Difficult Extraction ? Agak rancu juga istilahnya dengan film Fatal Attraction….beh, tapi yang ini bener-bener ga seru…serasa main film juga tapi ampun-ampun sakitnya. Begini ceritanya, keluhan gigi geraham ditambal sulam memang sudah terjadi berulang kali, akhirnya dengan tekad bulat, aku memantapkan diri untuk mencabut saja gigi geraham yang sudah lama berlubang itu. Hari yang aku pilih adalah hari Kamis, 18 Nopember 2010, rencana mencabut gigi di pagi hari, namun ternyata dokter yang direkomendasikan tidak praktek pagi hari, jadi aku buat perjanjian untuk datang pada sore hari pukul 15.30. Persiapan fisik dan mental kulakukan seperlunya, seperti makan dan istirahat yang cukup.
Aku berangkat sendiri ke Rumah Sakit, memang sengaja memilih Rumah Sakit, supaya semua tindakan menjadi satu, jika perlu foto rontgen dan lain-lain, tidak perlu pindah-pindah tempat. Tiba di depan kamar praktek dokter, kamar 1212, aku mulai deg-degan, walau hatiku siap dengan segala kemungkinan terburuk, yaitu dicabut, karena aku sudah pernah sebelumnya melakukan operasi geraham bungsu, yang kira-kira 10 tahun yang lalu dilakukan. Mungkin usia mempengaruhi segalanya, bukan soal takut mati, tapi debar jantung, yang mengakibatkan kepala menjadi berdenyut-denyut saling mempengaruhi satu sama lain. Masih ada tamu di dalam. Aku masih menunggu. 🙁
Yap akhirnya waktunya pun tiba, aku dipanggil masuk dan duduk di kursi periksa dan dokter langsung menanyakan kesiapanku untuk dilakukan pencabutan karena kondisi gigi dan gusi sudah tidak bagus. Oke aku siap. Dilakukanlah anestesi lokal di sekitar gigi, bawah lidah dan pipi. Menunggu beberapa menit sampai seluruh obat bereaksi dan aku menjadi kebal. Pencabutan dimulai. Luar biasa, gigi sudah goyang namun tidak mau lepas juga. Suster ikut memegangi kepalaku. Dokter beberapa kali bilang, giginya bandel sampai akhirnya beliau bilang bahwa akarnya bengkok. Mestinya keribetan ini tidak perlu terjadi, jika dilakukan foto rontgen sebelum dilakukan pencabutan, sehingga posisi akar gigi yang bengkok sudah diketahui sebelumnya. Badanku sakit semua, gigi, mulut, kepala, semuanya sakit sekali rasanya. 🙁 Pencabutan hampir dilakukan selama setengah jam. Badanku lemas, aku hanya pasrah dan berdoa untuk yang terbaik, aku tidak mau menyimpan gigi busuk ini didalam mulutku dan gigi ini memang harus keluar dari sini.
Gigi dipecahkan dulu dan selanjutnya dikeluarkan satu per satu, termasuk akarnya. Semoga tidak ada yang tertinggal. Sayang aku tidak sempat memotret gigiku karena HP ada didalam tas dan aku memang mau cepat-cepat pulang saja. Keseluruhan biaya dokter dan tindakan yang dinamakan “Difficult Extraction” diatas tadi, mengeluarkan dana sebesar Rp 395.000,- belum termasuk obat. So pertanyaan diatas, sudah pasti dijawab dengan yaa…I should pay for this karena ga semua orang bisa melakukan pencabutan seperti ini, ilmunya mahal, obat anestesinya mahal, huuu…sakitnya luar biasa.
Hari ini sudah hari ke-5 pasca pencabutan, namun masih terasa tidak nyaman mulut ini digunakan untuk makan dan minum, malah muncul beberapa sariawan di mulut, akibat suntikan anestesi.
Dari beberapa pertanyaan yang masuk sering menanyakan mengapa sakit saat si bungsu tumbuh, apa memang harus sakit? Kebanyakan memang terasa sakit namun mengapa gigi bungsu harus tumbuh kalau hanya untuk membuat masalah. Mari kita bersama-sama menelusuri jejak langkah si bungsu yang selalau dipermasalahkan ini.
Pertumbuhan atau kemunculan gigi bungsu yang dalam dunia kedokteran gigi sering disebut dengan dens molaris inferior tertius atau molar ketiga ini memang kerap memberikan rasa sakit yang sangat menggangu aktifitas kita. Beberapa dari kita mungkin kurang paham akan gigi bungsu ini. mungkin saya dapet menjelaskan sedikit mengenai gigi bungsu ini.
Gigi bungsu adalah gigi geraham ketiga yang muncul pada usia sekitar 18-20 tahun.
Gigi bungsu termasuk dalam kategori struktur vestigial, yaitu struktur yang fungsi awalnya menjadi hilang atau berkurang sejalan dengan evolusi. Banyak ahli berpendapat bahwa perubahan jenis makanan pada manusia modern dari mentah menjadi dimasak membuat makanan lebih lunak. Selain itu, pemeliharaan gigi moderen mengalami kemajuan pesat. Akibatnya kerusakan pada gigi berkurang. Kehadiran gigi bungsu yang diperkirakan dapat membantu bila ada geraham lain yang tanggal menjadi tidak berguna, malah pada kebanyakan orang menjadi masalah.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena jaringan sekitarnya yang terlalu padat, adanya retensi gigi susu yang berlebihan, tanggalnya gigi susu terlalu awal. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang “kesempitan” gara-gara pertumbuhan tulang rahang kurang sempurna.
Ada teori lain. Pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi bergerak maju ke arah depan. Apabila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yang merintangi, bisa terjadi impaksi gigi. Misalnya, karena infeksi, trauma, malposisi gigi, atau gigi susu tanggal sebelum waktunya.
Sementara, menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai rahang kecil, dan bapak bergigi besar-besar, ada kemungkinan salah seorang anaknya berahang kecil dan bergigi besar-besar. Akibatnya, bisa terjadi kekurangan tempat erupsi gigi bungsu, dan terjadilah impaksi.
Sempitnya ruang erupsi gigi bungsu, menurut drg. Danardono, itu karena pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa karena perubahan pola makan. Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang merangsang pertumbuhan tulang rahang.
Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah. Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk mengunyah lebih lama. Proses pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang berkembang lebih baik. Seperti diketahui, sendi-sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh atau berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu pun kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang harusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi bungsu yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan “tidur” di dalam karena tidak ada tempat untuk nongol.
Maka, untuk mendukung perkembangan rahang, sebaiknya sering-sering mengkonsumsi makanan berserat supaya gigi jadi lebih aktif menggigit, memotong, dan mengunyah. Rahang pun menjadi makin aktif dan diharapkan akan tumbuh normal. Dampaknya, pertumbuhan gigi pun bisa lebih bagus. Tapi jangan lupa, periksakan gigi secara rutin untuk memantau kesehatan gigi.
Beberapa sumber memberikan definisi yang berbeda dan tanggapan yang berbeda tentang gigi bungsu ini, salah satu sumber yang membahas tentang masalah pada gigi bungu ini dapat saya kutipkan dan menurut saya lengkap menjelaskan masalah pada gigi bungsu ini dari wikipedia.
Masalah pada gigi bungsu
Gigi yang berdesakan
Karena gigi bungsu tumbuh paling akhir, terkadang rahang tidak memiliki tempat yang cukup untuk gigi bungsu tumbuh dengan wajar. Akibatnya gigi bungsu mendesak gigi geraham yang berada di depannya. Hal ini akan mengakibatkan sakit pada gigi. Masalah ini umumnya diatasi dengan mencabut gigi bungsu yang baru tumbuh. Bila gigi bungsu menempati posisi yang sulit untuk dicabut, yang dicabut adalah gigi geraham yang terdesak sehingga gigi bungsu mendapat tempat yang cukup untuk tumbuh.
Gigi yang tidak muncul sempurna pada gusi
Terkadang gigi bungsu tidak muncul dengan sempurna pada gusi. Gusi yang menutupi gigi dapat menyebabkan penumpukan sisa makanan dan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan sakit pada gigi.
Pengobatan
Pencabutan
Sebelum dicabut, gigi umumnya akan difoto terlebih dahulu dengan sinar X untuk mengetahui bentuk, posisi dan kedalaman gigi. Pencabutan gigi bungsu biasanya dilakukan dengan pembiusan lokal, namun terkadang juga dilakukan dengan bius total. Walaupun tergolong operasi kecil, pencabutan gigi sebaiknya dilakukan secara profesional oleh dokter gigi, mengigat komplikasi yang mungkin timbul saat dan setelah pencabutan.
Hal yang perlu diperhatikan setelah pencabutan gigi
Untuk mempercepat proses penyembuhan:
- Usahakan beristirahat sepanjang hari dan tidak mengerjakan pekerjaan berat.
- Hindari merokok. Bila memungkinkan selama proses penyembuhan (3-4 hari), minimal selama 24 jam setelah operasi.
- Hindari berkumur atau menggosok gigi selama 24 jam setelah operasi
- Setelah 24 jam, kebersihan daerah operasi dapat dijaga dengan berkumur air hangat bergaram (1 sendok teh garam untuk 1 gelas air) minimal 4 kali sehari. Berkumurlah dengan hati-hati karena tekanan dapat menyebabkan lubang bekas operasi terbuka lagi dan terjadi pendarahan.
- Setelah 24 jam, meggosok gigi dapat dilakukan dengan hati-hati, terutama di daerah operasi.
- Bila diberi obat penahan sakit dan antibiotik, minumlah sesuai petunjuk dokter. Antibiotik harus dihabiskan walaupun gigi sudah tidak terasa sakit. Sebaliknya, obat penahan sakit dapat dihentikan bila sakit mereda.
- Makan dan minumlah seperti biasanya. Hindari berdiet, karena makan dan minum yang cukup sangat penting untuk proses penyembuhan.
- Hindari minum menggunakan sedotan karena tekanannya dapat melepaskan gumpalan darah pada lubang operasi.
- Hindari minuman bersoda karena busanya diperkirakan dapat melepaskan gumpalan darah pada lubang operasi. Minuman jus buah terutama jeruk sangat disarankan.
- Makan tambahan vitamin C dianjurkan.
- Untuk menghindari pembengkakan, setelah operasi rahang sebaiknya dikompres dengan es atau air dingin. Tempelkan kompres dingin selama 15 menit, diseling 10 menit tanpa kompres, diulang sampai saat istirahat malam.
- Pada hari-hari setelah hari operasi, rahang dapat dikompres dengan kompres hangat, untuk menstimulasi peredaran darah di daerah gigi bungsu yang dapat mempercepat penyembuhan.
Selain hal-hal di atas, pembiusan yang dilakukan sebelum operasi juga dapat berpengaruh pada kemampuan psikis dan mekanis. Jangan berkendara, melakukan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, atau menandatangani dokumen penting pada hari yang sama. Bila menggunakan bius total, usahakan ada seseorang yang dapat menemani selama minimal satu hari tersebut.
Masalah yang mungkin timbul setelah pencabutan
Pendarahan
Pendarahan tidak dapat dihindari dan dapat berlangsung selama satu hari penuh. Berkumur pada saat pendarahan terjadi sangat tidak dianjurkan. Pendarahan akan berhenti saat darah mulai menggumpal di lubang pencabutan, dan berkumur dapat menyebabkan gumpalan darah terlepas. Hal ini dapat memperlambat proses penyembuhan dan menyebabkan pendarahan terjadi lebih lama.
Bila terjadi pendarahan, letakkan gulungan kecil kasa steril (umumnya diberikan oleh dokter gigi) pada lubang bekas pencabutan. Kasa harus digigit dengan baik dengan tekanan secukupnya. Cara ini akan membantu menghentikan pendarahan, tetapi jangan dilakukan telalu berlebihan sehingga menimbulkan iritasi pada lubang pencabutan. Gulungan kasa hanya boleh digigit selama sekitar 20 menit. Bila terlalu lama, darah dapat membeku pada kasa dan gumpalan darah dapat terlepas lagi saat kasa dibuang. Bila pendarahan masih terjadi setelah 20 menit, ganti dengan kasa yang baru. Demikian seterusnya hingga pedarahan berkurang atau berhenti.
Bila pendarahan terus berlanjut setelah 1 hari, segera kembali ke dokter gigi dan laporkan. Pendarahan yang terus menerus menunjukkan masalah pada proses penyembuhan.
Lubang operasi tidak tertutup sempurna (Dry socket)
Pada umumnya, setelah gigi bungsu dicabut, darah akan menggenangi lubang bekas gigi dan menggumpal. Terbentuknya gumpalan darah ini sangat penting karena berfungsi sebagai tempat gusi kemudian akan tumbuh menutupi lubang. Diperkirakan sebanyak 5-10% kasus mengalami penutupan lubang yang tidak sempurna atau terlepasnya gumpalan darah sebelum waktunya, sehingga syaraf pada gusi dan bahkan tulang rahang menjadi terbuka (dry socket). Telah diketahui bahwa umumnya penderita dry socket adalah perempuan yang minum pil kontrasepsi. Diperkirakan dry socket dapat dihindari dengan melakukan operasi pada hari ke-22 hingga ke-28 siklus, yaitu saat kadar estrogen sedang pada titik terendah.
Infeksi
Infeksi yang terjadi saat proses penyembuhan dapat dihindari dengan minum antibiotik dan menjaga kebersihan mulut. Berkumur dengan air garam setiap selesai makan dapat membantu membersihkan daerah operasi.
sumber : dari Google dan pribadi