kami manfaatkan bersama-sama untuk saling cerita, tentang apa yang terjadi di sekolah, di tempat les ataupun selama Bapak berada di kantor. Sampai aku menikah dan punya anakpun, aku masih sering ngobrol dengan Bapak. Sekarang, rasanya belum ada orang yang bisa menggantikan posisi Bapak dalam urusan diskusi seperti ini, Bapak selalu punya waktu untukku dan selalu ada jawaban untuk aku. Siapa sekarang yang bisa seperti itu? Suamiku saja, hanya akan berkomentar seperlunya, atau hanya menganggukkan kepala, atau bergumam, ah dan uh saja. Mungkin terlalu lelah di kantor, sehingga sudah kehabisan energi untuk menjawab pertanyaanku…masih lebih baik berdiskusi atau curhat dengan anak-anakku yang cerdas.
Statusku mendapat komen dari tiga temanku, Dani, teman SMPku, Kris, teman sesama blogger dan Kak Yudhi, kerabatku
Diadjeng Laraswati H suddenly really miss you, Bapak…..:-(
-
- V Pramodhawardhani Dhanny Bawa dalam doa aja jeng..
- Krismariana Widyaningsih didoakan mbak..
· ·
- Diadjeng Laraswati H ?@ Dani n Kris…trims ya atas perhatiannya..mngkn justru aku yg prlu didoakan..krn bapak kan sdh tenang dan nyaman di alamnya…pyuih kangen bgt, kangen bs ngobrol2 kayak dl..Puji Tuhan, saat ini msh ada Ibu, tp sm spt dl, ibu krg asyik diajak curhat2an…
· ·
- Yudhy Ulibasa Hutagalung Kakak, kalau aku rindu sama bapak ku, doa ku begini. Tuhan Yesus Aku Rindu sama bapak ku, Titip Salam Kangen ya. Terima Kasih Yesus sdh menyampaikan salam kangenku. Amin. Lucu nggak ya tp itulah yg ku lakukan. Kadang air mata menitik tp kl sdh doa langs kering deh itu pipi. hehehe
· ·
- Diadjeng Laraswati H ?@ kak Yudhy…iya ya..kmarin air mata ku bukan cm menitik tp banjir, hehe…lucunya anakku yg plg kcl blg, mama brdoa aja spy Eyang Kung dtg kesini, tp mesti copot sayapnya dl…anakku sll membayangkan Eyang Kung ada di surga mjd malaikat bersayap
· ·
- V Pramodhawardhani Dhanny Bawa dalam doa aja jeng..
Ya…anakku selalu membayangkan, Eyang Kung yang sudah meninggal, sudah berada di surga, bersama dengan Tuhan Yesus, menjalankan tugas sesuai dengan hobinya, sebagai malaikat, bala tentara surga dengan saxophone kesayangannya. Hm kata-kata anakku sangat menghibur hatiku, cukup mengurangi rinduku dengan sarannya yang ringan agar Eyang Kung datang dengan melepaskan sayapnya (padahal bukan begitu kan keadaan yang sesungguhnya, nanti kuceritakan berikutnya ya)