Hari ini, hatiku sedih luar biasa, sama seperti kehilangan teman atau orang yang aku sayangi 🙁 Burung peliharaanku mati. Aku tidak ingat sejak kapan burung puter ini ikut bersamaku, tapi yang pasti, kemanapun aku pergi burung puter selalu ada bersamaku. Dulu, waktu aku masih kecil, kandang burung puter ditempatkan Bapak di depan kamarku, tentu saja, pagi, siang, sore dan malam bahkan sampai subuh, burung-burung ini akan menemaniku belajar dengan suaranya yang pelan, merdu, memecah keheningan malam. Terakhir, aku ingat saat kami pindah ke BSD, tahun 2001, sepasang burung puter kami bawa dari rumah Bapak. Satu diantaranya tak sengaja diterbangkan pembantuku tahun lalu saat ia memberi makan burung itu dan lupa menutupnya. Jadi tinggal satu yang bertahan hingga pagi ini.
Aku menyebutnya Gruko, karena burung puter ini selalu mengalunkan suara kuu…geruuu…kook. Suaranya mengalun konstan namun jarang terdengar. Kadang suaranya membuat seseorang merinding tapi aku sangat menyukainya.
Tepatnya tanggal 17 Mei 2011 malam, hujan turun dengan derasnya, kandang burung yang biasa kami gantungkan di depan kamar sudah mulai basah dan bergoyang-goyang ditiup angin. Aku dan anakku sepakat memindahkannya ke dapur, namun mungkin itu awal dari akhir hidupnya. Pagi-pagi, kami mendapatkan Gruko sudah dikoyak-koyak tikus, menurut pembantu, kejadian itu terjadi pukul 2.00 pagi. Lengan kiri terkoyak habis. Ekor tercabik-cabik. Koyakan bulu dan darah berceceran didalam kandang. Hatiku hancur namun tak mampu menangis. Aku dan anakku mengeluarkannya dari kandang, Aku memasukkan kedalam waskom air dan kucuci luka-lukanya. Kami bungkus Gruko dengan kain bekas. Pembantu membersihkan kandang dan kami masukkan Gruko lagi.
Siang, ketika dokter datang untuk memeriksa anjing kami, dokter juga memberi suntikan buat burung puter kami. Dokter mengatakan bahwa lukanya akan sembuh dalam 3 hari. Sore, aku lihat Gruko sudah keluar dari kain yang membungkusnya. Malam, Arum masih membuat beberapa fotonya dan Daniel juga mendoakan kesembuhannya sampai tadi pagi aku bangun, pukul 5 pagi, ia masih menggerakkan kelopak matanya (mungkin itu terakhir kalinya ia menatapku). Namun, sekitar pukul 05.30 pagi, ketika Arum akan menurunkan kandangnya, kepala Gruko sudah terkulai, walau matanya tetap terbuka.Tersenyum dengan ikhlas.
Selamat jalam Gruko, sudah hilang rasa sakitmu, terbanglah jiwamu ke surga bersama Tuhan yang lebih menyayangimu. Aku relakan engkau pergi. Maafkan aku, yang tak mampu menjagamu dengan baik.
Burung Puter masuk kedalam Kelompok Streptopelia (tekukur-tekukuran). Anggota kelompok Streptopelia yang hidup di Indonesia ada dua jenis: Streptopelia bitorguata (putar) dan Streptopelia chinensis (derkuku). Burung putar (puter Jawa) ukuran panjang badannya sekitar 29 cm. Warna bulunya cokelat muda keabu-abuan. Pada tengkuknya melingkar dua buah kalung berwarna putih di atas dan hitam di bawah. Ada juga burung putar yang warna bulunya putih mulus dengan mata dan kaki berwarna merah. Burung putar seperti ini biasa disebut puter brenggolo. Burung ini banyak dipelihara di rumah-mmah penduduk sejak dahulu. Sifatnya sangat mudah jinak dan akrab dengan manusia serta sangat mudah dikembangbiakkan dengan cepat. Makanannya berupa biji-bijian, seperti gabah, jagung, jewajut, dan sebagainya. Konon kabarnya, usia burung ini bisa mencapai umur antara 15 sampai 18 tahun.
Sedih sekali kehilangan si Gruko.. saya juga pernah kehilangan burung gara2 kecerobohan saya, dan itu bener2 bikin ‘nyesek’ hati :'(
betul, tp kata bnyk orang, aku mesti ikhlas…skrg aja, msh sedih rasanya menuliskan ini…nyesek di hati