Hari ke-2 : Tomok sampai Aek Rengat

Hari ini adalah hari yang panjang buat kami, tapi benar-benar merupakan perjalanan yang menyenangkan. Ini hari kedua kami berada di Utara, tepatnya kehadiran kami di Pulo Samosir, sesuai dengan niat kami setelah sarapan, hari ini, Senin, 29 Agustus 2011, kami akan menyusuri daratan Pulo Samosir mulai dari Tomok sampai ke Aek Rengat, yaitu Tomok, Tuk Tuk, Ambarita, Parbaba, Lumbansuhi-suhi, Pangururan dan Aek Rengat.

Tomok adalah sebuah desa kecil yang terletak di pesisir timur Pulo Samosir. Tujuan pertama kami adalah Dermaga Tomok, tempat kami tiba pertama kali semalam. Kami sengaja datang kembali pagi ini untuk melihat suasananya di pagi ini. Walau dalam suasana libur, namun dermaga ini tetap ramai, banyak kegiatan dilakukan disana. Kami mulai menyusuri deretan toko-toko yang menjual aneka barang souvenir, kain ulos dan pajangan-pajangan khas Danau Toba.

Dari arah Tomok menuju Pangururan, ada sebuah jalan kecil di sisi sebelah kiri yang ramai dengan kios-kios yang tidak kalah ramainya dengan toko yang berjajar di jalan utama. Di jalan itu, terdapat Obyek Wisata Budaya Sigale-gale. Dalam lingkungan obyek wisata itu terdapat beberapa rumah tradisional Batak dan pertunjukan Sigale-gale, yang dulu konon adalah patung kayu yang digunakan untuk menghibur Raja Samosir yang berduka atas meninggalnya putra kesayangannya. Patung itu dapat digerakkan menyerupai manusia. Saat kami disana pertunjukan itu belum ada, jadi kami hanya berfoto sebentar dan pergi menuju obyek wisata yang lain.

Obyek wisata yang lain, yang ada di tempat itu, yaitu Kuburan kuno, makam Raja Sidabutar. Makam yang terbuat dari batu alam utuh tanpa sambungan yang sudah ratusan tahun lalu. Jasadnya tidak dikubur, tetapi disimpan didalam batu.


Selanjutnya kami menuju ke Musium Raja Batak, yang terbuat dari kayu tua berusia puluhan tahun. Museum ini berbentuk rumah adat Batak yang cukup indah. Memasuki ke dalam museum, nuansa megalitikum cukup terasa, hal ini ditandai dengan banyak batu maupun peninggalan masa lalu yang bercorak patung megalitukum. Beberapa alat yang tersisa juga menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat zaman dahulu yang sepertinya menggantungkan hidup dari berburu dan bercocok tanam.


Puas berada di Tomok dan sekitarnya, kami melanjutkan perjalanan ke wilayah Tuk Tuk. Dalam perjalanan kami menuju Tuk Tuk, tak putus-putusnya kami terpesona pada keindahan alam Danau Toba. Sesungguhnya semalam kami juga bisa menginap di hotel Silintong, Tuk Tuk, namun karena sulitnya komunikasi, kami memutuskan menginap di Ambarita, tapi karena kami penasaran dengan hotel ini, kendaraan kami bergerak melaju kesana.

Tuk Tuk memang layak disebut sebagai sebuah Kampung Wisata, walau jauh dari jalan raya, namun wilayah ini ternyata cukup ramai didatangi wisatawan dalam dan luar negeri. Banyak wisatawan yang kami temui bersepeda di sepanjang jalan. Cafe dan resto bertebaran, cukup memuaskan pengunjung. Akhirnya kami tiba di Hotel Silintong, yang ternyata cukup jauh dari wilayah Tomok, bersyukur kami tidak menginap disana semalam, karena jalanan tentu akan gelap menuju tempat ini, apalagi kami tiba di Tomok sudah larut semalam.

Perut kami sudah mulai lapar sesungguhnya, apalagi dengan bau bakaran daging di depan hotel Silintong, tapi tidak berani untuk mampir karena meragukan kesegaran dagingnya, seperti banyak diceritakan orang. Akhirnya kami lanjutkan perjalanan kembali ke hotel Sopo Toba melalui Huta Sialagan. Di Huta Sialagan, ada sebuah tempat wisata budaya yang fenomenal yaitu Wisata Budaya Kursi Batu Raja Sialagan. Salut tempatnya bersih sekali.

Puas berkeliling di Huta Sialagan dan hari juga semakin siang, kami segera menuju hotel untuk check out dan melanjutkan perjalanan kami ke Parbaba, yang sesungguhnya menjadi tujuan utama kami pulang ke kampung, yaitu berziarah ke makam mertua dan ompung doli nya anak-anak, yaitu Amang JB Sidabariba atau Ompung Luhut Doli.

Setelah berziarah dan bertemu dengan kerabat disana, anak-anak bermain di Pasir Putih Parbaba.

Kami berziarah juga ke makam bapak angkatku, Amang AE Manihuruk atau Ompung Alus Doli di desa Lumbansuhi-suhi, sayangnya kami tidak bertemu dengan penjaga rumah sehingga tidak dapat masuk ke makam, kami akan coba lagi besok.

Sementara kami sudah sangat kelaparan, walau di sepanjang jalan ada beberapa rumah makan, yang agak diragukan, jadi kami langsung saja menuju ke Pangururan, dan setelah berputar-putar disana, kami sampai di rumah makan Chinese Food, tepat pukul 16.15 dan disana hanya tersedia menu nasi goreng, mie goreng, cap cay goreng dan babi kecap. Yaa kami pesan semua…..haha lapar….6 nasi putih, 4 the manis, dan semua menu tadi, hanya dengan membayar Rp 110 ribu rupiah saja….mantabs. Ibu yang memasak, luar biasa terampil, dengan 4 masakan hanya dalam waktu tidak sampai setengah jam, mungkin karena melihat wajah-wajah kelaparan kami ya?

Perjalanan sudah cukup melelahkan hari ini. Selesai makan, kami menuju penginapan kami malam ini di Saulina Resort Hotel, Aek Rangat. Tempat yang luar biasa indahnya, pemandangannya.

Setelah check in, masuk kamar dan beristirahat sejenak, kami memutuskan untuk pergi ke pemandian air panas dan sayangnya kami salah pilih tempat. Not recommended lagi, dulu kami pernah kesana. Setelah mengantar aku dan anak-anak perempuan ku ke hotel, suamiku pergi lagi bersama si bungsu ke tempat pemandian air panas yang lain.

Semua tempat yang kami kunjungi hari kedua ini akan aku tulis lagi dalam postingan berikutnya.