Eat, Pray and Love (1) : Resensi Buku

Buku yang dikarang oleh Elizabeth Gilbert pada tahun 2006 ini merupakan kisah sejati dari sang penulis sendiri. Diterbitkan dan diterjemahkan pada tahun yang sama kedalam Bahasa Indonesia, selanjutnya dicetak perdana pada tahun 2010 oleh Penerbit Abdi Tandur, dengan kata kunci : Makan, Doa, Cinta : seorang wanita mencari segalanya di Italia, India dan Indonesia.

Buku ini terdiri dari lima bagian, dimana bagian pertama diawali dengan pendahuluan, bagian kedua berjudul Italia. dimana si pengarang buku mendefinisikan sebagai “Katakan Seperti Kamu Memakannya” yang berisi 36 Cerita mengenai Pengejaran Kesenangan atau Lahiriah, lalu bagian ketiga berjudul India, dimana didefinisikan sebagai “Selamat Bertemu dengan Anda” yang berisi 36 Cerita mengenai Pengejaran Devosi, dilanjutkan dengan bagian keempat berjudul Indonesia, yang disejajarkan dengan pengertian”Bahkan dalam Celana Dalam Saya, Saya Merasa Berbeda” yang berisi 36 cerita mengenai Pencarian Keseimbangan Hidup, dan ditutup dengan bagian kelima yang berisi Pengakuan Terakhir dan Pemulihan Keyakinan.

Buku ini menjadi sangat fenomenal, pada minggu pertama penerbitannya, laku keras sebanyak 35.000 eksemplar. Apa yang membuat buku ini menjadi sebegitu menarik ? Apakah karena menceritakan 3 I yang juga tidak kalah fenomenal dan begitu dikenal oleh dunia karena keindahannya dan keunikannya yang tersendiri? Atau apakah begitu banyak orang tidak mampu memperoleh kebahagiaan dalam dirinya sehingga perlu memperoleh petunjuk bagaimana cara memperoleh kebahagiaan itu melalui perubahan hidup radikal yang dilakukan sang penulis di usia nya yang ke-30 ? Mari kita simak resensi buku yang tertulis di bagian belakang sampul buku setebal 372 halaman dalam versi Bahasa Indonesia.

 

Seorang Wanita Mencari Segalanya di Italia, India dan Indonesia 

 

Pada waktu memasuki usia tiga puluh tahun, Elizabeth Gilbert memiliki semua yang diinginkan oleh seorang wanita Amerika modern, terpelajar, ambisius — suami, rumah, karir yang cemerlang. Tetapi ia bukannya merasa gembira dan puas, tetapi malah menjadi panik, sedih dan bimbang. Ia merasakan perceraian, depresi, kegagalan cinta dan kehilangan pegangan akan arah hidupnya.

 

Untuk memulihkan ini semua, Elizabeth Gilbert mengambil langkah yang radikal. Dalam pencarian akan jati dirinya, ia menjual semua miliknya, meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan orang-orang yang dikasihinya dan memulai satu tahun perjalanan keliling dunia seorang diri di tiga negara yaitu Italia, India dan Indonesia.

 

Di Italia, ia belajar seni menikmati hidup selama empat bulan.  India merupakan negara untuk belajar seni berdevosi. Ia mengelami empat bulan penuh disiplin dalam eksplorasi spiritual.

Akhirnya, Indonesia, di sini ia akhirnya menemukan tujuan hidupnya: keseimbangan – yaitu, bagaimana membangun hidup yang seimbang antara kegembiraan duniawi dan kebahagiaan surgawi. Dan ia menemukan kembali cintanya di Bali.

Makan Doa Cinta merupakan catatan perjalanan dan pengalaman seru di tahun tersebut, yang adalah riwayat hidup yang disajikan dengan gamblang, bijaksana, menggetarkan dan lucu mengenai pencarian jati diri.