Di rumah aku saat ini, saat dua anak sudah mulai beranjak remaja, tinggallah si bungsu yang akhir-akhir ini sibuk membantu, sejak awal bulan Desember ini, mulai dari memasang pohon natal, mencuci, memasang hiasan natal, lampu, sampai dengan mencari kado, membeli dan ikut membungkus. Dengan keantusiasannya ini, aku jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya makna Natal yang ada di benak pikirannya.
Maka pada suatu malam, aku bertanya,
‘bang, seneng ya, sebentar lagi natalan”
‘iya, ma, seneng banget”
“emang, Natalan itu apa sih bang?”
“ah mama ini, kok nanya begitu, itu kan kelahiran Tuhan Yesus’
‘iya sih, mama cuma pengen tahu aja dari abang, terus apa yang abang seneng kalau pas hari Natal?”
“hm apa ya, dapet kado, banyak kado”
“cuma itu aja?”
“ketemu sodara-sodara, banyak permen coklat, kakak bikin kue”
“hm iya ya, bagus…seneng ya ketemu sodara-sodara, abang suka makanan apa yang mama buat?’
“ayam goreng”
“ah kayak upin ipin aja, kalau ayam goreng kan ga usah natalan juga bikin”
“ayam panggang, mama jarang buat, niel suka yang ga pedes”
Demikian sekelumit pembicaraanku dengan si bungsu, Daniel, yang biasa aku panggil dengan nama “abang”, yang ternyata, sama seperti anak-anak yang lain, hari Natal adalah hari ulang tahun Yesus, namun walau Yesus yang berulang tahun, anak-anak inilah yang menginginkan kado, 😀
Jaman sudah berubah, anak-anak sekarang lebih beruntung, khususnya anak-anakku, mereka dalam kondisi yang lebih baik, dibanding waktu aku kecil dulu. Aku lima bersaudara, berada dalam kota yang sama saat ini, dan mereka bersepupu masih bisa bertemu bersama pada hari Natal tahun yang lalu, entah tahun ini. Demikian juga dengan keluarga suamiku, yang 11 bersaudara, agak sulit mengumpulkan saudara sepupu anakku yang tersebar di Medan, Jakarta, Bogor, Inggris, Jerman dan Amerika. Namun, di hari Natal inilah, kesempatan saudara bersaudara berkumpul, dari yang muda sampai dengan yang tua, untuk saling bertemu, bermaafan dan bersuka cita dalam damainya Natal.